Bagian 15 : -Pelindung Cahaya-

Comincia dall'inizio
                                    

"HAH? APA?" Kristal terbelalak tak percaya. Kedua matanya terasa hampir keluar dari rongganya. "Tunggu sebentar! Apa Wolf tahu soal itu?"

"Marco tahu kapan harus bertindak," jawab Saka cepat, "makanya dia mengumumkannya saat Wolf sedang tidak ada di sana."

"Dan kenapa Wolf tidak ada di sana? Dia tidak mungkin selengah itu kan? Dia tidak akan membiarkan Marco dan yang lainnya memburukukan? Dia tidak akan membiarkan mereka menyakitiku kan?"

"Tentu saja tidak," jawab Emily yakin.

"Lalu kenapa dia tidak ada di sana?"

"Karena saat itu dia sedang menunggumu," jawab Emily sabar. "Kau terlambat tiga puluh menit. Cukup untuk membuat si bodoh itu nyaris gila. Dia bahkan sedang mengerahkan orang untuk mencarimu saat aku mengabarinya tentang ulah Marco. Dan kau tahu apa yang dia lakukan? Si bodoh itu langsung berlari mengelilingi hutan supaya bisa mencegat mobilmu lebih dulu."

Jadi, itu sebabnya Wolf tadi sangat berkeringat? Lelaki itu sepertinya sangat mengkhawatirkannya. Namun, tunggu dulu! Ini bukan saatnya untuk merasa tersentuh. Kristal tidak akan mengemis cinta lagi pada lelaki yang bahkan tidak bisa memahami perasaannya sendiri. 

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Emily.

"Apa Wolf tahu aku ada di sini?"

"Tidak. Sebaiknya aku segera mengabarinya sebelum bajingan itu berubah jadi serigala haus darah dan membunuh semua orang." Emily baru saja meraih alat komunikasi dari saku jumpsuit-nya saat Kristal berteriak.

"Tidak! Tunggu! Jangan lakukan!"

"Kenapa?" Emily menatapnya bingung.

"Aku akan kembali ke vila bersamamu. Kau masih berkerja untuk Vasco kan? Kau bisa memasukkanku ke vila kan?"

"Meskipun aku bekerja untuk Vasco, tapi aku tidak diundang ke pestanya." Emily meringis. "Jadi, aku mungkin hanya bisa mengantarmu sampai ke dekat batas lahan milik Vasco, tepat sebelum pos penjaga karena pertahanan di sana sangat ketat dan sulit ditembus."

"Itu sudah cukup. Aku bisa berjalan sendiri dari sana."

"Kau yakin?"

"Tentu. Aku hanya butuh pakaian yang nyaman dan satu pucuk pistol, maka aku akan baik-baik saja."

***

Satu hal yang Kristal ia benci dari menjadi wanita adalah kebutuhannya untuk mendengar ucapan cinta dari lelaki yang dicintainya, kebutuhan untuk memastikan bahwa perasaannya berbalas, serta kebutuhan untuk terus berada di dekat lelaki itu meskipun itu menyakitkan. Kristal mungkin bodoh soal poin terakhir, tetapi ia memiliki alasannya tersendiri.

Wolf adalah lelaki yang rumit dibandingkan dengan rekan-rekan CO-nya yang lain. Emosi lelaki itu sangat kompleks dan berlapis-lapis. Selalu ada hal yang terduga di balik kemarahannya, selalu ada hal manis yang tersembunyi di antara sifat kerasnya, dan selalu ada kasih sayang terasa di setiap tindakannya. Dengan kata lain, siapa pun tidak bisa sembarangan menilai kepribadian Wolf tanpa benar-benar meluangkan banyak waktu untuk mengenalnya.

Di sisi lain, Kristal sendiri masih belum mampu mengendalikan emosi dan tindakannya. Kemarahan masih menjadi respon utamanya ketika sesuatu tidak sesuai dengan keinginannya. Balas dendam adalah jalan ninjanya. Selain itu, Kristal juga belum bisa berpikir panjang seperti Wolf. Logika berpikirnya pun masih belum sehebat Wolf. Namun, jika menyangkut perasaan, Kristal tidak pernah ragu. Karena kalau ragu, terutama dalam mengambil keputusan, mungkin ia tidak akan bisa menjadi penembak jitu yang andal seperti sekarang.

Matahari mulai condong ke barat ketika Kristal akhirnya tiba diperbatasan lahan milik Vasco. Seorang penjaga tampak buru-buru keluar dari pos begitu melihat Kristal mendekati gerbang.  Penjaganya adalah orang sama dengan yang membuka pintu tempo hari ketika Kristal datang bersama Wolf. Wajah penjaga itu tampak cemas bercampur lega. 

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Apr 05 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Cahaya NegeriDove le storie prendono vita. Scoprilo ora