[Ch.1]Reuni iblis Valhalla, Dewa yang terhormat

25 3 0
                                    

Bagi mereka jiwa yang beruntung, Valhalla adalah tempat dimana segala keindahan berada, angin sejuk yang menenangkan mereka bagai buaian sang ibu pun turut membelai mereka dengan lembut disaat burung-burung melantunkan musik yang menenangkan hati dan bunga-bunga merekah menunjukkan kelopak mereka yang cantik.

Namun, bagi dia 'yang terbakar oleh amarah' dan dia 'yang dibutakan oleh kebohongan' Valhalla tidak lebih dari sekedar tempat dan saksi bisu terpecahnya yang dahulu pernah menjadi satu.

Dulunya ia pernah punya nama dan momen yang berharga untuk dikenang, tetapi hari-hari seperti itu hanya berlangsung hingga ia disebut reruntuhan, dan hingga tangisan mengalir melalui puing-puingnya.

Apa yang tersisa? kesempatan untuk mendapatkannya kembali.

Dua sosok itu kini saling menodongkan senjata mereka, suasana diantara keduanya kian menegang.

"Enki, kau telah melampaui batas". Untaian kata itu keluar begitu saja disertai nafas terengah, darah dan keringat yang kian mengalir di tubuhnya yang penuh luka.

Pandangan Annum mulai kabur, dadanya semakin terasa sesak dan sensai sakit pun mulai menguasainya.
Matanya menatap tajam kearah sosok didepannya yang hanya juga menatapnya disertai seringai lebar diwajahnya.

Enki menatap 'sahabatnya' Ah... tidak, 'Musuhnya' itu dengan amarah yang menyelimuti jiwanya.

"Haa.... Annum.. Apa yang terjadi padamu? kau menjadi begitu Lemah".
Gelak tawa berhasil lolos dari mulutnya dengan tatapan yang seolah mengatakan 'kau menyedihkan'.

" Kemana sosok Grand knight yang dibanggakan di seluruh penjuru Valhalla?".Enki menggenggam pipi Annum dengan tangan kirinya.

Annum kesulitan berbicara dengan genggaman Enki yang begitu kuat pada kedua pipinya,"Enki.. Tebuslah dosamu..sialan".

Dengan kesulitan, Annum mengayunkan pedangnya yang membuat genggaman Enki terlepas, dan separuh wajah Enki juga terbelah.

Enki meraba wajahnya yang terbelah, perlahan wajahnya mulai tumbuh kembali dan senyuman di wajahnya pun menghilang.

"Annumata, apakah kau pikir setelah ini pengikutmu akan mengingatmu lagi?".
Tanya Enki secara tiba-tiba.

Annum yang mendengar kalimat itu agak tersentak, mendengar Enki menyebut namanya yang dahulu sering Enki gunakan ketika mereka masih menjadi sahabat. " Ternyata kau masih mengingat namaku?" . Annum menorehkan senyuman tipis diwajahnya saat dia melihat ke tanah.

"Enki, menurutmu setelah ini kita masih bersahabat tidak?".Nada bicaranya tiba-tiba menjadi tenang, suasana pun menjadi hening.

" Bahkan setelah penghakiman dosa surgawi".Sambung Annum.

"Aku tidak tau kenapa kau menghancurkan kuilku dan membunuh sebagian dari pengikutku,setelah hari itu berlalu kau bukan lagi Enki Erishvata yang kukenal".Annum menatap Enki dengan kesedihan yang tersirat pada netranya, suaranya pun kian melembut kepada lawan bicaranya.

"Berisik".Enki memukul wajah Annum dengan keras, hingga Annum dapat merasakan rahangnya retak.

Annum menodongkan pedangnya ke leher Enki. " Enki, rasanya sulit bagiku untuk mengatakannya" .Annum tanpa sadar meneteskan air matanya.
"Jadi kumohon...kumohon sadarlah".
Air matanya semakin deras, tangannya bergetar ketika dia menyadari bahwa dia tidak sanggup membunuh sahabatnya sendiri.

"Annumata, ayolah, hentikan omong kosongmu itu".Enki menghela nafasnya dan dia mendekatkan lehernya pada pedang Annum hingga darah mengalir.
"Bagaimana pun semuanya tidak akan kembali sama".

Enki terus menerus melancarkan serangan yang menghancurkan hampir seisi Valhalla, hingga akhirnya dia mengerahkan serangan yang menjadi mimpi buruk bagi Annum."Ich rufe deinen Namen, höre meinen Ruf in der Dunkelheit, die Himmel und Majestät bedeckt // Aku menyebut namamu, dengarkanlah panggilanku dalam kegelapan yang menyelimuti surga dan keagungan".

Langit Valhalla terbelah, ruang dimensi dirobek, dari sana keluar ribuan tangan raksasa yang menghantam tanah dan memberikan kehancuran dimana-mana, Annum berusaha mati-matian menghindari serangan Enki meski dalam keadaan sekarat.

Saat akhirnya Annum melihat celah, dengan berat hati dia mengangkat pedangnya kearah Enki."Enki Erishvata, als Vertreter von Arheinne werden dir hiermit deine Sünden vergeben//Enki Erishvata, sebagai perwakilan dari Arheinne, dengan ini dosamu dimaafkan".Lalu dia menebas leher Enki.

Annum sudah memperkirakan bahwa perlawanannya tidak akan berhenti begitu saja, Tubuh Enki masih melawannya meski dalam keadaan tanpa kepala.

langkah Annum terasa berat, setiap pukulan dan tebasan yang diberikan oleh Enki masih saja terlalu kuat baginya.

Lalu tibalah saat dimana Annum menemukan momentum dan menusuk segel kutukan yang berada di dada kiri Enki.

Dia akhirnya jatuh dalam posisi berlutut sembari menatap tubuh dan kepala Enki yang terpampang jelas di depannya.

"Tuhan, tebuslah dosaku".Annum pun perlahan mulai kehilangan kesadaran hingga akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir.

Tubuh mereka berdua mulai retak seperti kaca, memudar menjadi butiran cahaya dan perlahan menghilang..

Memori tentang mereka seiring waktu mulai dilupakan, seolah eksistensi mereka tak pernah ada. Hingga kini, hanya pengikut mereka yang masih menjaga keagungan dua sosok iblis yang dianggap dewa itu.

-Bersambung-

Hell's Sinners, Heaven's Great GodΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα