"Eits, kamu lupa ya kalau Adel sama Aldo juga keluarga Radipati? Ga cuma aku sama Feni, loh," elak Gracia mengingatkan Shani kalau dialah yang pertama kali membawa personil dari Radipati ke organisasi mereka.

Shani kembali menghela napasnya, dengan pasrah ia pun memeluk tubuh Gracia dan menyandarkan kepalanya di dada kekasihnya. "Cape," keluh Shani sembari memejamkan matanya.

"Sebentar lagi kak Melody bakal pensiun," ucap Gracia. Tangan lentiknya dengan lembut mengusap urai rambut Shani yang panjang. "Kamu siap gantiin dia?" Tanya Gracia sembari menangkup kedua pipi Shani, memaksa kekasihnya untuk menatap wajahnya yang serius.

"Menurut kamu, Gee?"

Gracia mengangguk mantap. "Aku yakin, selagi itu adalah kamu."

"Aku takut ngacauin semuanya," adu Shani dengan manja, kini kepalanya kembali meringkuk di tengkuk leher Gracia, mencari kenyamanan dari tubuh hangatnya Gracia.

Gracia menggeleng pelan lalu mengecup pucuk kepala Shani. "Si sempurna Shani mengacau? Bunuh aja aku kalau kamu mengacau," sumpah Gracia yang yakin kalau Shani tak akan pernah melakukan kesalahan.

"Aku ngebawa Aldo aja udah kesalahan," ucap Shani dengan tawa mirisnya, menyesal karena membawa adik Adel yang seharusnya tidak ia selamatkan dahulu.

"Tunggu setahun lagi, aku yakin dia bisa terima dengan kehidupannya yang sekarang." Gracia menoleh, menatap ke arah Jessi yang tertidur di atas ranjang Gracia.

"Kamu cuci otak Aldo?" Tanya Shani tidak tahu apa-apa dengan apa yang Gracia lakukan pada Aldo selama ini. Gracia selalu bilang untuk tetap tenang karena Aldo berada di tangannya, ia juga selalu bilang kalau suatu saat nanti Aldo akan lupa dengan nama keluarga besar yang ia bawa di nama panjangnya.

"Kurang lebih kayak gitu, sih."

"Gila kamu, Gee."

---

"Katanya kak Shani mau nyusul kamu."

Azizi menoleh kebelakang, melihat Adel yang jalannya terpincang-pincang mendekat duduk di sebelahnya. Azizi menggeleng lalu memeluk kedua kakinya. "Ga ada tuh," jawab Azizi dengan ketus.

"Omdo." Adel menghela napasnya dengan panjang. Diliriknya Azizi sekilas, melihat sekitar mata adiknya yang berwarna biru. "Sana ke dapur, minta es buat kompres mata mu," suruh Adel sembari menyeka anak rambut Azizi untuk melihat lebih jelas luka lebam di mata adiknya.

Azizi menggeleng sambil menepis tangan Adel, menyingkirkan tangannya yang sedang menyeka rambutnya. "Ga usah, ga sakit," kilah Azizi dengan marah.

"Elehh, bohong!" Dengan kuat, Adel memencet pelipis mata Azizi yang lebam itu, membuat Azizi berteriak sakit tak karuan. "AKHH ANJING!"

"HAHAHAH, AKU BILANG KE KAK GRACIA KALAU KAMU NGOMONG KASAR!" Adel tertawa puas lalu berdiri dengan cepat dan berjalan setengah berlari menuju pintu kamar sambil terpincang-pincang.

Azizi yang masih mengusap matanya tak tinggal diam. Ia mengambil selimut yang ada di kasur lalu melemparnya bak jaring ikan untuk menangkap Adel. "Dasar tukang cepu!" Azizi menarik tubuh Adel. Karena kakinya yang pincang, Adel tak bisa bertahan dan akhirnya terseret kebelakang ke Azizi.

Keduanya tertawa bersama sesaat sampai akhirnya pintu terbuka dan Gracia masuk menatap mereka berdua. "Seru, ya?"

