Gown and Sleep

33 5 2
                                    

Leyla bingung bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Leyla bingung bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang. Tangan hangat seokjin yang tak sengaja menyentuh permukaan kulitnya berhasil membuatnya berdesir, tiba-tiba jantungnya berdebar belum lagi tiba-tiba bibir tipis itu bungkam.

"Sudah. Lepas dan mandi sana. Setelahnya biar aku"

Barulah Leyla mengedipkan matanya berulang kali seolah baru tersadar dari diamnya. Gadis itu menjadi kikuk dan salah tingkah sedangkan seokjin biasa saja. Tidak ada yang salah dengan yang ia lakukan pikirnya. Tapi untuk hati apakah biasa saja juga?

Leyla berdehem "Emm, Seokjin-ssi bolehkan berbalik dulu sampai aku masuk ke kamar mandi" katanya ragu-ragu.

Seokjin tak juga memprotes, pria itu langsung berbalik. Namun ternyata diam-diam pria itu mengulas senyum tipis.

Leyla melepaskan dress nya begitu saja setelah ia yakin bahwa seokjin tidak akan melihat tubuh telanjangnya yang hanya dibalut oleh celana dalam dan bra saja. Gadis itu langsung berlari ke kamar mandi dan menutup pintu dengan keras hingga suaranya terdengar oleh seokjin. Barulah pria itu berbalik dan tersenyum menatap pintu kamar mandi. Senyuman yang tak pernah Leyla lihat, malah terbit dibelakangnya.

Pria itu menggelengkan kepalanya "Ada-ada saja. Dia pikir aku orang asing apa?"

Tapi tak lama pikirannya kembali ditarik pada moment sebelum pernikahannya dilaksanakan tadi. Seokjin jelas dibuat serius dan terlampau serius. Jika orang yang mendengarnya mungkin hanya akan mengatakan iya tanpa berfikir berat seperti dirinya. Lain hanya dengan Seokjin, ia tampak merenungi setiap perkataan kakek dari istrinya itu.

"Nak Seokjin, aku tidak meminta apapun kecuali kebahagiaan cucuku. Aku titipkan cucu tersayangku padamu, tolong bahagiakan dia, jangan sakiti dia, jangan buat dia menangis, dan tolong lindungi dia karena aku terlambat untuk semuanya. Cucuku yang malang sudah hancur sejak lama, jadi kumohon padamu untuk setidaknya buatlah hidupnya tertata kembali. Jika suatu saat kau tidak bisa membersamainya lagi kumohon kembalikan dia padaku, jangan pernah melukainya lebih dari itu. Bawa dia pulang padaku, aku akan berusaha lagi untuk menyembuhkannya"

Terdengar seperti kalimat biasa yang sering seorang ayah ucapkan pada calon menantunya. Tapi kali ini berbeda, bukan karena orang yang mengatakan ini adalah kakek mengingat Leyla itu yatim piatu melainkan makna yang terkandung di setiap katanya.

Seokjin jadi bertanya-tanya kehidupan macam apa yang Leyla alami hingga sang kakek agaknya sangat ketat menjaga cucu satu-satunya itu. Seokjin pun ingat bagaimana pengawal dan asisten rumah tangga di rumah mewah itu yang tidak sedikit, bukan bertampang garang dan judes, mereka justru sangat terlihat ramah dan lembut apalagi pada Leyla. Bagaimana cara mereka memperlakukan Leyla dan berbicara dengan lembutnya. Bahkan dinding rumah mewah itu dipenuhi oleh lukisan yang Leyla buat, namun yang membuatnya penasaran adalah mengapa tidak ada satu foto kelurga pun disana. Bukankah foto keluarga adalah hal yang paling utama di setiap rumah? Ahh, ralat. Seokjin ingat, ada satu. Ada satu foto yang ia lihat, foto Leyla bersama sang kakek disebuah taman dan ada satu lagi figura besar yang ditutup oleh kain putih dipajang namun tidak boleh dibuka apalagi disentuh. Seokjin bertanya-tanya apa gerangan gambar yang ada di figura tersebut. Ia sudah diingatkan oleh kakek Leyla agar figura yang satu itu tidak perlu diganggu karena itu bersifat pribadi.

