"Lalu kalau bapak membutuhkan penyaluran hasrat, bapak akan menyewa seorang wanita?" Kaila bertanya hati-hati.

Budi menikmati sentuhan Kaila di wajahnya. Dia memejamkan mata dan merasakan setiap sentuhan yang terasa sangat lembut.

"Hmmm, saya tidak bermain dengan sembarang wanita. Biasanya saya akan menyelesaikannya sendiri. Kalaupun sudah tidak bisa ditahan lagi saya akan memanggil satu wanita yang biasa saya gunakan." Budi memegang tangan Kaila yang menggoda mulutnya saat berbicara.

"Dan mulai sekarang wanita itu adalah dirimu, Kaila. Apakah kamu siap?" Budi menatap tepat di mata Kaila.

Kaila tersenyum sangat manis. Wanita itu manganggukkan kepala bersemangat. Dan kemudian memajukan bibirnya untuk dipertemukan dengan bibir sexy pria itu.

Budi memegang leher Kaila memperdalam ciuman mereka. Kali ini Kaila yang memimpin ciuman. Dia membiarkan wanita itu menjelajah gigi dan juga lidahnya.

Kaila melepaskan pagutan. Mereka sama terengahnya. Budi tertawa ringan. Tangannya menarik kepala Kaila kedalam pelukannya.

"Bapak itu terlalu menggoda. Apakah selama ini di kantor DPR benar-benar tidak pernah ada yang jatuh cinta sama bapak? Sampai bapak rela menunggu puluhan tahun demi seorang wanita melepaskan ikatan pernikahannya dengan pria lain." Suara Kaila teredam di dada bidang Budi.

"Cinta? Banyak yang jatuh cinta sama saya. Bahkan mereka dengan terangnya menyatakan perasaan. Tapi asal kamu tau Kaila, seorang politikus seperti saya ini tidak memiliki perasaan cinta yang sebenarnya. Semua sudah disetting untuk mengarahkan opini publik. Begitupula dengan pernikahan saya dengan Mika. Kalau waktu itu saya langsung menikah dengan Mika, publik tidak akan peduli dengan saya. Dan tentu tidak menguntungkan bagi posisi kami berdua. Saya butuh menaikkan elektabilitas partai saya. Dan Mika butuh seseorang yang mampu mendongkrak bisnisnya. Dia memberikan saya basis pendukung yang cukup banyak. Sebagai gantinya saya perjuangkan proyek pemerintah untuknya melalui partai." Budi mengelus pucuk kepala Kaila.

"Saya masih terlalu awam dengan permainan politik, pak. Tapi kenapa bapak malah berterus terang pada saya?" Kaila mendongakkan kepalanya.

"Karena kamu adalah wanita saya. Peraturan menjadi wanita saya adalah harus menutup mulut rapat ketika kamu mengetahui rahasia saya dan negara." Budi memandang Kaila.

"Ba-pak, tergoda dengan saya?" Kaila menaikkan satu alisnya.

"Saya tau kamu memang sengaja menggoda saya. Sejak pertama melihat kamu di ruang sidang, saya bisa menangkap tatapan nakal dari mata kamu. Meskipun penampilan kamu sangat rapi dan tidak menunjukkan seorang wanita penggoda tapi kamu sangat pandai bermain melalui mata dan mulut manismu itu Kaila. Kamu tidak tau kan berapa banyak pria di DPR yang ingin meniduri kamu?" Budi menaikkan kedua alisnya.

Kaila menggeleng pelan. Dia memang sengaja menggoda Budi. Tapi dia tidak menyadari banyak pria lain yang justru tergoda padanya.

"Hampir semua pria di Komisi IV pernah membicarakan dirimu Kaila. Apakah kamu pernah memikirkan jika saya tidak menerima kamu apa yang akan terjadi padamu?" Budi bertanya lagi.

Kaila masih menggeleng lemah. Wanita itu tidak menyangka Budi memperhatikan tingkahnya selama ini. Pasalnya sekalipun pria itu ramah terhadap dirinya tetapi tetap menerapkan batasan yang jelas.

"Yasudah kamu tidak perlu tau, yang jelas sekarang kamu sudah aman karena sudah menjadi milik saya." Budi memeluk kembali Kaila.

Pria itu mulai terangsang kembali saat dadanya bergesekan dengan payudara Kaila. Dia mengelus punggung mulus Kaila dan semakin turun menuju bokong sekal wanita itu.

Budi meremas bokong Kaila lembut. Wanita yang ada diatasnya itu merasakan nikmat hingga menutup mata.

1 desahan lolos dari mulut Kaila yang terbuka. Wanita itu tidak tinggal diam, tangannya turun membelai penis Budi. Membuat pria itu mendongakkan kepala dan memejamkan mata.

Internship with BenefitDove le storie prendono vita. Scoprilo ora