Leon yang mendengar suara lembut itu langsung berbalik. Ia menatap khawatir Kaylan yang mengatur nafasnya. Ia menatap tubuh Kaylan dari atas sampai bawah. Mengapa anak seumur ini terlihat mungil sekali?

"Naiklah, kita akan pergi kekantin." ucap Leon sambil berjongkok didepan Kaylan.

Kaylan menggeleng, ia tidak mau pergi kekantin. Kantin itu mengingatkannya pada kejadian dulu.

Ah, mengapa tiba-tiba kejadian buruk itu memenuhi pikirannya.

"K-kay, tidak mau pergi kekantin," ucap Kaylan pelan sambil menundukkan wajahnya. Apakah dirinya saat ini sangat merepotkan? Bagaiana jika Leon, teman pertamanya akan menjauhinya?

Kaylan meremas tangannya. Ia sangat takut saat ini.

"M-maaf, hiks..." Kaylan semakin menundukkan wajahnya.

Leon yang mendengar isakan kecil dari Kaylan, langsung membalikkan tubuhnya.

"Hey, kenapa menangis?" ucap Leon menatap Khawatir Kaylan.

Leon menghela nafas melihat Kaylan yang semakin terisak. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Bukankah sedari tadi dirinya tidak melukainya?

Leon membalikkan tubuhnya lagi, lalu mengangkat Kaylan kegendongan punggungnya.

"Hiks,,hiks," isak Kaylan sambil memeluk leher Leon pelan. Mengapa bayangan yang lalu tiba-tiba muncul diingatannya??

Kejadian menyakitkan itu__Kaylan sangat membencinya. Apakah salah jika ia terlahir dari keluarga miskin dulu? Apakah salah jika ia mendapatķan beasiswa disekolah mahal seperti ini? Mengapa dunia tidak adil? Apakah didunia ini hanya untuk orang-orang yang memiliki uang banyak?

"Kaylan, apa yang terjadi?" ucap Leon panik sambil mendudukkan Kaylan dibangku taman belakang sekolah. Ia tidak jadi pergi kekantin.

"Hiks,,,K-kay benci sekolah. Kay tidak mau pergi kesekolah lagi. Di-disini banyak orang ja-jahat Leon." ucap Kaylan menatap Leon denga air matanya yang mengalir deras.

Leon yang mendengar itu mengepalkan tangannga. Siapa yang telah melukai adik kecilnya?

Leon menarik Kaylan kepelukanya sambil mengusap punggung kecil Kaylan. Sebenarnya, kejadian apa yang telah dilalui adiknya ini? Mengapa tatapun itu sangat rapuh? Ia tidak menyukai bola mata indah itu redup.

"Sutt, tidak akan ada lagi yang melukaimu." bisik Leon pelan.

Hatinya sakit mendengar ucapan itu. Padahal ia belum kenal lama dengan Kaylan, akan tetapi rasa ingin menjaga anak mungil ini sangat kuat. Ia berjanji akan melindungi Kaylan. Adiknya. Ya, adik sangat cocok dengan Kaylan walau umur mereka sama.

***

Angin malam berhembus, gemuruh petir dilangit terdengar pelan. Menandakan malam ini akan turun hujan.

Disebuah toko buku kecil, seseorang menatap lurus mobil yang sedari tadi ia tunggu. Saat ini ia dikota dimana anak bungsunya berada. Alexander menundukkan wajahnya sambil memegang erat buku yang dihiasi kartun lucu.

Alexander berjalan tertatih mencoba mendekati mobil tersebut. Ia menahan luka bekas peluru yang berada dikaki kanannya. Saat ia kabur satu hari lalu, Selena dan bawahannya mengejarnya.

Alexander menatap langit yang hitam gelap gulita. Benar-benar suram. Sama halnya dengan kehidupannya saat ini.

Tin

Tiba-tiba suara klakson mobil menyadarkannya. Ia menatap lurus pemandangan tersebut. Itu Kaylan dan Xavier? Benar dugaannya, itu adalah mobil mereka. Alexander tidak menyangka akan melihat mereka secepat ini.

Remove Wounds Where stories live. Discover now