Artist dari grup itu

21 4 0
                                    

Dinginnya udara malam menerpanya. Di tengah hiruk pikuk persimpangan Kota Shibuya yang tidak pernah sunyi, pemuda itu terlena dengan pikirannya sendiri. Menyibak rambut orange-nya, dia berjalan santai melewati kerumunan orang.

Terkadang ada beberapa orang yang meliriknya. Aneh betul ada remaja yang masih mengenakan seragam sekolah di jam-jam seperti ini. Tapi sama seperti kebanyakan orang, mereka mengabaikan apa yang bukan urusan mereka. Toh mungkin saja dia baru selesai dari kelas malam yang memang disediakan beberapa sekolah. Tapi tatapan mereka sepertinya diartikan lain oleh pemuda itu.

'aku tidak akan terbiasa dengan keramaian ini,' pikirnya.

Namanya Shinonome Akito, tahun pertama SMA Kamiyama yang mengikuti kelas malam. Ada beberapa alasan dia mengambil kelas malam yang sebenarnya tidak seberapa efektif untuk media pembelajaran. Tapi dia tidak punya banyak pilihan lain.

Setelah sampai di sisi lain jalan, dia segera berjalan menuju stasiun kereta. Melihat jadwal, sepertinya keretanya masih belum datang. Itu berarti keuntungan bagi dia karena tidak ketinggalan kereta terakhir yang mengarah ke lingkungan rumahnya.

Setelah keretanya sampai dan pintunya terbuka, dia langsung masuk tanpa kesulitan. Jam rusuh sudah berakhir setidaknya satu jam lalu. Dia melihat beberapa wajah pekerja kantoran yang familiar. Orang-orang yang dilihatnya setidaknya lima dari tujuh hari dalam seminggu. Bukan berarti dia mengenal mereka. Mereka hanyalah orang-orang yang berbagi ruang di kereta terakhir.

🥞

"Aku pulang."

Akito tahu tidak akan ada jawaban. Tapi meski begitu, terkadang dia berharap ada yang menjawabnya. Tapi itu masih saja harapan kosong yang polos.

Naik ke lantai dua, suasananya entah kenapa selalu lebih sepi. Bukan berarti dia mempersalahkannya. Hanya saja kadang lebih sulit untuk bernafas. Sangat sulit.

Kamarnya, seperti biasa kurang pencahayaan. Matanya selalu sensitif terhadap cahaya matahari yang baginya terlalu terang. Oleh karena itu juga kamarnya selalu terancam lembab. Jadi tidak ada pilihan selain menyalakan ACnya setiap saat agar perabotan terhindar dari kelembaban dan jamur.

Duduk di meja dan menyalakan komputernya, dia terhubung ke dunia elektrik. Yah, tidak sepenuhnya begitu karena dia lupa mematikan komputernya tadi. Jadi dilihatnya beberapa tabs yang masih terbuka.

Masuk ke nightcord, Akito memasang headset miliknya. Memulai sisi lain kehidupannya yang dia sembunyikan dari semua orang, termasuk keluarganya.

Tidak ada lagi Shinonome Akito, yang dikenal semua orang di internet adalah Kaede, seorang illustrator dari grup musik bawah tanah. Tidak ada yang mengenal dirinya yang asli (Dia mengabaikan fakta bahwa nama aslinya sendiri sering muncul).

🥞

<"Oh? Kaede, kamu di sana?"> Suara gadis yang ramah menyapanya.

"Memangnya di mana lagi?" Akito berdecak.

<"Maaf, habisnya kamu bukan satu dua kali tidak sengaja menyalakan mikrofon sebelum waktu pertemuan,"> godanya.

"Yah, aku akui kalau itu memang salahku, Yuki." Untung saja Yuki tidak akan pernah tahu wajahnya yang memerah karena malu. "Itu mengingatkanku, kamu sedikit lebih awal hari ini."

<"Soalnya orang tuaku juga tidur lebih awal hari ini, jadi apa salahnya aku login lebih awal juga?"> Dia bercerita seolah-olah itu hal yang bagus. <"Selama kita tidak begadang atau ingin diomeli Ruru">

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Midnight GhostWhere stories live. Discover now