eleven : maudlin

65 44 6
                                    

maudlin
(adj.) foolishly sentimental

Seraphine berada di sofa, tampak lemah dan rapuh saat dia terbatuk dan terengah-engah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seraphine berada di sofa, tampak lemah dan rapuh saat dia terbatuk dan terengah-engah. Damien berlari ke arahnya dan mulai menepuk punggungnya. "Sera, kamu tidak perlu masuk sekolah hari ini," ungkap Damien tegas, namun penuh kekhawatiran. Ia tahu Seraphine tidak suka bolos sekolah, tapi ini demi kebaikan gadis itu.

"Istirahatlah, aku akan membuatkanmu sup hangat." Damien tidak bisa menahan rasa bersalah yang melandanya; seharusnya dia lebih berhati-hati, seharusnya dia menjaga Seraphine dengan lebih baik. Damien menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran itu. Ia tidak bisa berkubang dalam rasa bersalah saat ini. Seraphine membutuhkannya dan ia akan selalu ada untuknya, apapun yang terjadi.

"Sebentar lagi aku akan ujian, jadi aku harus masuk sekolah."

Damien menghela napas dan mengusap rambutnya. "Sera, kesehatanmu lebih penting daripada ujian sekarang. Kamu harus beristirahat."

"Tapi..."

"Sera, kesehatanmu lebih penting dari apa pun." Seraphine tahu Damien benar, tapi dia juga tahu betapa dia menghargai pelajarannya. Damien duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya. "Tolong, istirahatlah hari ini. Kamu bisa sekolah ketika sudah sembuh."

Seraphine perlahan mengangguk. Damien mengulurkan tangan dengan lembut membelai pipi Seraphine. "Baiklah kalau begitu. Kembali lah ke kamarmu. Aku akan membuatkan sup dan membawanya untukmu."

Seraphine naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ia mengganti pakaian dan berbaring di tempat tidur. Saat ia hendak merebahkan kepalanya, ponselnya berdering ─ada beberapa pesan dari Romeo tertera di layar ponselnya. Romeo berkata bahwa dia sangat menghawatirkan Seraphine.

Seraphine tersenyum saat melihat notifikasi tersebut, hatinya sedikit lega karena mendapat kabar dari Romeo. Dia sangat bersemangat dan duduk pada balkon kamarnya. Gadis itu mengirimkan balasan singkat kepada Romeo, meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja.

Romeo membalas bahwa dia minta maaf karena tidak menelepon lebih awal, dia menjelaskan pada Seraphine bahwa ia memiliki beberapa urusan.

Damien masuk dengan membawa sup. Dia memperhatikan Seraphine yang sibuk memainkan ponsel. Lelaki itu merasa bimbang, ia lega karena Seraphine baik-baik saja, namun cemburu karena gadis itu sibuk dengan ponsel sedari tadi, dan marah pada dirinya sendiri karena begitu posesif.

Damien berdehem pelan untuk menarik perhatian Seraphine. "Sera, apa kamu butuh sesuatu sebelum aku turun?" tanyanya. Hening, tak ada jawaban dari Seraphine.

Damien terus menatap Seraphine yang terus tersenyum pada layar ponselnya. Dahi Damien berkerut, dia langsung menghampiri Seraphine. "Sera, sebenarnya apa yang kamu lakukan? Apa yang membuatmu tersenyum?"

Seraphine terlonjak saat mendengar suara Damien, terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Ia berusaha menyembunyikan ponselnya dengan cepat namun terlambat. "A-aku baru saja mengirim pesan pada Romeo."

"Pesan apa? Bahwa kalian akan berjumpa lagi?"

Seketika Seraphine terdiam. Damien menyipitkan matanya, mengambil langkah lebih dekat ke arah Seraphine. "Jawab aku, Sera."

Seraphine merasakan jantungnya berdegup kencang saat nada bicara Damien berubah tajam. Ia ragu-ragu sebelum menjawab, mencoba memikirkan alasan yang masuk akal. "Tidak, tentu saja tidak," katanya, menelan ludah. "A-aku hanya memeriksanya."

"Memeriksanya, hm?"

Damien menaikkan satu alis ke atas. "Kamu tahu apa yang sudah terjadi, bukan? Dia yang membuatmu begini," geramnya.

"Kamu tidak seharusnya bertemu dengan orang asing sendirian, terutama setelah apa yang terjadi." Damien tidak memberi Seraphine kesempatan untuk berbicara. Dia melangkah mendekat, tubuhnya menjulang tinggi di depan Seraphine sebagai peringatan untuk tidak mendorongnya lebih jauh .

Damien menundukkan kepala pada telinga Seraphine. "Kamu terlihat cukup bersahabat dengannya," katanya menuduh. "Aku tidak suka kalau kamu berinteraksi dengan lelaki lain seperti itu."

"Hanya dia yang aku miliki. Hanya Romeo yang menjadi temanku dan bersedia bermain denganku. Dia bukan orang asing! Kenapa kau mendadak aneh seperti ini? Kau melarangku untuk berteman dengan orang lain, huh?!" Seraphine berdiri tegak di depan Damien. "Kenapa kau terus menerus mengaturku?"

Mata Damien berkilat karena marah saat Seraphine berdiri di hadapannya. "Aku tidak mengaturmu," sarkasnya. "Aku hanya menjaga keselamatan dan kesejahteraanmu." Dia mundur selangkah, mencoba menenangkan diri.

Seraphine menatap Damien tidak percaya. Lelaki itu masih bisa membentaknya saat ia sedang sakit seperti sekarang. Seraphine menggertakkan giginya. "Aku tidak butuh penjagaanmu!"

Rahang Damien mengatup rapat, menahan keinginan untuk membalas ucapan Seraphine. Sebaliknya, ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk menjaga nadanya tetap datar. "Sera, aku tidak ingin berdebat sekarang. Kamu sedang tidak sehat, dan perlu istirahat."

Seraphine duduk sembari terdiam. Damien menariknya lengan Seraphine dengan lembut. "Biarkan aku menjagamu." Dia membimbing langkah Seraphine dengan hati-hati. "Ayo, kembali ke tempat tidur."

Damien membiarkan punggung Seraphine bersandar di bahu ranjang. "Aku akan segera datang jika kamu butuh sesuatu." Dia berbalik untuk meninggalkan ruangan namun berhenti di depan pintu, melirik Seraphine dari balik bahunya untuk terakhir kalinya. Ekspresinya sedikit melunak, memperlihatkan kerentanan tersembunyi di balik penampilannya yang tegar. "Semoga lekas sembuh, ya?"

Senyum tersungging di sudut bibir Seraphine saat ia mendengar ucapan Damien. Ia tidak mengabaikannya sepenuhnya, itu sudah cukup untuk saat ini.

Damien tidak menunggu jawaban sebelum menutup pintu di belakangnya dan berjalan pergi, hatinya sangat berat karena khawatir pada Seraphine. Di kamar lain, dia duduk di tepi tempat tidur dan membenamkan wajah di kedua tangannya, mencoba mengendalikan emosinya.

Matanya berkedip-kedip karena khawatir saat dia mengawasi Seraphine dari ruangan seberang. Dia tahu bahwa wanita itu lebih kuat dari ini, dan dia benci melihatnya seperti ini. "Maafkan aku Sera... Maaf karena sering mengaturmu. Aku hanya ingin menjagamu."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐁𝐄 𝐌𝐘 𝐌𝐈𝐒𝐓𝐀𝐊𝐄Where stories live. Discover now