SK | CH-04

1.6K 316 23
                                    

Tidak ada yang lebih menyenangkan selain menghabiskan waktu duduk berdua didepan teras bersama nenek disore hari. Puluhan kali bahkan lebih Ken melakukan hal yang sama, namun tidak ada kata bosan untuk mengulanginya lagi.

Ditemani cemilan roti goreng berisi coklat, Ken menyandar manja didada nenek.

"Ken bentar lagi lulus SD, mau lanjutin dimana, sayang?" Sembari mengusap surai sang cucu. Persis seperti milik Tirta sewaktu kecil.

"Nggak tau. Ken mau nenek yang pilih."

"Kan yang sekolah kamu, bukan nenek."

"Ken nggak tau, nek. Ken mau nenek aja yang pilih. Pilihan nenek paling bagus, keren."

Fena tertawa mendengar pujian cucu gemasnya. Selalu saja, berhasil membuatnya tersipu. "Disekolah papa dulu, mau? Nggak terlalu jauh sama sekolah Ken yang sekarang."

"Terserah nenek," Mendongak. "Apapun yang nenek bilang, Ken mau."

Mencubit gemas hidung Kendy. "Cucu nenek udah mau SMP, udah besar. Punya pacar belum?"

"Enggak. Ken kan mau sama nenek terus, nggak punya pacar nggak peduli. Yang penting sama nenek."

"Mau sama nenek terus?"

"Iya dooong," Kendy tertawa setelahnya. Apalagi nenek memberikan kecupan bertubi-tubi dipipi tirusnya.

***

Pagi harinya, nenek terlihat sangat sibuk dengan peralatan dapurnya. Padahal hanya masak untuk satu anak kecil.

Nenek memang selalu seperti itu. Meskipun hanya dirinya dan Ken yang memakan, nenek selalu memasakkan banyak makanan agar Ken tidak bosan dan mau memakan makanan lebih banyak.

Nenek ingin cucunya gemuk meski pada dasarnya, tubuh Ken memang kurus. Mau dipaksa bagaimanapun, tubuh Ken akan segitu-gitu saja.

Melihat cucunya sudah rapi dengan setelan seragam, nenek langsung meletakkan piring berisi ayam tepung keatas meja. Nenek menarik Ken agar duduk dikursi.

Nenek langsung mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk yang sudah ia masak. "Ken harus banyak makannya, biar fokus pas ujian."

"Kalo makan banyak nanti kenyang, nanti Ken malah ngantuk, nek."

"Enggak," Mengambil dua ayam tepung, lalu sayur buncis oseng yang dicampur telur. "Makan yang banyak. Biar gemuk. Padahal nenek selalu masak banyak, Ken makannya juga banyak. Ken sakit?" Karena semua makanan yang ditelan Ken tidak menjadi daging. Begitu dalam pikiran nenek.

"Kemarin Ken sakit--,"

"Sakit? Kok nggak bilang nenek?"

"Sakit perut. Ken diare."

Fena bernafas lega. "Ken pasti jajan yang pedes lagi. Kan nenek udah bilang, pake kecap aja nggak usah pake sambel. Apalagi saos."

Mulai memasukkan nasi kedalam mulutnya. "Kalo kecap aja kurang endul, nek. Enak kalo pake bumbu lengkap."

"Tapi kan jadi sakit perut," Balas nenek dengan raut khawatirnya. Tangan nenek mengusap surai Ken dengan lembut.

"Tapi sekarang udah enggak kok," Jadi, Ken bisa mengulangi lagi membeli jajanan kesukaannya.

"Nenek bawain bekel, ya? Biar nggak laper."

Sweet KendyWhere stories live. Discover now