Heeseung ikut masuk ke dalam kamar mandi dan langsung menahan tangan Chaterinna yang nyaris menyemprotkan air itu lagi kepadanya. Chaterinna terdiam seketika saat Heeseung tersenyum kearahnya.

"That's enough, hey! Nanti sakit malah berabe." Ucap Heeseung dan langsung di balas tawa oleh Chaterinna.

"Lo waktu kecil emang nggak pernah main begini, Seung? Seru banget, dulu gue sering main sama mama."

Heeseung terdiam, dia tersenyum lagi namun kali ini senyumannya terasa begitu hambar. "Tapi sekarang kita udah besar, jadi gampang sakit. Serunya sebentar doang, sakitnya yang lama."

Chaterinna tertawa lalu mengangguk setuju, "bener, sih."

"Udah, lo mandi sekarang. Gue masakin sup iga, ya? Masih ada stock soalnya."

Chaterinna lagi-lagi mengangguk setuju, sungguh jika begini dia benar-benar merasa bersalah dengan tindakannya tadi siang kepada Heeseung. Dasar Chaterinna tidak tahu diri, huh. Pikirnya.

Baru saja Heeseung ingin melangkah keluar kamar mandi, tangan laki-laki itu kini di tahan oleh gadis bersurai panjang tersebut.  Heeseung menatap bingung kearah Chaterinna meminta penjelasan.

"Tapi baju lo basah juga, Seung. "

Heeseung tertegun, "gue nggak selemah lo."

Chaterinna berdecak sebal, jantungnya seketika berdegup kencang. Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya, tatapan Heeseung begitu memakan habis iris matanya. Jangan lupa ucapakan Chaterinna waktu itu.

He is very good at dominating everythings.

Heeseung mendekat kearah Chaterinna sehingga gadis itu berjalan mundur sedikit menubruk tembok di belakangnya. Heeseung tanpa aba-aba langsung meraup bibir Chaterinna dengan gerakan perlahan namun pasti. Chaterinna memegang pundak Heeseung berniat menahan laki-laki itu namun sial, She was carried away by this heretical current.

Heeseung mulai menangkup wajah Chaterinna dan menekan jempolnya pada bagian rahang sang gadis agar membalas ciumannya. Heeseung menggeram tertahan saat merasakan Chaterinna mulai terbawa arus yang dia buat sekarang, membalas lumatannya dengan sama intensnya.

Tangan Heeseung tidak tinggal diam. Laki-laki itu mulai menyentuh titik kelemahan Chaterinna yaitu lehernya dengan gerakan abstrak. Mendengar sang gadis melenguh pelan Heeseung tersenyum kecil.

Melepas ciuman itu dan menatap gadis di hadapannya dengan sayu namun masih sangat mendominasi.

"Seung,"

"Hm?"

Chaterinna tidak menyahut lagi saat merasakan Heeseung mulai memainkan lidah dan giginya di area leher dengan lihai. Mengigit dan mengisapnya pelan membuat tubuh Chaterinna terasa berat dan kepalanya pusing. Tubuhnya seperti tersetrum terus menerus dengan listrik yang dapat di nikmati tanpa rasa sakit.

"Mmh.. Seung."

"Keep moaning like that, you can call my name as a guarantee."

Heeseung perlahan menarik pakaian yang di pakai Chaterinna hingga terlepas, tidak ada perlawanan dari sang gadis saat ini. Tubuhnya sungguh di kuasai rasa yang membuatnya begitu gila sekarang. Heeseung mencoba membuka bra yang Chaterinna pakai namun ternyata sangat sulit, sungguh dirinya tidak bisa membuka itu sendirian.

Chaterinna tertawa saat menyadari wajah Heeseung yang terlihat kesal karena tidak bisa membuka kaitan bra miliknya.

"Kok susah, Chat?" Ujar laki-laki itu masih berusaha.

Chaterinna menahan tangan Heeseung dan menjauhkan tangan itu dari kaitan bra di punggungnya. Perlahan Chaterinna membuka kaitan itu sendiri sampai terlepas namun Chaterinna seketika menahan bra-nya yang nyaris terlepas dari dadanya.

Heeseung menelik gerak-gerik Chaterinna yang terlihat gugup, "Can I play a little there? Sebentar aja.”

Chaterinna menutup matanya gugup lalu perlahan dia membiarkan bra-nya terlepas dari tubuhnya dan jatuh ke lantai kamar mandi. Heeseung tertegun menatap hal yang kini ada di hadapannya.

Heeseung mendekat lagi kearah Chaterinna dan mencium bibir Chaterinna dengan lebih lembut lalu turun ke leher gadis itu hingga sampai pada pemandangan yang memang sangat Heeseung rasakan.

He started with slow movements there, mengisap dengan lembut sedikit memainkan lidahnya dan mengigitnya pelan. Kali ini sengatan listrik itu kian terasa, nafas Chaterinna tidak beraturan tangan gadis itu meremat kuat rambut bagian belakang Heeseung yang masih asik bermain di sana.

"Seung, cukup." Chaterinna terus melenguh pelan.

Heeseung paham, laki-laki itu langsung menjauh dari sana dan mengecup kening Chaterinna sebelum akhirnya pergi dari sana tanpa sepatah kata apapun. Saat Chaterinna menatap dirinya di depan kaca kamar mandi, dia mendapati cukup banyak bekas kegiatan yang Heeseung buat pada leher maupun dadanya.

"AYO, MANDINYA JANGAN LAMA! NANTI SAKIT!" Teriak Heeseung dari arah dapur membuat tubuh Chaterinna tersentak bukan main.













































To be continued>>>>>>>

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Où les histoires vivent. Découvrez maintenant