Oza membuat desisan. "Dari skala nol sampai sepuluh sepertinya tingkat keberuntunganmu hanya berada di angka tiga. Bahkan tumbuhan pun punya dendam padamu."

Valias tidak merespons. Dia berujar pada Kei. "Yang Mulia. Saya ingin membawa kristal yang ada di sana."

Kei melihat Valias yang bersikap seolah dia tidak pernah mengalami hampir tertusuk sebuah duri di lehernya. Dia cukup beruntung dia punya cukup refleks untuk menghindar sedikit. Meskipun pada akhirnya dia tetap tergores juga.

Valias akhirnya kembali ke ruangan kerja Frey bersama dengan ketiga orang yang lainnya. Menunjukkan kantung berisi hasil panennya dengan Kei dan Edgar pada Frey, lalu Frey memberitahu Edgar kalau dia sudah bisa pergi.

Frey melihat kemeja putih dan celana hitam Valias yang ternoda oleh debu serta sedikit tanah seperti dirinya habis terjatuh ke sebuah lubang.

"Apa yang terjadi padamu?"

Valias menunjukkan area pergelangan tangan kirinya yang sebelumnya tertutupi oleh lengan panjang pakaiannya. Mata Frey melotot melihatnya.

"Valias!" dia berseru. "A- Apa ini?" Frey meraih tangan Valias itu memegangnya dengan kedua tangannya menelisik nanar.

"Benda yang kucari. Hanya saja aku tidak menyangka benda nya akan bereaksi seperti tadi. Begitu aku menyentuhnya meskipun hanya sedikit benda itu langsung menanamkan dirinya di sana." Valias menjawab.

"Huh????" Frey tak habis pikir tidak berhasil mencerna apa sebenarnya yang Valias katakan, jadi Valias menceritakannya ulang. Lebih detil kali ini.

"Wah." Frey hanya bisa melongo.

Dia lalu membelalakkan matanya lagi menyadari sejumlah kecil darah mengalir dari sisi leher Valias. Baru dia sadari kalau Valias mempunyai luka di sana. Sebelumnya Frey tidak melihat sedikitpun darah pada putra bangsawan itu. "Valias. Kau terluka?"

Valias terhenyak menyadari kalau darah kembali keluar dari luka gores tadi. Sebelumnya lukanya sudah dibersihkan oleh Oza. Dengan luka setipis itu seharusnya darah tidak akan keluar lagi. Kenapa?

Oza dengan cebikan-cebikan kembali membersihkan luka Valias dan membalutnya dengan perban. Anak itu mungkin bermulut pedas dan suka memojokkan orang dengan melecehkan batin mereka (yoggu: #gaslighting). Tapi jika sudah urusan luka anak itu yang paling tidak tahan dari tidak langsung bergerak mengurus luka orang itu.

Melihat luka di leher Valias sudah diobati dan diperban oleh Oza seperti itu Frey merasa lebih tenang dan akhirnya bisa mengajak Valias bicara lagi. "Kau akan memberitahuku apa yang bisa dilakukan oleh yang di tanganmu itu?"

"Sejatinya saya berencana untuk membuat Anda memilikinya, Yang Mulia. Saya hanya tidak mengira benda ini akan bereaksi seperti tadi."

"Ini adalah benda yang akan memberikan aura dominansi pada lawan bicara," kata Valias. "Satu orang atau lebih bahkan bisa sampai untuk satu barisan pasukan ksatria. Orang yang ditargetkan oleh penggunanya akan merasakan paksaan tekanan untuk membungkuk atau bahkan berlutut hingga kening menyentuh tanah."

"Saya sudah berencana untuk membuat Anda yang memilikinya meskipun saya akan membuat batasan pada bagaimana Yang Mulia bisa menggunakannya. Tapi saya tidak mengira akan begini jadinya." Valias memandangi bagaimana kristal itu malah tertanam pada tangannya.

Valias sudah memberitahunya tentang resiko yang bisa timbul jika Valias benar-benar mencabut benda itu paksa dari tangannya sendiri. Tentu saja Frey tidak akan mengizinkannya. "Lupakan. Aku tidak membutuhkannya. Aku tidak tertarik menggunakan cara curang seperti itu hanya karena aku ingin membuat seseorang mengikuti perkataanku. Jangan sekali-kali kau terpikir untuk melepaskan itu dari tanganmu kecuali jika ternyata benda itu sungguhan memberikan dampak buruk padamu. Lakukan apa yang perlu kau lakukan dan jangan melakukan apa yang tidak perlu kau lakukan."

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now