9

598 66 8
                                    

Juan mengiringi langkah Peixin keluar dari gerbang sekolah. Saat itu mereka berhadapan dengan Lan Yuan dan teman-temannya. Lan Yuan berdiri di tengah antara dua sahabatnya. Menyaku tangan sembari menatap kedua insan yang berjalan berdua.

"Jadi sekarang kau bersama anak yang kau rundung?" Sarkas Yuan.

"Apa yang kau katakan?" Peixin panik entah kenapa.

Juan menatap keduanya datar. Mengamati percakapan keduanya dalam diamnya. Dia juga bisa menyaku tangan di celana. Dia sedikit tidak menyukai bagaimana Yuan menatapnya remeh.

"Ah, Qi Peixin, Qi Peixin. Kau melupakanku karena anak ini, hm?" Yuan berjalan mendekati Peixin. Tangan pemuda itu mendarat apik di bahu Peixin lalu menekannya hingga Peixin meringis.

Jangan dibilang Juan tidak melihatnya, dia tahu Yuan sedang marah pada Peixin. Mungkin karena Peixin akhir-akhir ini bersamanya. Dia pun bertindak mencekal lengan Yuan.

"Lepas." Juan.

"Pergilah, sebelum wajahmu hancur seperti biasanya." Ancam Yuan.

Baiklah, udara sekitar mendadak hening. Ada tanda-tanda akan ada perkelahian. Juan sudah siap meninju Yuan dengan kepalan tangannya. Keduanya sama-sama menahan emosi.

"Juan."

Panggil seseorang yang membuat mereka menoleh ke belakang ketiga anak remaja itu. Disana ada orang berjas abu-abu dengan kemeja kotak coklat. Wajahnya pias menatap beberapa anak lelaki.

"Ibu." Lirih Juan menatap ibunya.

"Pulang." Titah Zhan lalu langsung masuk ke dalam mobil.

Juan menatap Yuan lalu Peixin. Tidak disangka Juan menepuk kepala Peixin pelan beberapa kali. Membuat empunya salah tingkah dan tidak berani menatap Juan. Sementara kentara sekali Yuan ingin menguliti Juan.

Drama anak remaja. Pikir Zhan.

"Jaga dirimu." Juan. Tanpa menunggu lama dia pergi ke arah mobil sedan hitam yang berhenti di tepi jalan. Meninggalkan remaja bibir chery.

Juan masuk ke mobil ibunya langsung mendapat todongan pertanyaan. "Hei. Kalian bertengkar lagi?" Zhan memeriksa anaknya.

"Tidak bu." Juan mendengus.

"Sungguh? Coba ibu lihat!" Zhan khawatir anaknya mendapat masalah. Jadi dari kepala, wajah, hingga tubuh Juan semuanya di periksa.

"Ah ibu. Aku tidak apa-apa. Ayo pulang aku ingin makan siang dengan masakan ibu lagi. Hehe." Juan lapar sekarang. Anak itu tersenyum melihat ibunya.

Zhan mengangguk setelah memastikan anaknya baik-baik saja. "Apa kau ingin pindah sekolah?"

Sang anak memutar malas wajahnya. "Tidak perlu. Ibu. Ibuku yang cantik. Ayo pulang aku sudah lapar." Juan memasang sabuk pengamannya. Mengabaikan ibunya yang terus cerewet.

💜💜

Di dalam rumah yang sejuk. Iya sejuk karena AC. Makan siang sangat hangat. Zhan makan dengan hati-hati karena merasa mual. Dia masih belum bisa makan dengan benar. Diet dari dokter susah dia jalani karena gejala kehamilannya.

"Ah!" Desah Zhan ketika kesal karena tidak dapat makan. "Bo. Makan kue saja ya." Rengek Xiao Zhan tiba-tiba.

Membuat Juan yang awalnya ingin menyuapkan makanannya pun terhenti. Ayam di sumpitnya jatuh lagi ke mangkuk. Ibunya sekarang terlihat sangat manja ke Yibo.

Sementara Yibo tentu saja senyum setan. Dia menyukai bagaimana Zhan semakin manja padanya. Ya, kadang akan seperti singa jika tidak dituruti kemauannya. Berujung dia diacuhkan.

[END] Little Whoreson S2Where stories live. Discover now