-Part 39-

711 131 21
                                    

Malam harinya setelah selesai makan malam, mereka semua memutuskan untuk langsung memasuki kamar masing masih untuk beristirahat.

Dowon bahkan sudah tidur setelah meminum obat dengan bantuan anak ketiganya itu. Selama dimansion, hanya Chaeyoung yang terus mengajak Dowon berbicara walaupun pria itu belum bisa membalas kata katanya. Sementara ketiga saudara Chaeyoung yang lain pula hanya menganggap Dowon seakan tidak wujud.

Sekarang didalam kamarnya sendiri, terlihatlah sosok Chaeyoung yang meringkuk kesakitan diatas kasur.

Kepalanya berdenyut nyeri dan ia cukup menyakitkan membuat badan Chaeyoung terketar ketar sehingga gadis ini tidak mampu untuk mengambil obatnya.

"Arghhh sakit Eomma" ringis Chaeyoung menjambak rambutnya dengan kasar.

Ceklekk

"Chae!?" Jennie yang memasuki kamar Chaeyoung itu sontak berteriak kaget.

"Hiks Eonnie. Sakit. Ini sakit Eonnie" isak Chaeyoung.

Jennie kelihatan panik. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini.

"K-Kita kerumah sakit ya"

Chaeyoung menggeleng "Andwae! Hiks aku tidak mau"

Jennie beralih menyambar obat Chaeyoung yang ada diatas nakas lalu dia langsung saja membantu Chaeyoung meminumnya.

Walaupun sudah meminum obatnya, rasa sakitnya tetap saja belum menghilang sehingga tangan Chaeyoung sudah mencengkram satu tangan Jennie. Sementara tangan Jennie yang lain pula sudah mengelus kepalanya.

"Ini sakit Eonnie" rintih Chaeyoung.

Mata Jennie berkaca kaca "Cengkram saja tangan Eonnie eoh" ujarnya menahan tangisan.

Menit demi menit berlalu, Chaeyoung mula kembali tenang. Gadis ini tidak lagi merasa sakit.

"Sudah mendingan?" Tanya Jennie mengusap keringat didahi sang adik.

Chaeyoung tersenyum dengan bibir pucatnya "Terima kasih Eonnie. Maaf karena merepotkan"

"Chae, kamu tidak merepotkan. Jangan ngomong seperti itu lagi" balas Jennie.

"Temani aku tidur ya Eon" pinta Chaeyoung.

Jennie mengangguk. Dia ikut berbaring disamping Chaeyoung sehingga adiknya langsung saja masuk kedalam dakapannya.

"Tolong peluk aku sampai pagi dan jangan lepaskan genggaman tangan aku Eon" bisik Chaeyoung sebelum memejamkan matanya.

Ingatan Jennie mula kembali ke masa lalu.

"Bisa aku meminta sesuatu dari Eonnie?"

"Kamu mau apa? Katakan saja. Eonnie akan menunaikan keinginan kamu".

"Jika suatu hari nanti aku sudah terlalu capek, Eonnie tolong genggam tangan aku ya. Jangan lepaskan aku. Aku membutuhkan Eonnie, Jisoo Eonnie dan Lisa sebagai sandaran aku. Dan jika Eonnie melepaskan genggaman tangan aku, itu artinya aku sudah seharusnya menyerah"

"Eonnie tidak akan melepaskan genggaman tangan kamu Chae. Eonnie akan terus disamping kamu dan Eonnie tidak akan membiarkan kamu menyerah" gumam Jennie sebelum menyusul sang adik kealam mimpi.


*

Pagi harinya, Chaeyoung sudah bersiap siap untuk berangkat ke sekolah. Semua berkas untuk dirinya kembali ke sekolah sudah diuruskan oleh Jisoo.

Dan hari ini, untuk pertama kalinya juga Chaeyoung akan berangkat ke sekolah bersama Lisa.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Jisoo menatap sang adik yang menikmati hasil dari masakannya.

"Enak! Rasanya sepertinya masakan Eomma" ujar Chaeyoung dengan jujur.

"Makan yang banyak Chaeng" ujar Lisa meletakkan potongan ayam kedalam piring Chaeyoung.

Chaeyoung tersenyum lantas dia kembali menikmati sarapannya itu.

"Aku sudah mengirim alamat mansion ini kepada Reon Oppa. Nanti dia kesini untuk mengurus Appa" jelas Chaeyoung.

"Baiklah. Nanti Eonnie ngomong sama Pak Satpam untuk membiarkan dia masuk" ujar Jisoo.

"Eonnie akan berangkat ke perusahan?" Tanya Jennie.

"Iya Jen"

"Bagaimana dengan masalah perusahan itu? Bukannya perusahan hampir bankrup gara gara ulah keluarga Tante Seo?" Tanya Jennie.

Jisoo tersenyum tipis "Eonnie sudah menjual 20% saham perusahan. Hanya itu satu satunya cara untuk mempertahankan perusahan. Sekarang Eonnie lagi berusaha memastikan keuangan perusahan itu stabil"

"Eonnie sudah melakukan yang terbaik kok. Tapi Eonnie juga harus istirahat. Jangan terlalu di fikirkan soal perusahan. Kita bankrup juga aku tidak masalah si selagi aku punya kalian disamping aku" ujar Jennie.

"Betul! Aku setuju sama Jennie Eonnie" sambar Lisa.

"Kalian harus melakukan apa yang kalian inginkan. Suatu hari nanti, aku ingin kalian menikmati sesuatu yang kalian suka" ujar Chaeyoung.

"Tidak ada yang lebih berharga kecuali kalian. Kita menikmati kebahagiaan kita bersama sama ya" ujar Jisoo.

"Setuju!" Balas Lisa diangguki oleh Jennie dan Chaeyoung.

"Li, ayo berangkat sekarang" ajak Chaeyoung menghabiskan segelas susu yang disiapkan untuknya.

"Ayo Chaeng" sahut Lisa.

Setelah mengecup pipi Jisoo dan Jennie secara bergantian, si kembar itu langsung saja berganjak memasuki mobil yang sudah disiapkan oleh Pak supir.

"Aku senang melihat hubungan persaudaraan kita akur seperti ini" ujar Jennie menatap kepergian mobil yang membawa kedua adiknya.

Jisoo mengangguk setuju "Sekarang kita hanya perlu membujuk Chaeyoung untuk melakukan rawatan. Eonnie tidak ingin kondisinya semakin memburuk. Sudah cukup Eonnie kehilangan Eomma. Eonnie tidak ingin kelihatan salah satu dari kalian lagi"

Jennie memeluk lengan Jisoo dengan manja "Adik kita itu kuat. Kita juga harus ada disampingnya agar dia tidak menyerah"






Sementara itu didalam mobil yang dikendarai oleh Pak Supir, terlihatlah sosok Lisa yang terus saja memeluk Chaeyoung dengan manja.

"Rasanya enak karena bisa berangkat bersama" ujar Lisa.

Chaeyoung menghela nafasnya dengan kasar "Li, aku gugup"

Dahi Lisa mengernyit "Gugup? Kenapa memangnya?"

"Dulu aku dikeluarkan dari sekolah dan sekarang aku malah kembali muncul. Bagaimana tanggapan orang orang disekolah itu?"

"Abaikan saja mereka. Kalau ada yang mengganggu kamu, langsung saja ngomong sama aku ya. Biar aku hukum orangnya"

"Arrasso" sahut Chaeyoung dengan patuh.










  Tekan
   👇

Senja ✅Where stories live. Discover now