01. Usaha Mas Anta

42 9 22
                                    

HRJDJFJJ

AKU SELINGKUH! TIT, TIT! CERITA SELINGKUHAN LEWATTT😭😭😭🔪🔪🔪

DAHLAH, INI MENGGEBU DI KEPALAKU! GARA-GARA ANTOLOGI CERPEN KEMARIN JUGA!

TAPI AKU SUWER, SUWER APDET ILEN ABIS UJIAN PLSSSSSS!!!

***

--HAPPY READING--

"

Kamu kangen sosok yang sudah nggak ada. Tapi kamu lupa, sama sosok yang masih ada. Sayangi diri kamu dan orang yang masih bertahan."
--Mas Antariksa, putra Bapak Akara.

_____

Gemercik hujan biasa mengisi kehampaan. Seperti musim hujan memang.

Mas Antariksa, atau Mas Anta, sedikit mengangkat sudut bibirnya saat melihat Nada fokus dengan laptop di depannya. Perlahan, ia mendekat, seraya membawa sesuatu yang ia kumpulkan dalam beberapa bulan ini.

"Uang untuk praktikum." Mas Anta melempar uang tebal kearah Nada, yang sibuk mengutak-atik laptopnya. Sontak, gadis yang perlahan menjalani kuliah kedokteran ini menatap bingung berbalut tak percaya.

"Mas kumpulkan sejak kamu menulis cerita baru di buku harian kamu," tukas Mas Anta terlihat datar nan serius. Pakaian kaos oblong yang dikenakannya terlihat membuktikan bahwa Mas Anta bekerja keras untuk mendapatkan uang sebanyak itu.

Nada meraihnya perlahan. Yang Nada ingat, dua bulan lalu Nada menuliskan masalah yang praktikum. Jadi, Mas Anta membacanya, lalu bekerja keras mengumpulkannya selama itu? batin Nada.

"Nggak, Mas! Lebih baik gunakan untuk Mas Anta berobat. Lagipula, Nada berhasil dapatin beasiswa khusus dari kampus Nada. Nada juga biasa ngajar les privat, 'kan? Tenang saja, Mas," kata Nada panjang lebar, seraya berusaha tersenyum walau kikuk.

Mas Anta memutar bola mata. "Yakin? Bukannya hasil kamu ngajar les untuk kita berdua makan sehari dua kali? Kebutuhan kita supaya nggak mati?" tanya Mas Anta dengan nada tinggi, "dan listrik supaya laptop kamu berfungsi?"

Hening. Nada mengunci mulutnya. Iris biru laut genetik Ibunya itu menatap nanar kearah Mas Anta.

"Nggak usah keras kepala, Nad! Jalani perkuliahan kamu. Sakit atau engganya Mas, lagipula pada akhirnya bakal tetap kayak gini."

Nada menggigit bibir bawah dalam. Ia tak suka cara bicara Mas Anta. Seakan-akan sakit itu hal yang remeh, padahal setiap malam, batuk dari mulut Mas terdengar. Faktor cuaca hujan juga menimpali sakitnya.

"Iya, Nada tahu... Mas tetap kerja walaupun sakit. Tapi, kalau sakit dan saakit terus tanpa disembuhin, Nada nggak mau," sahut Nada menekankan kalimatnya, "pokoknya uang ini untuk Mas Anta berobat."

Tak kuasa menahan gejolak emosi, Anta menaikkan intonasi suaranya, walau diselingi batuk yang telah lama diidapnya. "Mas bilang untuk praktikum, Nada! Jangan pancing emosi, jangan keras kepala! Keinginan Mas bukan sembuh, tapi lihat kamu jadi dokter yang sukses, tahu!"

Memanas-mata biru laut Nada mulai menggenang air. "Itu keinginan Mas Anta, bukan Nada! Nada nggak pernah mau jadi dokter sebelumnya!"

Anta mendekatkan wajahnya pada Nada, rahang kokoh itu terlihat mengetas. Nafas kasarnya juga dapat Nada rasakan.

"Kalau Mas jadi kamu, Mas berusaha keras, Nad. Mas bakal ngertiin Kakaknya Mas karena dulunya pengin jadi dokter!" teriak Mas Anta tepat di wajah Nada. Bibir pria rapuh itu terlihat bergetar kecewa.

Cita, Lara, dan Alur SemestaWhere stories live. Discover now