24☀️|Ketemu Mantan

276 62 4
                                    

Ini harus dikategorikan siaga, waspada, atau bahaya? Bisa-bisanya setelah sekian tahun tidak pernah bertukar kabar lagi, tiba-tiba saja di tempat dan kondisi yang tidak terduga, Jisoo malah dipertemukan dengan laki-laki ini.

Joshua; mantan pertamanya sekaligus cinta pertama Jisoo sewaktu SMA.

Akibat dirinya sudah disapa duluan, mau tidak mau Jisoo pun harus menampilkan sisi ramah yang ia miliki. Meski sebenarnya begitu berat hati ingin menerima uluran tangan yang Joshua berikan, namun jika ditolak, pasti tidak akan sopan. Maka dengan terpaksa, Jisoo menautkan tangannya ketika laki-laki tersebut meminta berjabat.

Ngomong-ngomong, bukan tanpa alasan Jisoo tidak suka, bahkan bukan tidak suka juga istilahnya, namun ia hanya tidak menikmati jika harus berinteraksi lagi dengan orang ini, baik di sosial media apalagi secara langsung seperti ini. Joshua cukup memberikan pengalaman yang buruk dan enggan untuk Jisoo ingat-ingat lagi.

Kala itu Jisoo merasa adalah fase terbodoh yang pernah ia lalui. Mendengarkan semua yang pacarnya suruh, sampai merelakan keinginannya sendiri, akibat terlalu cinta—yang kata teman-temannya malah membuat Jisoo jadi bodoh. Ia masih ingat bagaimana Joshua melarangnya melakukan banyak hal akibat laki-laki itu terlalu posesif, bahkan selalu marah bila melihat Jisoo mempunyai interaksi dengan teman laki-lakinya. Sementara dia sendiri kerap kali ketahuan jalan bersama gadis lain.

Puncak kebodohannya lagi, Jisoo selalu mampu menerima itu semua. Haduh, mau malu tapi itu dia sendiri. Dulu.

"Kebetulan ya ketemu di sini? Apa kabar?"

Memaksakan senyuman tipis, Jisoo mengangguk. "Baik."

Joshua mengitari pandangannya, berusaha mencari topik untuk melanjutkan obrolan. "Kamu sendirian aja?" Ia bertanya ramah, kemudian tersenyum melihat tempat di sebelah Jisoo yang kosong. "aku temenin duduk ya?"

Sedikit banyaknya masih sama seperti dulu. Joshua ini memang manusia susah peka. Padahal jelas-jelas wajah Jisoo sudah menunjukkan ketidaknyamanan, namun ia tetap pada tabiat awalnya. Buktinya setelah meminta izin yang terdengar sebatas formalitas, laki-laki itu sudah menghenyak tepat di samping Jisoo.

"Kok nggak bilang-bilang mau ke Bali? Kemarin aku sempet kontekan sama Jennie loh. Gimana kuliah kamu? Udah selesai?"

Apa gunanya juga gue bilang sama lo? Jisoo sudah mendengus kesal, namun tetap coba untuk ia tahan. Sabar-sabar.

"Baik kok. Lagi libur semester, makanya liburan bareng temen-temen ke sini, sekalian pulang juga."

"Mmm, iya iya, berati rame ya?"

"Enam orang."

"Berapa lama sini?"

Ini udah kayak interogasi polisi.

"Nggak tahu juga."

"Kok nggak tahu? Oh ya, bulan depan aku ada rencana ke Jakarta, nanti kalau jadi, kamu ajak aku keliling ya?"

Sinyal merah. Siapapun tolong Jisoo sekarang!

[[☀️]]

"Thanks infonya Chan. Nanti gue cek deh."

"Oke, gue tutup ya."

"Sip."

Mungkin predikat mahasiswa paling sibuk itu jatuh pada jurusan kedokteran. Baru juga bisa aman lantaran libur semester setelah UAS, mereka sudah dihantui lagi oleh tugas dadakan. Untung Eunwoo ini tipikal mahasiswa yang tenang dan kalem, jadi dia santai anaknya.

Setelah menyelesaikan persoalannya di telpon dengan temannya, Eunwoo menurunkan ponsel yang tadi ia dekatkan ke telinga. Memilih menghembuskan napas pendek seraya geleng-geleng. Untung dia siap sedia bawa laptop, karena sebetulnya udah ada feeling juga kejadian begini akan terjadi. Mereka mana pernah dikasih kesempatan liburan yang benar-benar tenang sih?

PrimadonnaWhere stories live. Discover now