IW--1; Tunangan?

17K 663 5
                                    

Botol minuman yang kini sudah tak berkeringat itu digenggam gemas, matanya menatap lurus menembus lensa kaca yang duduk di atas hidung bangirnya. Suara bising pemandu sorak serta pejuang kebugaran tersapu oleh suara cempreng yang memekakkan telinga.

"Sehun-ah, makan, yuk? Nanti biar aku yang bayar."

Gadis cantik—jika saja sifatnya tidak menyebalkan—itu bergelut manja dilengan Sehun, berpura-pura tidak peka akan tatapan muak serta penolakan yang dilakukan Sehun.

"Aku sedang belajar Mina-sshi, apa kau tidak melihat?" Sehun menghentakkan tangan gadis itu dalam sekali gerak, menutup bukunya lalu meninggalkannya dengan langkah yang sengaja dipercepat.

"Sehun-ah! Changkkaman! Yak! Sehun-ah! Isshh!" Lee Mina, nama gadis itu, berlari mengejar Sehun, tapi lari yang lebih mirip katak pincang itu tak akan pernah bisa menyusul Sehun. "Ish!" Dia mendesah kesal menatap high heels-nya, benar-benar mengganggu.

Di Sisi Lain

Botol minuman isotonik dilempar tepat sasaran, mengenai wajah si playboy yang sering mengganggunya akhir-akhir ini.

"Argh!" Pria itu memekik. "Jihyun-ah, tunggu aku! Oy Jihyun-ah!" Tangannya mengelus dahi yang masih terasa perih terlempar oleh gadis yang dikejarnya, Jihyun. Dia berlari, mengejar Jihyun yang larinya secepat cheetah sedangkan larinya tak lebih dari kecepatan kerbau.

Jihyun menghambur poni panjangnya selagi berlari. Ini masih belum seminggu sejak kepulangannya dari Jepang, tapi sudah ada saja hama perusak hari-hari yang seharusnya indah.

"Park Jihyun! Ck." Pria itu berdecak kesal karena larinya tak sebanding dengan Jihyun, gadis itu bukan seorang atlit lari, tapi dia bisa selincah belut dalam hal melarikan diri. "Chagi!"

Mata Jihyun mendelik sempurna, menusuk, menghujam serta mencela pria itu dari tatapannya. Langkahnya sengaja dihentikan, dan tubuhnya diputar 180 derajat saat itu juga. Rambut sepanjang pinggang yang dicat keemasan itu melayang menggoda di udara, menyala terpantul sinar matahari.

"Yak! Jangan panggil aku begitu! Kau mau cepat mati, hah!" Jihyun memelototi Namgyu—pria yang sejak tadi mengganggunya—itu sambil berkacak pinggang, pundaknya masih naik-turun mengatur nafas yang memburu.

Namgyu —sang pelaku— bertumpu pada lututnya, bermain kejar-kejaran dengan Jihyun sangat memforsir staminanya. "Apa boleh buat? Kau baru berhenti ketika aku panggil begitu, lagipula kenapa memangnya? Padahal dulu kau sangat senang saat aku panggil begitu?" Namgyu tersenyum kemenangan sambil memainkan sebelah alisnya, biasanya cara seperti ini ampuh untuk menggoda tante-tante supermarket ketika uang yang dia bawa tidak cukup untuk membayar.

Dan itu tidak berlaku untuk Jihyun.

Jihyun jadi menyesal. Menyesal akan masa lalunya yang sempat mau menjadi kekasih Namgyu, dia juga malu sendiri ketika ingat masa-masa pacaran dengan Namgyu yang dulunya dianggap romantis dan kini mengingatnya saja membuat bulu kuduknya meremang. Apalagi setelah tahu bahwa pria itu buaya kelas teri. Berani-beraninya dirinya diselingkuhi dengan tante-tante supermarket? Apalagi sampai dicampakkan. Dan bodohnya lagi, dia sampai trauma kecil dengan cinta karena itu.

Tolong siapa saja, kubur masa laluku.

"Hentikan ocehan bodohmu tentang masa lalu! Dan jangan dekati aku lagi!" pekik Jihyun dan segera angkat kaki meninggalkan Namgyu. Berterima kasihlah pada sepatunya yang memberi keluwesan untuk meminjam larinya cheetah.

~oOo~

Tanpa sadar Jihyun memasuki kantin kampus yang direspon perutnya untuk segera diberi asupan, matanya meneliti setiap tempat dan tak ada satupun yang tersisa. Dia mendengus karena harus duduk disalah satu kursi kosong yang sudah ada penunggunya. Dan keputusannya jatuh pada kursi dekat tembok, ada pria berkacamata dengan buku ditangannya.

I WISH [OSH, PCY, OC]Where stories live. Discover now