Bagian 15 : -Pelindung Cahaya-

Mulai dari awal
                                    

Kristal menatap Emily dan Saka bergantian, lalu kembali memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. "Bisakah kalian memberitahuku apa yang terjadi? Aku... aku tidak bisa mengingat apa-apa."

"Seseorang membawamu ke tengah hutan, untung saja aku melihatmu saat orang itu memukul kepalamu dengan popor senapan," ujar Saka langsung ke inti.

"Siapa yang membawaku? Apa kau mengenalnya?"

Saka mengangguk, "dia orang yang sama dengan orang yang menyerang kita di kelab tempo hari."

Kristal mengerang, "itu pasti anak buah Marco."

"Marco?" ujar Emily dan Saka bersamaan dengan ekspresi terkejut.

"Ya, Marco." Kristal menatap Saka. "Waktu kau mengikutiku di kelab, kau lihat kan ada pria berpakaian necis yang sempat mengobrol denganku? Itu Marco."

Saka meringis. "Maaf, aku tidak melihatnya. Aku hanya melihat ketika dua orang bertubuh besar mencoba membawamu secara paksa."

"Pria berpakaian necis?" Emily menggumam pulan. "Kedengarannya memang seperti Marco." Raut wajah Emily tiba-tiba berubah cemas. "Aku tidak tahu kau berurusan dengan dia."

"Aku juga tidak tahu akan berurusan dengannya. Dia menjijikkan, bukan?"

"Lebih dari itu, dialah alasan kami berada di sini sekarang."

"Marco? Kau yakin?"

Emily menggeleng sambil menyilangkan jari di depan mulutnya tanda wanita itu tidak ingin berbicara lebih lanjut tentang topik itu. "Ngomong-ngomong, apa kau ingat apa yang terjadi sebelum kau pingsan?"

Kristal mengernyit, berusaha mengingat kejadian terakhir saat ia masih sadar. "Seharusnya aku ikut berburu, tapi Wolf tiba-tiba saja melarangku ikut dan menyuruhku kembali ke Vila. Dia pergi begitu saja dan meninggalkanku sendirian. Saat itulah seseorang membekapku dari belakang dan aku tidak ingat apa-apa lagi setelahnya."

"Ck, seharusnya Sena tidak meninggalkanmu sendirian," dengkus Emily jengkel.

"Kalau dia tidak melarangku berburu, mungkin aku akan baik-baik saja!" seru Kristal yang masih menyimpan dendam atas keputusan Wolf yang semena-mena.

"Bukan begitu, maksudku seharusnya Sena tidak meninggalkanmu sendirian sebelum memastikan pengawal pribadinya datang untuk mengawalmu kembali ke Vila." Emily mencoba meluruskan.

Saka berdeham, "Soal kau tidak ikut berburu, kurasa itu keputusan yang masuk akal."

Kristal menatap Saka tidak setuju. "Apa maksudmu keputusan yang masuk akal?"

"Karena situasi di sana mulai tidak terkendali.  Kau bisa saja mati."

Kristal mengernyit bingung, berusaha keras memahami maksud ucapan Saka meski kepalanya terasa nyaris pecah. "Aku tidak mengerti," ujarnya menyerah.

"Ini bukan lagi soal berburu babi hutan, tapi perburuan hidup dan mati," ujar Emily hati-hati.

Kernyitan di dahi Kristal semakin dalam. Perburuan hidup dan mati? "Aku masih tidak mengerti?"

Emily menatapnya lurus-lurus. "Semua orang menginginkanmu sekarang. Kau tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau mereka melihatmu muncul di sana." 

"Aku?" Kristal tertawa sumbang. "Omong kosong! Kenapa mereka menginginkanku? Maksudku, lihatlah aku. Aku menyamar menjadi wanita penghibur berotak kosong. Bukan sesuatu yang layak menjadi rebutan semua orang."

"Mungkin sebelumnya tidak." Saka memastikan Kristal menatap pria itu sebelum melanjutkan ucapannya. "Sampai pagi tadi sebelum acara berburu dimulai, Marco sengaja membawa segerombolan besar  anak buahnya untuk ikut berburu, lalu mengumumkan imbalan fantastis bagi siapa saja yang berhasil menyerahkanmu padanya. Dia juga mengompori para tamu untuk ikut berpartisipasi memangsamu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cahaya NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang