-Part 20-

876 149 55
                                    

Malam harinya, Jisoo bersama Nini sudah berpamitan untuk pulang dan sekarang hanya ada Lisa yang menemani sang anak.

Keduanya kini hanya duduk diatas sofa gara gara Chaeng yang merengek ingin duduk disana bersama sang Mama.

Chap chap chap~

Bunyi itu berasal dari mulut Chaeng yang saat ini lagi menyedot pacifier sehingga liurnya kedengaran. Pipinya yang menggembung lucu itu pula membuat Lisa terus saja menoelnya dengan gemes.

"Squishy banget nih pipi" ujar Lisa terus memainkan pipi sang anak.

Chaeng ingin protes namun bocah ini terpaksa pasrah karena takut tidak diberi uyyu oleh sang Mama.

"Chaeng, Mama mau mandi duluan ya" ujar Lisa.

Chaeng yang tadinya menatap tv sontak beralih menatap sang Mama "Eung?"

"Mama akan mandi. Chaeng masih ingin duduk disini atau kembali ke kasur?" Tanya Lisa.

Chaeng melepaskan pacifier dimulutnya "Chaeng macih ingin dicini" sahutnya lantas kembali memasukkan pacifier kedalam mulutnya.

"Chaeng jangan kemana mana ya. Jangan bergerak dengan rusuh. Nanti infusnya lepas dan itu bisa bikin tangan Chaeng sakit. Jadi Chaeng tidak boleh nakal nakal. Ingat pesan Mama ini. Jangan kemana mana. Duduk saja disofa ini. Kalau ada apa apa, Chaeng panggil saja Mama. Kalau Chaeng nakal, no uyyu! Chaeng mengerti?"

Chaeng mengangguk "Chaeng mengelti Mama!" Sahutnya.

Lisa tersenyum lantas dia berganjak memasuki kamar mandi dengan membawa pakaian gantinya.

Sementara Chaeng kembali fokus menonton tv dengan mulutnya yang terus menyedot pacifier tanpa henti.

Ceklekk

Pintu ruang inap itu dibuka secara perlahan lahan. Terlihatlah sosok yang kelihatan ragu untuk masuk namun tidak lama kemudian dia akhirnya melangkah masuk mendekati Chaeng.

Sosok itu memakai pakaian serba hitam dan tidak lupa juga dengan topi dan masker hitam yang dipakainya.

"Uncle ciapa?" Tanya Chaeng polos.

Sosok itu mendekati Chaeng. Secara tiba tiba dia bersimpuh didepan Chaeng yang duduk diatas sofa itu.

Tangan cowok itu beralih melepaskan topi dan masker yang dipakainya sehingga wajahnya terlihat dengan jelas.

"Papa Cean!" Pekik Chaeng yang sudah melepaskan pacifier dimulutnya.

Cowok itu tersentak "Chaeng kenal sama saya!?"

Chaeng mengangguk "Eung! Papa Cean, Papa kandungnya Chaeng!"

Mata Sean berkaca kaca. Dia terharu karena anaknya itu mengenali dirinya.

"Bisa Papa peluk Chaeng?" Pinta Sean.

Tanpa menjawab, Chaeng beralih memeluk Sean "Papa kemana taja? Chaeng lindu tama Papa. Mama juga cedih kalena lindu tama Papa" lirih si bocah.

Sean memeluk Chaeng dengan erat "Papa juga rindu banget sama Chaeng dan juga Mama"

Dia melepaskan pelukan itu lantas kedua tangannya menangkup pipi gembul sang anak "Maafkan Papa karena menghilang dari kalian"

"Papa, ayo ketemu Mama. Mama pacti cenang!" Antuasis Chaeng.

"Untuk saat ini Papa belum bisa ketemu sama Mama. Chaeng harus janji sama Papa kalau Chaeng tidak akan ngomong sama Mama soal pertemuan kita ini ya" ujar Sean.

Chaeng kelihatan bingung "Kenapa Papa?"

"Ada orang jahat disekitar Mama. Jadi Papa terpaksa bersembunyi untuk menangkap orang jahat itu. Tapi Chaeng tenang saja. Papa selalu ada disekitar Chaeng sama Mama. Papa janji tidak akan membiarkan orang jahat itu menyakiti Chaeng sama Mama. Apa Chaeng mengerti?"

Chaeng menggeleng polos "Chaeng tidak mengelti" jujurnya.

Sean tersenyum tipis "Tidak apa apa kalau Chaeng tidak mengerti. Tapi Chaeng harus janji sama Papa kalau Chaeng tidak boleh ngomong soal pertemuan kita ini kepada Mama ya"

"Allacco Papa" sahut Chaeng patuh.

"Anak Papa pintar" puji Sean mengusap kepala Chaeng "Chaeng harus cepat sembuh ya. Chaeng anak yang kuat"

"Eung! Chaeng pacti cembuh" Sahut Chaeng.

"Sekarang Papa harus pergi" pamit Sean.

"Angan pelgi Papa" rengek Chaeng.

"Maafkan Papa. Papa janji akan menangkap orang jahat itu dengan segera dan Papa akan kembali bersama Chaeng dan Mama" ujar Sean.

"Benalan?" Tanya Chaeng.

"Iya sayang" sahut Sean.

Dia beralih mengecup dahi Chaeng dengan penuh cinta "Tuhan, tolong lindungi anak aku ini"

Dengan tidak relanya, Sean melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana.

"Papa" lirih Chaeng menatap kepergian Sean dengan mata berkaca kaca.

Beberapa menit kemudian, Lisa akhirnya keluar dari kamar mandi.

Namun wanita ini malah dikagetkan dengan sosok sang anak yang sudah terisak.

"Chaeng!? Kenapa sayang!?"

Chaeng menggeleng. Dia memeluk Lisa dengan erat dan menenggelamkan mukanya diceruk leher sang Mama. Untuk saat ini, dia hanya ingin menangis didalam pelukan Mama nya itu.

"Ada yang sakit?" Khawatir Lisa.

Namun Chaeng hanya menggeleng tanpa menghentikan isakannya.

"Hiks hiks Papa"

Deg

Badan Lisa sontak menegang. Kenapa tiba tiba saja anaknya itu menangis memanggil sosok Sean?

"Chaeng rindu Papa?" Tanya Lisa mengusap punggung sang anak.

"Hiks lindu" sahut Chaeng.

"Apa Chaeng mau uyyu?" Bujuk Lisa agar sang anak tidak lagi menangis.

"Hiks mau"

"Kita kembali ke kasur ya"

Lisa menggendong Chaeng lalu membawa bocah itu ke kasur. Tidak lupa juga dia ikut menyeret tiang infus sang anak.

Dia membaringkan Chaeng diatas kasur lantas badannya ikut berbaring disamping Chaeng.

"Ayo minum" ujarnya setelah menyibak bajunya.

Walaupun masih sesenggukan, Chaeng tetap saja mengemut sumber asinya itu sehingga matanya mula memberat.

Tidak butuh waktu yang lama, rasa kantuk mula menyerangnya dan dia akhirnya tertidur.

Lisa mengecup pipi gembul Chaeng namun dahinya mengernyit ketika mencium bau yang tidak asing.

"Kenapa bau ini persis seperti bau perfume yang sering digunakan oleh Sean Oppa?" Gumamnya bingung.

"Oppa, apa Oppa menjadi hantu?" Lisa bergidik ngeri lantas dia memeluk sang anak dengan erat.

Walaupun dia mencintai Sean, tetap saja dia ketakutan si kalau Sean benaran menjadi hantu>_<










Sekarang sudah mengerti bukan kenapa di cover cerita ini ada photo Sean? 😆


  Tekan
   👇

Puzzle Pieces✅Where stories live. Discover now