Pria itu tidak banyak mengetahui latar belakang kehidupan Leyla. Bahkan untuk kedua orang tuanya yang sudah meninggal pun, seokjin hanya tau kalau keduanya kecelakaan dan Leyla kecil dibawa oleh sang kakek untuk dirawat sendiri.

"Kenapa melamun?" tanya Leyla yang sudah siap mandi dan tangannya sibuk menggunakan alat pengering rambutnya.

"Kau sudah selesai?"

Leyla mengangguk "Sudah dari tadi. Aku juga sudah memanggilmu beberapa kali tapi kau hanya diam"

"Ahh begitukah?"

"Hmm" angguk Leyla. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Memikirkan pernikahan kita" jawab Seokjin seraya melepaskan jam tangannya.

"Pernikahan kita?" tanya Leyla memastikan setelah ia mematikan alat pengering itu.  Matanya terlihat serius begitupun nada suaranya yang terdengar bergetar.

"Hmm" dehem Seokjin yang kini sudah mulai melangkah mendekati kamar mandi.

"Kau tidak menyesal menikah denganku kan, Seokjin-ssi?" pertanyaan itu Leyla lepaskan begitu saja karena perasaannya yang tiba-tiba tidak tenang.

Berhenti. Langkah Seokjin terhenti, pria itu menunduk setelah menghembuskan nafasnya kasar. Ia kemudian menoleh pada Leyla yang tampak cemas di ujung sana. Bibir pria itu melengkunh tipis, hingga lesung pipinya sedikit terlihat.

"Apa aku tampak menyesal?"

Leyla diam.

"Mulai sekarang jangan panggil aku dengan sebutan formal begitu. Aku sudah menjadi suami sekarang" jelas Seokjin.

Leyla berkedip beberapa kali.

Pria itu hendak masuk lagi, namun tertahan oleh suara Leyla yang berhasil membuatnya berdesir.

"Kalau aku panggil, Jin-nie. Apa boleh?"

Seokjin tanpa menoleh menjawab "Panggil senyamanmu" sebelum menghilang dibalik daun pintu itu.

Leyla mengulas senyum manis.

*****

Leyla belum juga naik ke atas ranjang, ia sengaja menyibukkan dirinya dengan skin care yang sebenarnya sudah selesai dari tadi ia pakai. Namun gadis itu tampak enggan menyudahi kegiatannya pasalnya ia gugup untuk menaiki ranjangnya dimana sudah ada Seokjin yang berbaring disana.

"Mau sampai kapan pakai skincarenya?"

"Huh?"

"Tidur!" titah Seokjin menepuk bagian ranjang yang kosong disampingnya.

Leyla meremat jemarinya, menatap berganti Seokjin dan ranjang kosong itu.

"Aku tau kau lelah, jadi tidurlah" kata Soekjin.

"T-tunggu" kata Leyla ragu.

"Apa?"

"Apa kau menginginkan itu?"

"Itu?" bingung Seokjin.

"Aku membaca buku pernikahan dari sebelum dan sesudah. Disana tertulis pasangan yang baru menikah, akan melakukan i-itu di malam pertama pernikahan mereka"

Ahh, Seokjin mengerti sekarang, kenapa gadis yang baru ia nikahi ini tampak gusar sedari tadi.

"Tidak sekarang, kita butuh istirahat. Kita bisa melakukannya nanti"

"Benarkah?"

"Hmm, sekarang tidurlah. Jangan memikirkan itu lagi. Kau perlu tidur" titah Seokjin.

"Memangnya kau tidak mau?" tanya Leyla.

"Memangnya kalau aku mau, kau mau melakukannya sekarang?"

#tbc

Mau???????

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mau???????

lavender Where stories live. Discover now