Azizi dan Adel seketika langsung berdiri dan menunduk. "M- maaf, kak. Ga bermaksud ribut," ucap Adel dengan takut karena telah menimbulkan keributan bersama Azizi. Satu peraturan tak tertulis di akademi mereka ini adalah untuk tidak berisik di dalam kamar. Dikarenakan dinding kamar mereka tipis, suara-suara mereka yang cukup berisik bisa terdengar hingga jarak dua kamar.

"Ikut aku, yuk." Gracia masih memegang gagang pintu, menatap kearah dua anak itu yang hanya memberikan anggukan sebagai jawaban. Gracia pun bergerak keluar diikuti Adel dan Azizi, entah menuju ke mana.

Sesampainya mereka di ruangan yang di tuju oleh Gracia, Adel dan Azizi tertegun melihat betapa ramainya orang-orang disana. Bahkan ada Freya dan Kathrina.

Oh, ada Christy juga.

"Maaf atas pertemuan dadakan kita hari ini, karena ada hal penting yang benar-benar ingin saya sampaikan." Seorang perempuan anggun dengan aura intimidasi yang besar berbicara menggunakan pengeras suara di atas podium. Semua mata dan perhatian juga tertuju padanya, seakan bertanya-tanya seberapa pentingnya pertemuan ini.

"Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, yaitu; kita akan membuat cabang baru, yang akan di pimpin oleh Shani!" Seru perempuan itu sambil menyambut Shani naik ke atas podium. Semua orang bersorak dengan kuat, memberi selamat dan juga semangat pada Shani yang saat ini sedang memberikan pidato terbaiknya yang juga dadakan. Ia sama sekali tidak tahu kalau dirinya akan dipromosikan menjadi boss organisasi cabang.

"Segitu takutnya kak Melody di gantikan sama Shani," monolog Gracia menatap ke arah podium. Adel dan Azizi mendongak ke atas, melirik Gracia yang sepertinya sedang berpikir.

"Kenapa Bu boss takut sama kak Shani?" Tanya Adel penasaran.

"Shani itu. . Sempurna," jawab Gracia yang sama sekali tidak Adel mengerti maksudnya. "Karna takut posisi pemilik di ambil Shani, dia langsung jadiin Shani ketua cabang biar ga bisa ngerebut posisinya. Pinter juga akal Bu Boss," sambung Gracia yang lagi-lagi tidak membuat Adel paham.

Wajar, masih kecil.

"Terimakasih pada Shani atas pidatonya, semoga lancar ya menjalankan cabang organisasinya," ucap Melody setelah Shani turun dari atas podium. "Baik, yang selanjutnya saya mau bilang kalau. . Ada satu anggota baru yang akan bergabung dengan organisasi resmi kita," sambung Melody membuat semua orang langsung penasaran dengan siapakah yang akan menjadi anggota resmi di organisasi.

Ada beberapa kandidat yang sudah mereka terka. Antara Freya si peringkat pertama, atau Kathrina yang sudah memiliki banyak pengalaman menjalankan misi. Oh, jangan lupakan Christy yang merupakan transferan dari akademi lain. Meski demikian, Christy itu termasuk kuat, ia bahkan pernah hampir mengalahkan Adel di tes senjata.

Siapapun orangnya, mereka akan bersorak memberi semangat pada anak baru itu nanti.

"Beri semangat untuk anggota baru kita, JESSI!"

Beda dengan ekspektasi mereka, ruangan yang seharusnya ramai dengan sorak-sorai menyambut anggota baru mereka itu justru malah sepi tak ada suara. Mereka tertegun dan kaget, melihat seorang gadis yang terluka naik ke atas podium dan menerima pengeras suara dari Melody.

"Aku. . Jessi, dari keluarga Radipati."

.
.
.
.
.
Masa lalu makin rumit aja nieh.

Menurut kalian, kenapa kehadiran Jessi bisa seberpengaruh itu buat 6 saudari??

PENGASUHWhere stories live. Discover now