Namun, Ling baru sadar jatuhnya bukan jatuh biasa ketika tumitnya mulai digunakan menumpu. Ia bisa menahan jeritan, tetapi matanya tetap terbelalak. Ekspresi syoknya yang bizar tertangkap monitor, disiarkan kepada seluruh audiens, menyalahi perannya sebagai maskot yang kuat dan sempurna.

Sakit. Sakit. SAKIT!

Musik pengiring terus berputar. Spotlight juga masih menyorot Ling. Kalau ini latihan, Ouyang Tua pasti sudah menyemprotnya karena Ling keterlaluan off-beat-nya. Dia juga membuat gaun istimewa Wei tampak buruk. Namun, begitu mengangkat kaki kanan, nyeri luar biasa seakan menghentikan jantung dan napas Ling. Bagaimana ia bisa berjalan, lebih-lebih sambil membawa beban gaun fenghuang, dengan tumpuan tubuh yang tak sempurna?

Aku bisa mencapai ujung runway dalam enam langkah besar. Hanya enam langkah; aku pernah melalui yang lebih berat. Aku harus bisa!

Menarik napas patah-patah, Ling mengangkat sisi gaunnya dengan kedua tangan. Ia lantas mengangkat kaki kanan, lalu kiri, menggeser tumpuannya ke kaki kanan–

Tidak bisa, ini terlalu sakit! Sialan, padahal tinggal sedikit lagi!

Menyerah dengan mengenaskan, akhirnya Ling setengah menyeret kaki kanannya untuk melanjutkan langkah. Ia memicing ngilu, tetapi tak bisa bereaksi lebih hebat atas nyerinya. Sebabnya, saat sedang kesakitan begitu, Ling melihat wajahnya ditayangkan layar besar di atas runway. Mekap tidak mencegah butir-butir besar keringat mengaliri pelipisnya, tidak pula mampu menyembunyikan wajah pucat pasinya. Dadanya sakit menyaksikan betapa buruk penampilannya, maka ia putuskan untuk mempertahankan sisa-sisa sosok ratunya.

Ling menatap ke depan, mendengus-dengus menahan nyeri, tetapi di matanya menyala tekad untuk menyelesaikan fashion show. Dibenahinya postur setegak yang dimungkinkan kaki kanannya dan maju, mantap meski harus menyeret. Nyeri disalurkannya lewat cengkeraman ke rok. Tiga langkah kemudian, meski masih berada di runway, Ling tidak lagi disorot spotlight; entah mengapa teknisi lighting bereaksi selambat itu.

Begitu runway menggelap, tiga orang berlari ke arah Ling. Salah satu dari mereka adalah seorang pria muda dengan halter top dan coat panjang, juga lebih pendek dari Ling, datang lebih cepat dari yang dua. Pria muda ini harusnya tinggal duduk menunggu gilirannya keluar bersama Wei sebagai motor utama proyek ....

"Zhang Ling! Pegang bahuku!"

Orang yang paling tak terduga menolong Ling paling awal. Gadis itu tentu jadi terenyuh, terutama ketika si pemuda dengan hati-hati menyampirkan lengan Ling ke bahunya. Salah satu staf wanita melakukan hal yang mirip, tetapi sambil menyangga pinggang Ling juga.

"Feng Tian," panggil Ling parau sambil berjalan terpincang-pincang; air matanya mengalir deras begitu wajahnya tidak disorot kamera, "maafkan aku ...."

"Bukan salahmu. Insiden seperti ini bukan hal baru di runway," ujar Tian tergesa, lebih terdengar panik daripada marah. "Medik sudah bersiap. Tahan sedikit lagi."

Begitu masuk ke belakang dan didudukkan di depan paramedis, beberapa orang mendekati Ling, di antaranya Xiang, Wei, dan Mingmei. Oleh Mingmei dan si paramedis, rok Ling disibak setinggi betis, menampakkan pergelangan kaki yang merah membengkak, terjepit tumit tinggi yang strap-nya di ambang putus karena tertekuk mendadak. Sendi Ling miring ke sudut yang menyakitkan. Paramedis dengan hati-hati melepaskan sepatu itu, tetapi disentuh saja, Ling sudah mengerang dan memicing.

"Tolong perlahan-lahan saja." Xiang memperingatkan.

"Saya berusaha, tetapi ini cedera baru. Permukaan kulit pun menjadi sangat peka nyeri," sahut si paramedis. Ia lantas menyemprotkan kloretil ke pergelangan kaki Ling. Rasa dinginnya meredakan ngilu, maka Ling berusaha berdiri–hanya untuk ditahan Wei di bahu. Namun, bukan Wei, Mingmei-lah yang membentak Ling.

Kevin Huo's ProposalOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz