PROLOGUE ㅡ

5 0 0
                                    

2 April 2024

21.56

Aku menarik napas, menjatuhkan kepalaku ke meja belajarku, kembali teringat tentang kenangan serta bagaimana pertemuan antara aku dan Harsa.

"Shh... Kangen.." gumamku pelan, menahan air mataku agar tidak jatuh dan membasahi buku di meja belajarku.

Saat sedang sibuk menggalau, tiba-tiba, terdengar lagu fever yang sengaja aku pasang sebagai ringtone diponselku. Segera, aku meraup wajahku gusar. Nama kontak 'Gamalie ♡' tertera di layar. Segera aku menaikkan tombol hijau, menerima panggilannya.

"Kenapa? Tumben banget malem-malem nelfon?" tanyaku, masih dengan suara bergetar karena aku sedang menahan sesak sedaritadi.

"Bebb, kamu udah selesai tugas fisika yang halaman 97 belum?" tanya Gama dari seberang, sengaja melembut-melembutkan suaranya, namun itu justru membuatku jijik level ekstrem.

"Gausah gitu nadanya, jijik" jelasku, memutar mataku malas.

Terdengar kalau dia terkekeh di seberang, setelah sekitar 2 menit, dia berhenti. Kembali menanyakan hal yang sama. "Tugas fisika halaman 97, udah kelar lo?" tanyanya, kali ini nadanya lebih normal dan lebih nyaman didengar.

"U... dah, tapi kalo lo mau nyontek.. Ga dulu deh" jelasku. Suara hembusan napasnya terdengar di speaker. Dengan moodku yang mulai memburuk, aku memutuskan untuk mematikan dan memutus panggilannya.

Beberapa menit berlalu, muncul sebuah notif dari ponselku.

Gamalie ♡: Kenapa dimatiin ih :( Mau liat jawaban lo, Nesh ㅠㅠ

Katanya dari pesan singkat yang dia kirim. Aku menghela napas, mengabaikan komentarnya. Sebelum akhirnya aku mneyerah dan merebahkan diriku dikasur. Mataku mulai mengantuk, terasa berat sampai aku memutuskan untuk tidur sebentar.

Sialnya, Gamalie bukankah perempuan yang sepayah dan seputus asa itu. Dia kembali menghubungiku lewat telfon. Ponselku kembali mengeluarkan lagu fever. Cih, anak ini kembali menelefon.

Awalnya, aku memutuskan untuk mengacuhkannya dan pergi tidur. Tapi Gamalie benar-benar pejuang hebat, dia terus menelefon hingga 7 kali. Aku berdecih, memutar mataku malas. Aku menyalakan lampu dan jalan kearah meja belajarku. Mengangkat telefon Gamalie.

"Apa nyet?" tanyaku, cukup emosi. "Waduh, santai, kalem, jangan ngegas sayang" ucapnya dari seberang, rasanya aku ingin menghampiri dan mengurungnya disangkar burung.

"Gue nelfon lagi bukan mau nanyain tugas, cuma mau ngabarin. Harsa lagi deket sama cewe" sambungnya setelah mengejekku.

"Lagi?" tanyaku, direspon dengan tawa dari mulut Gamalie. "Tapi lo cemburu kan?"

"Gue bukan siapa-siapanya, Gam. Dari awal gue emang ngga ada hubungan sama dia." jelasku. Gamalie bangsat, saat aku sedang mati-matian menahan perih, dia masih mengejekku dan bertanya bahwa aku cemburu atau tidak.

"Ah iya, hubungan tanpa status!" ejeknya, disusul dengan tawa yang makin terdengar menjengkelkan. "Eh iya, Nesh. Tau ga? Si Kamael, mantannya Harsa katanya punya pacar lagi. Padahal dia belum sepenuhnya ikhlas akan kehilangan si Harsa." jelasnya, kali ini nadanya terdengar jauh lebih serius.

"... Oh, harus pake ngelibatin orang baru ya dia? Keren si Harsa. Mantannya aja pelru make orang baru untuk ngelupain dia, jahat ya." ucapku, tersenyum miring, entah mengapa. Dadaku terasa sesak.

"Keren bapak lo botak! Harusnya hukum ngelibatin orang baru untuk ngelupain masa lalu tuh ada di UUD 1945! Itu tuh gue paling ngga bisa terima! Kalo belum ikhlas ya harus diusahain ikhlas dulu, baru cari orang baru! Ngerti ngga sih?" omelnya dari seberang, dia memang sangat sensitif saat ada seseorang yang melibatkan orang baru hanya untuk melupakan dan mengikhlaskan kepergian masa lalu. Intinya, cinta masih ada di orang lama.

Tak lama kemudian, terdengar suara wanita memperingati Gamalie. Iya, itu tante Nabielㅡmama Gamalie. "Jangan berisik Gama! Udah malem!" teriaknya dari luar kamar Gamalie.

"Iya ma! Maaf, Gama lagi emosi!"  sahut Gama, lalu tiba-tiba memutus sambungan telefonnya. Ya baguslah, karena setelah itu, Gama tidak menelefon dan menggangguku lagi.

Aku menarik napas gusar, membawa ponselku kekasur setelah mematikan lampu kamarku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menarik napas gusar, membawa ponselku kekasur setelah mematikan lampu kamarku. Aku merebahkan diriku di kasur. Membuka instagram. Melihat postingan terbaru Harsa, dia sedang belajar, maklumlah anak ambis. Kalau Kamael? Postingan terbarunya menunjukkan dia bersama Jendral berpegangan tangan. Ya, Jendral adalah pelampiasan Kamael. Jendral digunakan Kamael agar dia bisa segera melupakan Harsa. Kejam memang.

Setelah memperhatikan beberapa foto, akupun menarik napas, merebahkan tubuhku di kasur. "Selamat malam, mimpi indah ya." gumamku, lalu memejamkan mataku, terlelap dalam mimpi.

~~~

votenya dong kakak >○<

~~~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Not Strangers, Not Lovers Where stories live. Discover now