✦2. Need Budrek

341 29 2
                                    

"Hah ...."

Entah sudah berapa kali helaan nafas keluar dari mulut Sui dan Selia. Pasalnya kini dunia per-maestroan sedang tidak baik-baik saja karena kedatangan Hatsuka.

"Sui, gimana ni? Berarti nambah lagi dong orang yang kemungkinan bakal jadi musuh kita?," tanya Selia yang sedang menyandarkan kepalanya di sofa. Ia merasa sangat pening sekarang.

Jangankan Selia, rupanya Sui juga sama peningnya. "Jujur aku juga ga tau harus gimana sekarang. Kalaupun tadi kita ga setuju, kita pasti yang bakal kesulitan. Apalagi orang macem Agil tadi setuju, tu orang pasti punya seribu satu alesan supaya kita setuju."

Selia sekali lagi menghela nafas lelah," entah kenapa tapi firasat gue bilang keseimbangan Kota bakal semakin hancur gara-gara kedatengan si Hatsuka ini."

"Kalau itu sih ... Ya, kayaknya udah pasti bakal terjadi. Lagian kamu udah denger sendiri kan tadi, apa jobnya si Hatsuka?."

Selia mengangguk lesu, hampir 80% maestro yang hadir di rapat tadi menyetujui job Hatsuka sebagai maestro netral yang bebas dari organisasi. Adapun tugas Hatsuka? Ia tidak memiliki tugas secara spesifik karena ia memiliki kendali penuh atas jobnya. Jadi tidak ada satupun dari para maestro ataupun keluarga-keluarga lain yang mengetahui rencana Hatsuka untuk Kota Tokyoverse.

"Hah ...." Selia dan Sui menghela nafas berbarengan.

Seperti judul chapternya, mereka berdua saat ini sangat butuh budrek-obat sakit kepala.

"Loh, kalian kenapa? Kok lemes banget? Sakit kah?." Sebuah suara lembut memasuki gendang telinga Sui dan Selia.

"Eh mami, engga sakit kok mi. Aku cuma kecapean dikit aja tadi gara-gara ngerawat pasien," ucap Sui berbohong.

"Gitu, trus Selia kenapa? Sakit?." Caine Chana, atau yang lebih akrab dipanggil mami oleh anak-anak TNF karena sikapnya yang lemah lembut. Ia memperhatikan Selia yang menurutnya terlihat sangat lesu, sedikit kekhawatiran muncul di hatinya.

Selia menggeleng pelan dan tersenyum," mana ada Selia sakit mi. Selia cuma kecapean." Lututnya menyikut lutut Sui, tanda meminta bantuan.

"Iya mi, kita baik-baik aja kok. Tadi Selia kan kebetulan nganggur, makanya aku ajak bantuin aku ngerawat pasien. Soalnya tadi sebagian besar timku pada cuti," ucap Sui yang paham dengan kode dari Selia.

Caine mengangguk mengerti. Ia meletakkan sebuah tas kain berwarna hitam di atas meja. "Itu aku sekalian beli beberapa camilan pas ke minimarket buat nyetok bahan makanan. Kalian makan aja, nanti kalo ada yang lain sekalian bagi-bagi ke mereka juga ya. Aku mau siap-siap masak buat makan malam."

Melihat tas yang berisi camilan membuat tenaga Selia seketika terisi kembali. Ia meraih tas hitam dengan semangat sembari berterima kasih pada Caine karena sudah membelikan camilan.

Dengan semangat Selia mengeluarkan semua camilan yang dibeli Caine. 3 botol kola-kola berukuran 1 liter, 5 bungkus besar keripik, 3 bungkus permen, dan camilan-camilan lainnya. Melihat isinya yang bisa dibilang berat membuat Sui berdecak kagum. "Gila, itu bahu si Caine apa ga pegel ya? Isinya sebanyak ini, mana ada 3 botol kola-kola ukuran 1 liter pula."

"Yeuu, mami mah setrong." Selia membuka salah satu bungkus besar keripik kentang rasa original. "Eh Sui, gue mau dong kola-kolanya. Bentar, gue ambil gelas dulu buat kita," ucap Selia lalu melesat ke dapur untuk mengambil gelas untuknya dan Sui.

"Nah, udah ni. Aseekk, pesta kitaa. Sabodolah sama rapat tadi, mending kita party dulu ga seehh," ucap Selia lalu menenggak kola-kola yang sudah dituangkan Sui.

"Hayoloh, ga bagi-bagi. Ceritanya makan sembunyi-sembunyi kah maniez?," ucap Mako yang baru turun dari lantai 2 diikuti Mia dibelakangnya.

"Dih curangg. Masa mau diembat berdua aja itu camilan. Mia kan juga mauu," ucap Mia mendudukkan dirinya di samping Selia dan ikut mengambil keripik kentang yang sudah dibuka tadi.

TOKYO NOIR FAMILIA : Who's the Winner?Where stories live. Discover now