Bab 2 - Betina Rese (Sultan-Yuki)

250 47 2
                                    

Betina Rese (Sultan-Yuki) Bab 2

"Aku nulis novel tentang kita, loh, Sultan mau baca?" Suatu ketika, Yuki menyodorkan sebuah buku tulis ke hadapan Sultan. Menurut Bibi Haruka, sejak SMP Yuki suka menulis cerita di buku tulis, dan baru ketika di akhir kelas 2 SMA, gadis itu menunjukkan tulisannya kepada sang bibi. Namun, memangnya Sultan peduli? Dia memang suka baca, tetapi buku-buku yang berkualitas atau buku-buku dari penulis terkenal saja.

Sultan menggeleng. "Nggak, aku nggak bisa bayangin aku jadi tokoh di cerita kamu," jawab Sultan jujur dengan bulu kuduk meremang.

Yuki cemberut dan menurunkan buku tulisnya. "Tapi kata temen-temen bagus loh. Kata Bibi Haruka juga bagus. Sultan nggak mau baca dulu?"

Sultan menggeleng. "Pagi-pagi kamu ngapain ke sini, sih? Aku masih mau tidur, Yuki. Aku habis bergadang kerjain skripsi."

"Makanya itu! Aku mau menghibur Sultan! Aku bawa puding buatanku, ayo aku suapi!" Yuki membetulkan kacamata minusnya, lalu meletakkan buku tulisnya di meja belajar Sultan. Setelahnya, ia mengeluarkan kotak bekal dari tote bag yang dibawanya.

"Nggak mau, aku nggak suka manis."

"Iya aku tau, makanya aku buat pudingnya nggak terlalu manis, Sultan pasti suka."

Sultan menggerutu lalu menyibak selimut dan bangkit duduk di ranjang. "Sini, aku makan sendiri aja." Sultan tahu betul, Yuki tidak akan pergi sebelum kemauannya Sultan penuhi.

Selagi Sultan menyuap puding lumut berwarna hijau yang dipadu puding cokelat di bagian bawahnya, Yuki memperhatikan Sultan penuh pemujaan membuat laki-laki itu risi. Tapi mau bagaimana lagi, kan, Yuki itu bebal, batinnya.

"Sultan, kacamata aku bagus, nggak? Aku baru beli loh, soalnya yang lama patah."

"Biasa aja. Di mataku, semua kacamata terlihat sama," sahut Sultan tanpa mau repot-repot menoleh ke arah sang tetangga.

"Ish, Sultan, nih."

Puding buatan Yuki enak, tetapi Sultan tidak akan mengatakannya sebab tidak ingin gadis itu makin besar kepala dan berharap banyak kepadanya.

"Sultan, nanti aku boleh ikut ke wisuda kamu?"

"Sidang skripsi aja belum, udah ngomongin wisuda. Lagian ya, kalau kamu mau ikut wisuda, bayar sendiri ya kursinya, aku nggak mau bayarin. Satu lagi, kamu jangan malu-maluin di sana, dan jangan ngaku-ngaku jadi pacarku."

Manik Yuki di balik kacamata minusnya langsung berbinar-binar menatap Sultan. Ia meletakkan tangan kanannya di dahi bergaya hormat. "Siap, calon suami masa depanku! Aku punya uang, kok, jadi aku bisa bayar sendiri. Aku juga nggak bakal malu-maluin calon suami masa depanku!"

Sultan menatap Yuki selama beberapa saat sebelum kembali menyuap pudingnya. Yuki begitu memujanya dan akan melakukan apa pun untuknya. Jika Sultan meminta Yuki untuk menjadi pelampiasan hasratnya, mungkin gadis itu akan langsung menurutinya. Namun tidak, pikiran itu terlalu menjijikkan juga keji dan ia lekas mengenyahkannya.

Meski Sultan tidak menyukai Yuki dan ingin segera pergi menjauh dari gadis itu, tetap saja, ia tidak akan mungkin melakukan hal sekotor itu. Seharusnya Yuki bersyukur karena telah menyukai dan tergila-gila kepadanya, sebab jika laki-laki lain yang disukai gadis itu, mungkin Yuki sudah habis dimanfaatkan oleh laki-laki--entah siapa--itu, batinnya.

Sultan terdiam dan bulu kuduknya meremang. Bisa-bisanya Sultan berpikir begitu! Biar saja Yuki menyukai laki-laki lain dan dimanfaatkan. Semua itu bukan urusannya!

