Bagian 14 : -Perburuan-

788 185 59
                                    


Seperti yang sudah Kristal duga, Wolf meninggalkannya begitu saja setelah memberitahunya tentang identitas Marco. Lelaki itu pergi dan tidak kembali lagi setelah mengantar Kristal ke kamar mereka.

"Dasar bajingan licik!" geram Kristal ketika menyadari pintu kamarnya langsung dikunci dari luar sesaat setelah Wolf pergi. Bukan hanya itu, empat orang pengawal sudah berjaga di depan pintu. Keempat pengawal itu tampaknya bukan orang yang Wolf pilih secara asal-asalan. Wajah mereka terlihat dingin dan tanpa emosi layaknya robot yang sudah diatur untuk mengikuti perintah.

Sial! Tidak ada jalan keluar. Sepertinya Wolf sudah memperhitungkan segalanya. Hanya saja, kenapa lelaki itu merasa perlu mengurung Kristal di sini?

"Baiklah, kalau itu maumu." Kristal menyerah. Daripada ngotot melakukan hal yang belum tentu berhasil, lebih baik ia menyimpan energinya selagi masih memiliki kesempatan.

***

Suara alarm yang berdering membangunkan Kristal dari tidurnya.  Meski enggan bangun, Kristal mengulurkan tangannya  mencari jam digital yang berada di atas nakas. Namun, di tengah perjalanan jemarinya malah menyentuh otot yang keras dan hangat.

Kristal sontak membuka kelopak matanya dan langsung berhadapan dengan sepasang mata gelap milik Wolf yang balas menatapnya tajam. Untuk beberapa saat, Kristal seolah terhipnotis dan tenggelam dalam kegelapan tak berdasar mata lelaki itu hingga suara alarm berhenti dengan sendirinya.

Wolf berbaring miring dan menyangga kepalanya dengan sebelah tangan. Segaris bakal cambang tampak menghiasi rahang dan bagian atas bibirnya. Rambut gondrong bergelombangnya disisir rapi ke belakang, membuat Kristal gatal ingin menenggelamkan jemarinya dan membuat sedikit kekacauan di sana.

Sampai kemudian, suara alarm kembali terdengar.

"Kau sudah kembali?" Kristal menguap seraya merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku.

Wolf mengulurkan tangan menggapai jam weker digital untuk menghentikan suara alarmnya."Kenapa kau memasang alarm setiap jam?" tanya lelaki itu datar.

"Supaya aku tahu jam berapa kau kembali." Kristal bangkit duduk dan membiarkan selimut meluncur dari tubuhnya yang hanya terbalut gaun tidur tidak senonoh lainnya. Wolf tidak tampak terkejut atau tertarik untuk sekedar meliriknya.

Ck, dasar pengecut!

"Yang benar saja, kau bahkan tidak terbangun meskipun alarm ini berbunyi lima jam lalu."

"Benarkah?" Kristal menghitung dalam kepalanya, lantas mendelik sinis. "Jadi, apa yang kau lakukan sampai jam dua pagi sementara aku terkurung di sini?"

"Bukan hal yang menarik untukmu."

"Benarkah? Bilang saja kau malu terlihat bersamaku dan merasa perlu untuk mengurungku agar tidak ikut campur urusanmu!"

"Syukurlah kau tahu."

"Kenapa kau mengurungku di sini, Wolf? Kenapa ada empat pengawal menjaga pintu kamar ini?"

"Aku hanya melakukan pencegahan."

"Pencegahan apa? Ck, kau pikir aku akan membuat masalah?"

"Ya. Masalah adalah nama tengahmu dan biang onar adalah nama aslimu." Wolf turun dari ranjang dan berdiri tegak. Lelaki itu tampak segar dengan pakaian berburunya yang terdiri dari celana kulit cokelat ketat, kemeja putih tangan panjang yang pas badan, serta rompi berburu.

"Wow, kau sudah mau pergi lagi?" Kristal melihat lelaki itu mengenakan sepatu boots koboi cokelat tua, serta memegang topi stetson senada.

Wolf mengangguk. "Hari ini para tamu akan berburu di hutan pribadi Vasco."

Cahaya NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang