21

460 59 16
                                    


Banyak adegan Juan x Yuan x Peixin
.

Bayi perempuan lahir dengan berat 1,5kg pukul 5 sore. Panjangnya 10cm. Sangat kecil karena prematur. Bayi itu dikelilingi boks kaca yang diberi banyak selang. Wang Yibo menangis melihat anaknya butuh perawatan itensif, dan harus dikurung tanpa bisa disentuh. Dia ingin menyentuhnya tapi tidak diijinkan. Belum sih. Menunggu bayi benar-benar sudah sehat.

"Anakku. Cantik." Yibo merasa dunianya sangat membahagiakan. Desiran hangat memenuhi rongga dadanya hingga sesak tak tergambarkan.

"Mirip ayah lagi?" Juan berdiri di depan kaca dan menempelkan hidung mancungnya. Sungguh luar biasa memiliki adik. Sampai-sampai dia membayangkan bagaimana nanti jika adikknya sudah besar. Apa dia akan cerewet seperti ayahnya atau anggun seperti ibunya. Atau justru dua-duanya. Ah. Juan akan menjaganya sampai adiknya menemukan suaminya nanti. Pokonya Juan harus merawatnya. Dia menyayangi adiknya.

"Memangnya kenapa?" Yibo tidak terima.

"Ya tidak adil saja. Yang sakit ibu tapi wajahnya mirip ayah."

"Kurang ajar. Aku juga ikut sakit."

"Apanya?" Juan menoleh ke ayahnya serasa tidak percaya. Yang dia lihat selama ini ayahnya lebih banyak bermanja-manja dengan ibunya.

"Kau tidak tahu rasanya berjalan tengah malam hanya untuk tonghulu." Ingin Yibo menangis jika mengingat kakinya ingin patah hanya untuk setusuk tonghulu melon di tengah malam.

"Oh." Juan kembali menatap adiknya. "Mei. Nanti besar jan menempel pada ayahmu. Dia singa yang mesum."

Bugh

Yibo langsung menampar pantat anaknya dengan tenaga dalam. Juan meringis karena sakit. Ya tetap saja sakit namanya dipukul. Coba pukul pantatmu. Ah mesum.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Suara lembut dari Xiao Zhan mengalihkan atensi keduanya dari sang bayi.

Xiao Zhan duduk di kursi roda. Seminggu ini dia memakai kursi roda karena pasca operasi. Ada yang unik ketika terbangun dari tidurnya. Dia menganggap jika dia itu janda yang belum memiliki anak jadi ketika Yibo datang dia menamparnya karena dikira ingin mencium. Padahal hanya ingin peluk.

Pagi ini Zhan merindukan anaknya jadi ingin melihat. Malah bertemu dua manusia yang sedang saling memukul pantat.

"Tentu saja melihat adik bayi, bu." Jawab Juan.

"Aku merindukan malaikatku, Zhan." Tambah Yibo.

Kompak sekali dua singa ini pikir Zhan.

"Segera berangkat sekolah Juan."

"Ya ibu. Aku pamit segera sembuh."

Cup

Juan mengecup pipi ibunya lalu melenggang pergi. Sedangkan Yibo duduk di depan Zhan. Membelai tangan yang tersambung dengan infus. Tiba-tiba dadanya nyeri mengingat bagaimana Zhan kesaksian. Tidak sadar dia meneteskan air mata.

"Xiao Zhan."

"Jangan menangis." Zhan mengusap air mata suaminya. Jadi ingin menangis juga.

"Terima kasih." Yibo mengecup tangan yang bertengger di pipinya.

"Untuk?"

"Semuanya. Terima kasih sudah berjuang demi dia. Demi aku dan Juan. Kau pria yang tangguh. Kau hebat. Aku mencintaimu."

Hening

"Basi." Zhan menarik tangannya. Kedutan di sudut bibirnya terlihat. Ingin tersenyum tapi malu. Pipinya juga terasa panas karena kalimat Yibo. Jujur Wang Yibo sudah mengambil hatinya sampai habis. Jadi hidupnya sudah untuk Wang Yibo cintanya sudah habis untuk pria yang menyandang sebagai suaminya.

[END] Little Whoreson S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang