Idam

4 0 0
                                    

Kukuruyuuuk

Cegluk cegluk cegluk

Suara kokok ayam jantan Mbah Nem dan suara adukan air nira yang sedang dimasak saling bersautan. Letak rumah keluarga Idam yang tidak terlalu jauh membuat Nari leluasa menikmati suara yang asing namun otentik dan meneduhkan. Suara keduanya tidak bisa dibandingkan dengan alarm dari ponsel Nari yang sama sekali tidak mempan. Dan entah kenapa Nari selalu terbangun dan tidak pernah menarik selimutnya kembali. Sungguh ajaib. Padahal cuaca dingin jam lima pagi jelas di luar toleransinya.

Sebelumnya, ia tak pernah punya jam tidur yang teratur. Adakalanya ia tertidur pukul dua belas malam lalu terbangun pukul tiga dini hari dan tidak bisa tidur lagi. Terkadang ketika orang-orang sudah menyesap teh hangat dan bergegas mengejar jadwal bus atau kereta ia baru terlelap. Dengan kondisi layar monitor masih menyala terang dan tubuh yang secara sembarangan direbahkan.

Di Kampung Srita ini, geliat kehidupan sudah dimulai seiring dengan kokok ayam yang saling bersaing membangunkan warga. Meskipun jalanan depan rumah Nari bukan jalanan utama, namun banyak orang berlalu lalang. Ada yang membawa hasil bumi seperti kelapa dan kentang untuk dijual di pasar, ada yang mengayuh sepeda dengan dua keranjang bambu di sisi kanan dan kiri berisi ayam hidup untuk dijual dan ada pula yang berangkat kerja pagi-pagi buta karena lokasinya yang cukup jauh.

Sekitar setengah enam atau seringnya jam enam, Nari akan mulai keluar untuk sekedar jalan-jalan pagi. Ia akan menghabiskan beberapa waktu untuk istirahat entah di pematang sawah, di dekat kebun jeruk atau berjalan sedikit jauh ke Kali Baseh. Sungai yang tidak terlalu lebar, namun aliran airnya sangat jernih dengan bebatuan yang cukup banyak di pinggir-pinggirnya. Di sepanjang tepi sungai, banyak sekali tumbuh bunga dengan warna putih semu kuning serta bagian tengah yang berwarna hitam. Ia tidak tahu pasti itu bunga apa, namun bentuknya cantik cocok sebagai latar belakang Nari duduk menikmati suara aliran air sungai yang menenangkan.

Saat perjalanan pulang, ia biasanya akan berpapasan dengan anak-anak sekolah berseragam merah putih dan putih biru yang berjalan sambil tertawa riang dan sesekali saling menyenggol temannya. Memasuki jalan yang lebih lebar, Nari juga sesekali berjumpa dengan delman yang mengantarkan warga yang pulang dari pasar. Semuanya bak adegan film, karena menurut Nari Kampung Srita sangat mengesankan dan jauh dari kata hingar bingar yang membuat lelah. Itulah alasan Nari mengeluarkan kamera dari tumpukan kardusnya dan mengabadikan semua momen-momen di Kampung Srita ini.

Berita bahwa ia kerap mengabaikan dan acuh terhadap tetangga saat berpapasan sudah sampai ke telinganya. Meskipun menyapa hampir semua orang yang ia temuinya di jalan jelas bukan keahliannya, tapi setidaknya ia tahu diri. Ia mengangguk dan tersenyum sebelum berlalu. Menurutnya pribadi itu sudah lebih dari cukup. Suara-suara sumbang pasti ada, tapi Nari tidak ambil pusing.

**

Dua hari lalu, Nari berkunjung ke rumah keluarga Idam sebagai bentuk penghormatan pada Ibunya yang telah mengundang Nari beberapa hari lalu.

"Ini Bu" Nari menyodorkan sekantong jeruk yang ia beli dari warung Yu Salem.

"Kok repot-repot, main aja ke sini ndak usah bawa apa-apa." Ibunya Idam menerima dengan agak sungkan.

Rumah keluarga Idam ini cukup luas untuk sekadar dihuni tiga orang- Idam, Bapak, dan Ibunya. Bentuk rumahnya memanjang ke samping, dengan bagian sayap kiri digunakan sebagai tempat untuk mengolah air nira menjadi gula jawa. Sayap kiri bagian rumah ini terbuat dari kayu dan alasnya masih berupa plester dari semen. Di bagian pojok ruangan ada dua tungku besar, dengan masing-masing tungku memiliki dua lubang. Di atas tungku dibuat semacam rak penyangga untuk menyimpan kayu bakar. Saat pertama kali melihat ini, Nari takjub. Ia yang selalu hidup di kota tidak pernah menemui hal semacam ini.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: May 02 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Layar Baru NariOnde histórias criam vida. Descubra agora