***

Di hari wisuda, Sultan ditemani ibu dan kakaknya, Intan. Dan satu lagi, betina rese tetangganya, siapa lagi kalau bukan Yuki. Gadis 17 tahun itu tampil memukau dalam balutan gaun putih sebatas lutut dan bahu terbuka dengan pita besar di belakang. Rambutnya yang lurus panjang dibiarkan tergerai. Bibirnya yang berwarna merah muda dipoles lipstik warna peach dengan bedak seadanya karena kulitnya memang sudah putih, mulus, dan bersih.

Membuat banyak laki-laki memandangnya baik yang seumuran Sultan maupun lebih tua darinya. Membuat Sultan kesal saja. Bukan, bukan karena cemburu, melainkan karena Mbak Intan dan ibunya menyuruh Sultan untuk melindungi dan menjaga Yuki dari pandangan para serigala lapar.

Padahal biar saja kan, batin Sultan kesal.

Banyak yang ingin berfoto dengan Yuki dan tentu saja Sultan tidak mengizinkannya.

"Sultan keren! Sultan cemburu banget ya karena banyak yang naksir Yuki! Tapiii tenang aja, Yuki cuma milik Sultan kok! Soalnya aku kan cintanya cuma sama Sul--mmph!"

Sultan membekap Yuki dari belakang. "Berisik, Yuki, jangan keras-keras. Aku cuma disuruh sama Ibu dan Mbak Intan buat jagain kamu jadi kamu jangan mikir macem-macem--auw! Yukii!"

Yuki memegangi tangan Sultan yang tadi digigitnya, lalu dikecupnya bekas gigitannya membuat Sultan membelalak hingga tidak bisa berkata-kata. Yuki lalu mendongak menatap Sultan. "Udah nggak sakit, kan?"

Bulu kuduk Sultan meremang. Yuki benar-benar gadis gila!

"Sultan, adiknya cantik banget, kenalin ke kita dong!" Beberapa laki-laki yang mengenakan toga berjalan melewati Sultan dan Yuki yang tengah berdiri di lorong gedung di luar aula.

Yuki langsung bersembunyi di belakang Sultan dan bersikap pura-pura malu dan kalem. "Bang Sultan, Yuki malu."

Sultan nyaris memutar bola matanya. Rese!!!

***

Yuki memandangi foto kebersamaan dirinya dengan Sultan--yang memakai toga--Bu Siti, dan Mbak Intan. Yuki mengecup gemas foto berbingkai itu kemudian meletakkannya di atas meja belajarnya. Ia juga membuat satu lagi dan sudah memajangnya di meja di kamar Sultan. Yuki terkikik kala teringat gerutuan Sultan, tetapi laki-laki itu akhirnya membiarkan saja ulahnya.

Yuki membuka sebuah buku tulis baru dengan sampul pemandangan bernuansa cokelat dan kuning, kemudian mulai menulis dengan pulpen.

"Suamiku Tetanggaku", itu judul cerita baru Yuki.

Yuki tersenyum-senyum sambil menulis. Ia menuliskan semua harapannya terhadap Sultan di buku itu. Ia harap, Tuhan akan mengabulkan doa-doa dan impiannya. Sebab hanya Sultan yang ingin ia jadikan suami masa depannya.

"Ya Tuhan, semoga Sultan adalah jodohku. Jika ia bukan jodohku, aku akan berusaha lebih keras dan terus berdoa agar ia menjadi jodohku. Dunia dan akhirat. Aamiin." Yuki mengusap wajah dengan kedua tangan, kemudian kembali menulis novel dengan senyum yang tak lepas dari bibir ranumnya.

Di luar kamar, Sultan yang hendak masuk, mengurungkan niatnya. Sang ibu menitahnya membawakan makan malam untuk Yuki karena Bibi Haruka tengah ada dinas keluar kota selama beberapa hari.

Bulu kuduk Sultan meremang. Ya Tuhan, semoga aku bukan jodoh Yuki, dan ia benar-benar bukan jodohku. Aamiin, doa Sultan dalam hati.

***

Hai, hai, senengnya vote Sultan & Yuki banyak. Makasih yang udah kasih vote & komen. Semoga suka karya baruku ini.

Jangan lupa mampir ke ceritaku lainnya:
My Innocent Fat Girl
Luka
The Boy on My Bed
Drake
Minah VS Tuan Duda Galak Sekali
Juragan Kos Galak VS Mahasiswi Kere (feat Nda-Aqila, wattpad GayatriJane86)

Salam hangat,
Emerald, Minggu, 14 April 2024, 09.03 wib.

Tetanggaku BETINA Rese by EmeraldWhere stories live. Discover now