PART 1_BERTEMU TAKDIR[1/2]

Start from the beginning
                                        

Jika Bulan aja bisa bahagia, mengapa Bintang tidak mencari kebahagiannya sendiri? Oleh sebab itu, Bintang bertekad untuk mencari kebahagiannya sendiri dengan mencoba menghilangkan Bulan dalam hatinya. Biarlah yang sudah terjadi berlalu. Biarlah Bulan menjadi kesalahan terindah untuknya.

Besok Bintang akan berangkat ke Bali untuk mengurusi bisnisnya sekalian liburan dan hal itu dimanfaatkannya untuk melupakan Bulan dalam pikirannya. Dengan adanya kegiatan lain pasti fokusnya akan teralihkan dan itu langkah yang tepat untuk membuatnya cepat melupakan Bulan. Lagipula sudah lama ia tidak pergi berlibur. Mulai sekarang Bintang akan memulai kehidupannya seperti sebelum ia bertemu Bulan.

***

Terlihat Bintang sedang menyesap coffee kesukaannya disalah satu café dekat Bandara Soekarno-Hatta. Ia tampak sangat tampan dengan tubuhnya yang atletis berbalut kemeja biru langit yang tangannya dilipat hingga kesiku dan celana panjang hitam yang sangat pas dikakinya serta jam tangan kesayangannya. Semua yang melekat pada tubuhnya itu tentu saja berasal dari merk ternama.

Sebentar lagi pesawatnya akan Take off. Secangkir coffee yang diminumnya pun sudah habis. Bintang berjalan ke kasir untuk membayarnya.  Namun tiba-tiba seorang wanita lewat di depannya dengan berjalan tergesa-tega. Kejadian itu berlangsung cepat. Bintang belum sempat menghindar. Yang terjadi selanjutnya adalah wanita tersebut sudah menabraknya.

"Shit, apa yang dia lakukan!" sahut Bintang marah. Wanita itu bahkan tak merasa bersalah. Ia pergi meninggalkan Bintang yang sedang kesal akibat perbuatannya itu.

"perempuan macam apa itu! Tidakkah dia sadar apa yang telah ia lakukan barusan?" ujar Bintang sambil menggerutu.

Bintang pun mengambil dompetnya yang terjatuh di lantai café ini, saat akan mengambilnya ia melihat foto Bulan yang mengintip dibalik dompetnya. Ah bahkan dia lupa membuang foto ini. Seharusnya semua benda yang berhubungan dengan Bulan harus dibuang karena itu akan memperlambat proses dalam menghilangkan bulan dihatinya. Bintang pun segera membuangnya ke tempat sampah. Kemudian ia segera pergi meninggalkan cafe dan pergi ke Bandara yang akan membawanya ke Bali.

Di dalam pesawat, Bintang duduk dibagian VIP bukan karna ia tak suka kelas Ekonomi hanya saja ia ingin sedang istirahat dan kelas inilah yang membuatnya tenang tanpa ada keributan.

***

Seorang wanita cantik terlihat sangat anggun dengan badannya yang bak model terkenal. Ia juga mengenakan pakaian semi formal dan bisa ditebak wanita itu adalah pekerja kantor. Friska! Ya, itulah namanya. Ia sedang sibuk mencari tempat duduk di pesawat ini.

"nomor 132, nomor 132 mana yaa?" ujar friska yang sibuk melihat kanan kiri.

"Ya Tuhan, akhirnya aku menemukannya!" Friska berseru senang setelah menemukan tempat duduknya.

Friska tampak tenang sekarang, apalagi ia sudah menyuruh pelayan untuk membawakan jus. Ia bahkan tak sempat minum di café tadi karena ia menabrak seseorang dan langsung lari. Friska tertawa ironis. Lari? Setiap mengingat kata 'lari' selalu membawanya memasuki memori yang takkan ingin diingatnya. Karena faktanya, hidupnya selalu lari dari kenyataan. Lari dari kenyataan bahwa ayahnya yang selingkuh dan keluarga yang hancur. Hingga karena tak sanggup melihat orang yang dicintainya memilih mantan istrinya yang pernah melukainya pun membuat Friska-lari-meninggalkan pekerjaannya yang  bagus di Jakarta yang sudah diberikan oleh orang yang dicintainya-Reza-Padahal pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang diimpikannya. Sepertinya 'lari' merupakan kata sial untuknya. Tetapi Friska juga tak ingin terlarut akan kesedihan pernikahan Reza dan Bulan yang kedua kalinya. Mungkin Reza tidak di takdirkan olehnya. Seperti kepercayaan orang-orang Jepang akan benang merah pengikat takdir, Friska pun percaya bahwa Reza bukanlah pasangan Benang Merahnya. Kepercayaan akan Benang Merahlah yang membawa Friska untuk melupakan Reza dan pergi ke Bali untuk liburan.

***

Friska POV

Sekarang aku sedang duduk disalah satu kursi yang sangat nyaman sambil meminum jusku. Ah aku sangat bahagia sekarang, pergi berlibur ke Bali dengan tenang dan-berusaha-melupakan cinta yang pernah bertepuk sebelah tangan. Akupun menoleh ke kiri. Aku melihat seorang pria yang tampak sibuk dengan gadgetnya. Sepertinyaa aku pernah melihatnya. Dimana yaa? pria ini mirip seperti pria yang kutabrak tadi? ah tapi gak mungkinkan? Mungkin juga mirip aja kali yaa?

"hai"sapaku sambil tersenyum manis

Dia menoleh ke samping dan balas tersenyum kepadaku. Tunggu? Sepertinya aku kenal? Siapa yaa? Oh aku ingat! Bintang? bukankah dia itu Bintang? Ya dia itu Bintang! Bintang yang merusak rumah tangga pak Reza. Ya tidak salah lagi!

"Bintang ? kau ingat aku-"

"yaa? Maaf aku tidak mengingatnya" Apa? Sombong sekali dia! rasanya aku ingin mengigit rambutnya yang rapi itu. 'Sabar Friska, sabar, ya aku harus sabar!' ujarku dalam hati. Bukan Friska namanya jika menyerah hanya gara-gara hal sepele.

"aku Friska. Sekarang kau ingat bukan? kita sudah pernah bertemu beberapa kali, jika kau tak ingat aku akan menceritakan satu persatu. jika kau juga tak ingat mungkin dengan sebutan 'selingkuhan mbak bulan' kau pasti ingat bukan. Atau jika kau tak ingat aku ini adalah sekretaris dari Reza. Eh bukan lebih tepatnya 'MANTAN SEKRETARIS' sekarang kau ingat bukan? Atau jika ka--" Is kenapa ia tiba-tiba menutup mulutku.

"bisakah kau diam haa! Bagaimana aku tak ingat jika kau terus mengoceh hingga telingaku rasanya hampir meledak kau dengar! Dan satu lagi, siapa namamu? Aah ya Friska, JANGAN PERNAH sekalipun kau menyebut aku dengan 'selingkuhan Bulan' karena Rezalah yang merebut Bulan dari ku dan aku juga sudah melupakan hal itu. Tapi, bukankan kau wanita yang selalu menggangu Reza hah?" Bisa-bisanya ia tersenyum padaku hehh.

"jangan pernah kau menyebut aku dengan 'wanita penganggu' kau tahu? Mungkin takdir Benang Merah tak berpihak pada kita" ujarku sambil menutup mata dan ingin tertidur , biarkan saja ia berbicara sendiri.

"apa kau bilang? takdir benang merah?" Bintang tertawa keras. Memangnya apa yang salah dengan perkataan ku? dasar ketinggalan zaman! takdir menang merah aja tak tahu. Aku mendengus tak suka.

"Hahahaha apa ituu? Bahkan aku tak pernah mendengarnya, mengapa kau mengatakan itu?" terus saja tertawa sana! biarkan saja ia tertawa, biarkan orang tahu kalau dia itu udah sinting! Aku tertawa senang dalam hati. Mencoba menulikan telinga, aku memejamkan mata dan pergi ke alam mimpi. Bye Bintang![]

Red ThreadWhere stories live. Discover now