PENGHUNI 5

16 1 0
                                    

"Silakan," balas Gio dengan senyumnya yang khas.

Aku duduk di samping Gio tanpa kata-kata. "Terima kasih, apakah kamu ingin roti?"

"Wah, boleh tuh," jawab Gio dengan santai.

Velin mengeluarkan roti dan susu kotak dari tasnya, memberikan satu set kepada Gio. "Ini untukmu."

Gio menerimanya dengan senang. "Sebenarnya kamu hanya mau memberiku roti, kan?"

"Ha-ha, tentu saja, tetapi makanan harus seimbang dengan minuman," canda Velin, yang membuat keduanya tertawa

Setelah itu, aku duduk bersama Reynald dan Nathan, sambil menikmati cemilan yang kubawa. Kami bertiga tertawa saat mengingat tingkah laku beberapa siswa yang langsung tidur begitu masuk bis.

"Tadi saya melihat ada cowok yang baru masuk ke dalam mobil langsung tertidur," kata Nathan membuatnya tertawa.

"Heh, tadi juga saya melihat perempuan, baru masuk kedalam bis langsung tertidur, pules lagi," timpal Reynald kembali tertawa.

"Bisa diem ga, kalau orangnya denger gimana." Bisikku menegur, namun tak mempan mereka masih saja tertawa.

"Eh tapi bentar deh, saya melihat ada cewek cewek, baru masuk bis langsung makan cinlok, banyak lagi bawa ciloknya." Sambung ku sangat beruntung.

"Beruntung banget, minimal bagi bagi." Balas Nathan menginginkannya.

"Bener tuh, apalagi cilok enak," sambung Reynald.

"Dan ternyata saya di tawarin, awalnya saya tolak, eh karena dipaksa, saya terima deh." Sarkasku sambil mengambil cilok yang berada didalam tasku.

Dengan cepat mereka menyantap cilok tersebut, dan dengan sigap membuang sampahnya ke tempat yang tersedia di samping Reynald.

Tanpa terasa, perjalanan mereka telah sampai pada tujuan. Reynald, Nathan, dan Gio bersiap-siap untuk mengkoordinasikan siswa-siswi lainnya.

Setelah turun dari kendaraan, Velin pertama kali mengabsen siswa-siswi yang lain, diikuti oleh Claudia yang mengabsen siswa-siswi yang satu kendaraannya.

Ibu Olla, Ibu Nevi, dan Pak Hartato mendekati beberapa anggota osis.

"Kami menitipkan siswa-siswi yang lain kepada kalian. Kami percaya pada kalian, bahwa kalian akan menjadi panitia atau penanggung jawab yang sangat baik," ucap Nevi dengan penuh kepercayaan.

"Jangan lupa untuk memperhatikan murid-murid yang lain, namun jangan lupakan juga diri kalian sendiri," tambah Ibu Olla dengan bijak.

Beberapa orang, terdiri dari 6 pria dan 6 wanita paruh baya, mendekati mereka.

"Pak, Ibu, inilah siswa-siswi dari perwakilan sekolah kami," ucap Hartato memberi tahu mereka.

"Baiklah," jawab salah satu pria dengan suaranya yang berat, sambil menegakkan tubuhnya yang tegap.

"Kalian, para panitia, ikuti saja kami," perintah salah satu wanita.

"Saya pamit ya, Pak, Ibu. Terima kasih atas kesempatannya," ucap Olla berpamitan.

"Kalian boleh ikut kami," perintah wanita itu.

Kami pun bergerak bersama-sama menuju asrama, sambil menelusuri setiap sudut tempat itu. Begitu sampai di lapangan, mereka langsung berkumpul di dalamnya.

Setiap anggota OSIS mengatur barisannya masing-masing. Di depan mereka, berdiri 12 orang dewasa yang akan melakukan tes mental kepada para siswa.

Kalian tahu tujuan kalian datang ke sini?" Tanya seorang pria berpostur gagah.

KELAS TERAKHIR Where stories live. Discover now