"Senior Wei! Aku menyukaimu, jadilah pacarku!!".

Wei Wuxian menatap adik tingkatnya dengan terkejut Saat ini mereka berdua menjadi pusat perhatian di kantin, tempat yang ramai berisi para murid, guru dan staff yang hendak mengisi ulang energi mereka.

Wei Wuxian menghela nafas pelan, dalam hati ia berdoa semoga saja Lan Wangji tidak melihat pemandangan ini, runyam jadinya kalau pria tampan itu sampai melihatnya.

Namun terlambat.

Di pintu masuk kantin, Lan Wangji yang baru saja datang disambut dengan seruan salah satu muridnya yang meminta Wei Wuxian untuk menjadi pacarnya. Sontak saja mata itu menajam, menatap anak laki-laki yang duduk di kelas satu itu dengan tatapan seakan membunuh.

Lan Xichen yang juga sedang bersama sang adik hanya bisa menghela nafas sembari memijit pelipisnya.

"Astaga". Desah Lan Xichen.

"Wangji, tenanglah. Dia hanya anak kecil yang kebetulan menyukai adik ipar, dan dia adalah muridmu". Ujar sang putra pertama mencoba untuk menenangkan sang adik.

"Kakak". Panggil Lan Wangji.

"Iya Wangji? Tenang ok? Adik Wei tidak akan kemana-mana". Sahut Lan Xichen sembari mengelus pundak kiri sang adik.

"Kakak". Panggil Lan Wangji lagi.

"Iya Wangji?". Lan Xichen menyahuti panggilan adiknya lagi.

"Aku akan menikahi Wei Ying besok, tidak jadi melamar akhir pekan".

Setelah berkata demikian, Lan Wangji berbalik dan meninggalkan sang kakak yang tengah terbengong di pintu kantin. Lagi-lagi Lan Xichen menghela nafas.

"Astaga, bisa-bisa umurku cepat habis kalau menghela nafas terus".

Lan Xichen bergegas mengejar sang adik. takutnya si putra kedua itu melakukan hal yang diluar nurul—  ah, nalar maksudnya. Sepasang manik hazel itu menangkap siluet sang adik yang tengah menaiki mobilnya. Tanpa basa-basi Lan Xichen juga menaiki mobilnya dan mengikuti kemana arah tujuan sang adik.

 Tanpa basa-basi Lan Xichen juga menaiki mobilnya dan mengikuti kemana arah tujuan sang adik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan benar saja, pesta pernikahan itu terjadi. Di gelar di sebuah gedung besar di tengah kota, sangat meriah dan penuh kejutan. Bahkan menuai pro dan kontra, intinya pesta pernikahan itu menjadi gosip terpanas nomor satu di Gusu.

Lan Wangji dan Wei Wuxian yang merupakan tokoh utama dalam pesta itu, tengah tersenyum lebar sembari melambai kepada para tamu yang hadir dan ikut berbahagia di hari spesial mereka.

Sementara itu tuan Wei hanya bisa tersenyum pasrah. Meskipun dirinya turut berbahagia atas kebahagiaan sang putra, tapi alasan yang diberikan Lan Wangji siang kemarin adalah alasan yang konyol menurutnya. Bagaimana tidak, Lan Wangji yang datang ke Yunmeng di siang bolong membawa seserahan dan berkata ingin menikahi putranya besok karena hari itu sang putra ditembak oleh salah sat muridnya yang duduk di kelas satu. Dan benar saja, pesta pernikahan yang megah terjadi dalam satu malam.

"Astaga Wei Ying, beruntung sekali kau dinikahi pak Wangji".

"Wei Wuxian, dari kapan kau menyembunyikan hubu

ngan kalian huh?".

"Selamat ya! Aku turut berbahagia untuk kalian!".

"Aw.. Kalian sangat serasi, semoga menjadi keluarga yang harmonis dan segera diberikan momongan".

"Astaga aku patah hati, pak Wangji ternyata memilih primadona sekolah".

Kira-kira seperti itulah kalimat yang diucapkan para tamu undangan yang kebanyakan merupakan murid-murid di Gusu Lan high school.

Jiang Cheng melihat temanya dari kejauhan, senyuman tulus menghiasi wajahnya. Membuat remaja penggila warna ungu itu tampak lebih mempesona dengan pakaian formal yang ia kenakan, ia kemudian melangkah menghampiri kedua mempelai.

"Wei Ying". Panggil Jiang Cheng, si empunya nama menoleh. Masih tetap dengan ekspresi bahagia yang kentara sekali.

"A-Cheng!!! Terimakasih sudah datang". Sahut Wei Wuxian.

Jiang Cheng mengangguk sembari tersenyum.

"Selamat atas pernikahanmu Wei Ying, akhirnya semua yang telah kau lalui menjadi pengorbanan yang tidak sia-sia".  Ujar Jiang Cheng, Wei Wuxian mengangguk.

"Terimakasih A-Cheng".

"Berbahagialah, dan segeralah berikan A-Yuan adik". Ujar Jiang Cheng dengan nada jenaka.

"Astaga aku masih sekolah tau!". Wei Wuxian merenggut dengan wajah yang merah padam.

Jiang Cheng tertawa sembari menepuk-nepuk pundak kanan sang teman. Wei Wuxian yang ini, lebih feminin dari Wei Wuxian yang pertama kali ia kenal, dan dirinya bersyukur akan hal itu. Entah kenapa.

.
.
.
.

END

Maaf atas keterlambatannya yang sangat guys, semoga ekstra chapnya memuaskan.

Aku up tiga ekstra chap btw.

Terimakasih buat kalian yang sudah membaca dari awal sampai akhir, jangn lupa tinggalkan jejak.

🥰💚❤️

Handsome Ghost [WangXian] ENDWhere stories live. Discover now