Rasanya sangat pahit, seolah-olah terdapat serbuk pahit dalam minuman itu. Aku tidak tahan, sehingga dalam waktu 10 detik, aku langsung meninggalkan ruangan.

Bruk...

Pintu itu tertutup dengan keras olehku, sehingga membuat mereka yang masih berada didalam sana terkejut.

Aku masuk kedalam ruangan panitia osis dengan tergesa tega, yang pertama aku akan tertuju pada wastafel.

Huek..

Aku memuntahkan minuman yang baru saja masuk kedalam perutku. Setelah itu aku menyalahkan keran, untuk membersihkan wastafel itu, lalu aku berkumur kumur, dan mencuci kedua tanganku. Setelah sudah aku mulai mematikan keran nya, namun pada saat aku mencerminkan diri, aku melihat sosok Gita dicermin itu, ia ada di belakangku.

Aku terkejut melihat Gita menggunakan baju seragam yang sama denganku, sosok gadis itu berwajah pucat, rambut yang lurus, dan mata yang sangat sayu.

Aku tak berani menoleh kebelakang, karena ia tahu, Gita tak ikut, dan sepertinya itu bukan Gita. Yaitu sosok jin yang menyerupai Gita.

Jantungku berdebar lebih kencang, keringatku mulai bercucuran.

"Lain kali jangan asal minum, itu udah di campur obat yang dosisnya tinggi, kalau kamu telat memuntahkannya, kamu akan mati." Bisik Gita dengan suara halusnya.

Aku masih belum berani menoleh ke arah belakang, bahkan seluruh tubuhku bergetar hebat.

Sosok itu menghilang.

Saat tubuhku hampir ambruk, Reynald langsung mendekatiku, dan tepat pada waktunya ia menangkap  tubuh Claudia, ia sudah berada dalam dekapannya. Bahkan setelah itu, Claudia kehilangan kesadaran.

Reynald langsung membopong tubuh Claudia untuk membawanya ke kamarnya, sementara Velin membantu mengarahkan ke kamar yang akan dituju.

Setelah sesampainya didalam kamar, Reynald langsung merebahankan tubuh Claudia.

"Seharusnya gue yang minum,  bukan Claudia, bodoh banget sih gue!" ujar Reynald dengan penyesalan.

"Argh, kenapa ga gue kasih aja jatah makanan gue ke Claudia!" tandas Nathan dengan suara meninggi.

"Ini bukan salah kalian kok, tolong jangan salahkan diri kalian masing masing," lirih Velin mencoba menenangkan.

Sudah satu jam mereka menunggu Claudia sadar. Gadis itu membuka kedua matanya yang tertutup rapat.

Kami yang melihat Claudia tersadar langsung menghampiri gadis itu.

"Kinara, Fachri, sama yang lainnya gimana? Aku takut mereka kenapa-napa, setelah meminum itu." Ujar Claudia terlihat khawatir.

"Hey, kamu jangan pikirin mereka, biar kami yang mengurusi mereka, kamu fokus saja sama kesehatan kamu." Tutur Nathan sangat lembut.

"Engga, aku harus menghampiri mereka, aku takut mereka kenapa-napa, minuman itu dosisnya sangat tinggi!" sergah Claudia memberontak.

"Dosisnya sangat tinggi, mengapa Claudia bisa tau?" Pikir Reyhan.

Velin menghampiri Claudia, untuk memeluknya agar tak memberontak.

Nathan memberikan teh hangat kepada Claudia, Velin melepaskan terlebih dahulu pelukannya, lalu membantu memberikan teh hangat itu.

Claudia langsung menegukkan teh hangat itu hingga tandas. Setelah itu Velin membantunya meletakkan gelas itu di atas meja.

Velin mengambil kertas jadwal, ia membacanya bahwa hari ini, mereka harus monitor.

"Guys, aku keruangan panitia dulu ya, mau monitoring." Ucap memberitahu.

"Silakan."

Velin pun keluar dari kamar asrama itu, sehingga punggung nya sudah terlihat.

"Guys, apakah kalian ingin mengetahui sesuatu?" ucapku hendak memberikan informasi.

"Apa itu?" balas mereka dengan antusias.

"Tadi, ketika aku keluar dari kamar ini, aku melihat selembar kertas yang diliputi oleh darah, sangat tidak enak baunya, amis sekali. Apakah kalian ingin melihat fotonya?" ungkap ku memberitahu.

"Serius?"

Aku segera mengambil ponsel yang tersimpan di dalam saku rokku, dan menyusuri galeri ponsel. Kemudian menampilkan foto kertas tersebut di layar ponselku, aku langsung menunjukkan nya.

 Kemudian menampilkan foto kertas tersebut di layar ponselku, aku langsung menunjukkan nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Seseorang itu siapa?" Tanya Reynald kebingungan.

"Gak jelas banget, lagi ada acara kayak gini juga," celetuk Gio.

Velin tiba-tiba masuk dengan terburu-buru. "Sumpah takut banget, tadi saat aku meninggalkan ruangan, alu melihat seseorang mengenakan jubah hitam, matanya begitu tajam saat menatap aku, membuat aku merasa ketakutan, dan disitu aku segera pergi."

"Atau, ada sangkut pautnya dengan kertas selembar itu?" Tebak Gio.

"Hah, kertas selembar apa?" Tanya Velin mengerutkan kening.

Tanpa berlama lama aku menunjukkan foto itu, ke arah Velin, agar melihat nya. "Tadi aku menemukan kertas selembar itu di depan kamar kita."

"Wah, ada yang gak beres nih, pokonya kita harus hati hati." Tegas Reynald berhati-hati.

Velin menghela nafas. "Jadwal kita hari ini di aula, ayo kita ke aula."

"Claudia, kamu istirahat saja." Usul Nathan.

"Aku ikut sama kalian," sergahku

"Tapi kalau kamu kenapa-napa bilang." Cetus Reynald.

"Baik, terimakasih."

Kami pun, segera keluar dari kamar itu. Lalu berbondong-bondong untuk menuju tempat yang akan di tuju.

                             🧠
OMGGG!!

ADA YANG BISA TEBAK GAK, MEREKA MAU NGAPAIN???

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DULU YAA ✨

TERIMAKASIH 💙

LANGSUNG AJA YA, NEXT..

KELAS TERAKHIR Where stories live. Discover now