001.

1.1K 49 0
                                    

Menatap pasar yang ramai dengan langkah perlahan, tak lupa senyum yang tak pernah luntur jika sudah menginjakkan kakinya di teman ini. Rambut panjang yang terikat asal, hingga kaca mata sebagai bantuan lain untuk memperjelas penglihatan yang mulai rabun.

“Hai, kak! Aku mau beli kue bolu cokelat nya! Harganya berapa, kak?” tanya seorang anak kecil yang sedikit berjinjit untuk menjangkau meja penuh jenis kue tersebut.

Chaterinna tersenyum, “harganya 2 ribu. Mama kamu kemana? Kok, kamu sendirian?”

“Mama aku pergi, kak. Lagi belanja daging sapi katanya.” jawabnya terdengar lucu.

Chaterinna mengambil bolu yang di inginkan anak kecil itu dan memberikan nya.

“Ambil aja, buat kamu makan. Kapan-kapan mampir lagi, ya?”

“Terima kasih kakak cantik!” anak itu pergi sambil meloncat di setiap langkahnya sama persis seperti orang yang dia lihat kemarin di rumah sakit.

Gerakan tidak asing itu membuatnya terkekeh. Ternyata orang yang sudah besar pun tidak luput dari namanya kekanakan. Kadang terlihat lucu, kadang juga bisa terlihat bodoh.

Melirik jam lalu menghela nafas berat. Waktunya kerja di tempat lain demi pengobatan mamanya yang mengalami diabetes. Kalau bisa jual ginjal, mungkin Chaterinna akan melakukannya untuk bisa melihat mamanya jalan kembali seperti dulu.

Tapi sayang, ginjalnya pun butuh di obati untuk dia dapat bertahan hidup.

“Duh, hampir telat.”

。⁠:゚⁠(Bite To Heal)゚⁠:⁠。

Memakai cardigan panjang dan celana panjang sedikit lusuh, terbalut apron hitam bertuliskan Stay Cafe tempatnya bekerja saat ini. Chaterinna akan bekerja hingga jam 8 malam dan lanjut bekerja lagi di salah satu tempat makan All You Can Eat terkenal di Jakarta. Beginilah keseharian Chaterinna dengan waktu-waktu yang padat di hiasi rasa lelah dan sakit di setiap langkahnya.

“Selamat datang di stay cafe.” memberi salam dengan sopan ketika mendengar lonceng bertanda seseorang telah datang untuk membeli sesuatu di sini.

Chaterinna menarik senyum lebar saat seorang laki-laki berjalan kearah tempatnya berdiri untuk memesan sebuah roti dan kopi.

less sugar or not, sir?tanyanya masih dengan senyum.

less sugar, please. Aku kurang suka manis soalnya.” jawab laki-laki itu.

Then do you like bitter coffee? Kami punya rekomendasi kopi pahit seperti americano dan coffee latte.

“Nggak suka pahit.”

Chaterinna mengangguk dan langsung menuliskan pesanan laki-laki berkemeja putih tersebut ke layar komputer. Membantu teman kerjanya untuk menyiapkan pesanan lalu memberikan cappuccino dan roti itu kepada sang pelanggan.

“Terima kasih.” laki-laki itu berjalan menuju pintu keluar dan segera pergi dari sana.

Tidak asing, itulah yang terpikirkan oleh Chaterinna saat pertama kali laki-laki berkemeja itu datang.

Neima menepuk pundak Chaterinna, “Chat, udah mau jam 8,”

Gadis itu melihat kearah jam, “Oh iya, astaga!” Chaterinna buru-buru melepas apronnya dan merapihkan tas.

“Gue pergi dulu!”

“Hati-hati! Jangan lupa banyak minum, selesai kerja langsung pulang.” teriak Neima kepada Chaterinna yang hampir saja  membuka pintu.

Gadis itu berbalik. “Siap, boss!”

Ting!

Pintu terbuka dan punggung kecil tersebut perlahan menghilang dari pandangan Neima dengan cepat, karena Chaterinna memang berlari secepat mungkin agar tidak terlambat pergi ke tempat kerjanya yang lain.

















To be continued >>

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Where stories live. Discover now