2. Untitled

1.1K 79 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Irin sudah berjanji membantu Sasti, jadi ia berusaha semampunya untuk mencari calon terbaik untuk sahabatnya. Selama seminggu ia terus merongrong sang suami untuk mencarikan teman single untuk Sasti. Akhirnya, ia pun berhasil mengantongi nama yang bisa Sasti pilih.

Setelah drama mengantar anak-anaknya sekolah selesai, Irin langsung menuju Rinjani. Irin adalah ibu rumah tangga beranak dua yang baru bebas setelah mengantar anaknya sekolah. Jadi, ia memanfaatkan waktu bertemu Sasti sebaik mungkin sebelum kembali menjemput anak-anaknya.

Saat Irin datang, Rinjani sepi karena masih terlalu pagi. Irin datang membawa berita baik sekaligus buruk untuk Sasti.

Irin menunjukkan foto dari layar ponselnya. Ia tersenyum sambil menjelaskan siapa pria yang ingin dikenalkannya pada Sasti itu. "Teman main si Rifky kalau hiking nih. Masih single dan lagi nyari calon istri. Cocok buat kamu, Sas! Kamu ingat nggak? Waktu itu, dia juga datang di acara ulang tahun anak gue."

Sasti memerhatikan wajah pria berkulit cokelat yang memiliki lesung pipi di kanan sedang tersenyum. Cukup menarik, tapi terlihat masih muda. Sayangnya ia tidak ingat pernah bertemu dengan orang ini. "Siapa namanya? Kerja di mana?"

"Namanya Banyu, kalau nggak salah sih kerja di NGO kemarin. Kalau hari ini belum tahu deh."

Sastia mengeryit mendengar jawaban Irin yang tidak pasti. "Bukan teman kantor si Rifky? Kayaknya masih muda banget. Berapa umurnya?"

"Ya nggak muda-muda amat, Sas. Kalau nggak salah sih 27-28-ish."

"Hah? 30 aja belum, Irin! Memangnya dia mau sama aku yang lebih tua dan janda? Kok nggak realistis sih, Rin?"

"Ya we never know kan, Sas. Rifky sudah minta izin ke dia untuk nunjukin fotonya ke kamu. Dia nggak masalah kok soal usia. Rencananya, aku dan Rifky mau ajak dia ke sini sekalian ketemu kamu. Gimana?"

"Duh, Rin. Memangnya ada yang percaya kalau misalnya orang semuda dia mau sama aku?"

"Ada, Sas. Zaman sekarang sudah nggak terlalu aneh pacaran sama brondong. Lagian ini ketemu doang, kalau misalnya visi kalian nggak cocok ya nggak usah dilanjut."

Sasti berpikir untuk sesaat. "Dia tahu kalau aku nyari status doang, Rin?"

Irin mengangguk berkali-kali. Ia mengatakan bahwa Rifky sudah membicarakan hal itu dengan Banyu dan pria itu sama sekali tidak keberatan. "Aku sih suka banget sama dia, Sas. Fun. Hidup kamu nggak bakal boring deh."

Sasti mengernyit tidak mengerti alasan Banyu setuju dengan keinginan Sasti. "Rin, aku cuma butuh hitam di atas putih aja, bukan pasangan beneran. Hati aku sepenuhnya selalu buat Rio."

Irin meminta maaf karena lupa bahwa Sasti tidak akan menghapus Rio dari hidupnya. Ia hanya bermaksud meyakinkan Sasti bahwa Banyu orang yang supel dan bisa andalkan. "He's fine with you dan semua hal yang kamu bilang. Kalau kamu nggak percaya, mending ngobrol dulu aja sama dia biar clear. Oke, ya? Ngobrol dulu aja, Sas."

diaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang