-Part 27-

771 134 26
                                    

Beberapa bulan kemudian~

Beberapa bulan sudah berlalu dan kehidupan Chaeyoung juga sudah mula berubah. Jika dulu Chaeyoung sering dibebankan oleh tuntutan dari sang Appa, sekarang Chaeyoung sudah bebas. Dia bebas melakukan apa yang dia inginkan atas dukungan dari keluarga barunya itu.

Sejak itu juga Chaeyoung sudah mula mandiri. Dia bekerja dengan rajin sehingga mempunyai uang tabungan yang banyak. Namun sayangnya dia tidak ingin menggunakan uang tabungan itu untuk rawatannya.

"Kamu yakin sama keputusan kamu Chae?" Tanya Joy ingin memastikan.

Tanpa ragu Chaeyoung mengangguk "Aku yakin Eon. Sudah saatnya aku mandiri. Aku tidak ingin merepotkan Eonnie lagi"

"Tapi Eonnie tidak merasa direpotkan loh" ujar Joy.

Chaeyoung tersenyum "Dan aku bersyukur untuk itu"

Joy menghela nafasnya dengan kasar "Ya sudah lah kalau itu keputusan kamu. Nanti Eonnie akan ngomong sama Ahjumma Yeon"

"Terima kasih Eonnie" ujar Chaeyoung.

"Ada apa nih?" Timpal Yeri berganjak memasuki apartment sang Kakak.

"Gue mau pindah Yer" ujar Chaeyoung.

"Kenapa pindah!? Apa Joy Eonnie bikin lo tidak nyaman?!" Heboh Yeri.

Chaeyoung terkekeh "Gue nyaman kok sama Joy Eonnie. Hanya saja gue ingin mandiri. Tidak seharusnya gue merepotkan kalian mulu bukan?"

"Lo mau pindah kemana memangnya?" Tanya Yeri.

"Tidak jauh kok. Disamping apartment Joy Eonnie ini ada apartment kosong. Gue akan tinggal disana"

Yeri mengangguk faham "Ya sudah deh kalau itu keputusan lo. Gue setuju saja"

*
*

Sementara itu di perusahan, terlihatlah Dowon yang kelihatan begitu emosi ketika membaca laporan kewangan perusahan. Didepannya itu pula terlihatlah sosok Jisoo yang hanya memasang wajah datarnya.

"Bagaimana ini bisa terjadi Jisoo-ya!" Sentak Dowon.

Dahi Jisoo mengernyit "Kenapa Appa malah menyalahkan aku? Bukannya laporan kewangan diuruskan oleh Appa sendiri? Jika hasilnya kurang, itu artinya Appa sendiri yang menggunakan uangnya" sarkasnya.

Dowon mendengus "Appa tidak mungkin menggunakan uang perusahan sehingga perusahan ini hampir bankrup!"

"Aku tidak peduli. Lagian aku memang tidak ingin mengurus perusahan ini si. Biarkan saja perusahan ini bankrup. Yang akan rugi juga Appa, bukan aku" santai Jisoo.

"Kurang ajar!" Marah Dowon.

Jisoo bersmirk "Kurang ajar? Bukannya sikap seorang anak itu tergantung orang tuanya? Appa sendiri yang membuat aku menjadi seperti ini. Ck, apa Appa fikir hanya Appa sama Chaeyoung saja yang bisa keras kepala? Aku juga bisa!"

Tanpa berlama lama lagi, dia berganjak keluar dari ruangan itu meninggalkan Dowon yang sudah tersulut emosi.

"Arghh!" Teriak Dowon mengusap wajahnya dengan kasar.

"Masuk keruangan saya sekarang!" Arahnya melalui intercom.

Tidak butuh waktu yang lama, Jeje memasuki ruangan itu.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Tanya Jeje dengan sopan.

"Bagaimana kewangan perusahan ini bisa merosot seperti ini!?" Sentak Dowon.

Dahi Jeje mengernyit "Maaf Tuan. Tapi bukannya Tuan sendiri yang menandatangani pemindahan kewangan perusahan kepada Mrs Seojin?"

Dowon sontak bungkam. Astaga, dia melupakan hal itu. Dulu, dia pernah menandatangani pemindahan kewangan kepada Seojin gara gara Kakaknya itu ingin mengurusnya.

"Biar aku saja yang mengurus kewangan perusahan kamu. Kalau Jisoo yang mengurusnya, bisa bisanya dia menggunakan uang itu untuk kepentingannya sendiri"

"Nuna yakin?"

"Kamu ragu sama Nuna? Apa kamu lupa kalau aku ini Nuna kamu? Nuna tidak mungkin mengkhinati kamu. Nuna janji tidak akan menggunakan uang perusahan kamu ini"

"Baiklah baiklah, aku percaya sama Nuna"

Sekarang Dowon sudah mengingati semuanya dengan jelas. Tanpa mempedulikan Jeje yang masih berdiri didepannya, dia langsung saja menyambar barang barangnya lantas berlari pergi dari sana.

*
*

Disisi lain, terdengarlah suara tawa milik Seojin yang begitu menggema disamping sang suami.

"Kamu cukup pintar Sayang" puji Yunwo mengusap kepala sang istri.

"Adik aku saja yang bodoh. Eomma sama Appa ingin menyerahkan kekayaan mereka kepada adik aku itu gara gara adik aku cowok. Tapi aku dengan pintarnya memanipulasi adik aku sehingga keluarganya hancur" balas Seojin.

Yunwo tertawa "Keluarga adik kamu benar benar sudah hancur. Adik kamu memang bodoh karena mengikuti ide kamu yang bisa menghancurkan keluarganya sendiri"

"Dowon memang adik yang penurut. Dia melakukan semua yang aku inginkan. Dan Chaeyoung harus menderita gara gara kebodohan Appa nya sendiri. Ck, miris sekali" sinis Seojin.

"Jadi semua ini ulah Nuna!?" Sentak Dowon yang sudah berada disana.

Seojin dan Yunwo sontak terbangun dengan kaget.

"D-Dowon? Kapan kamu tiba?" Gugup Yunwo.

Dowon menghampiri keduanya dengan emosi "Jadi kalian ingin menghancurkan keluarga aku hah!?"

"Kamu sendiri yang menghancurkan keluarga kamu" balas Seojin santai.

"Kenapa Nuna sekejam ini hah!? Gara gara Nuna, aku kehilangan istri aku! Aku kehilangan semua anak anak aku! Semua anak anak aku menjadi asing sama aku! Semuanya gara gara Nuna!" Teriak Dowon emosi.

"Andai saja kamu bilang kalau kamu ingin menyerahkan harta Eomma sama Appa kepada Nuna, Nuna juga tidak mungkin melakukan hal gila yang terpaksa mengorbankan anak anak kamu yang tidak bersalah itu si" balas Seojin.

Dowon hanya bisa menggeleng. Cukup sulit untuk dia menerima fakta yang menyakitkan itu.

Selama ini, orang yang paling dia percaya malah mengkhianati kepercayaan.

Kecewa.

Dowon benar benar merasa kecewa..








Tekan
  👇

Senja ✅Where stories live. Discover now