[1]. She and He

33 3 4
                                    

Day 1 of School(?)
Boboiboy; Halilintar(1)
©Monsta
©Variessena

The character of Halilintar and from ©Monsta animation is not my original character!

(*MPLS adalah salah satu kegiatan dalam proses pembelajaran di sekolah untuk membantu peserta didik baru beradaptasi dengan lingkungan satuan pendidikan, membangun koneksi sosial serta mendapatkan pemahaman lebih baik terkait aturan dan nilai berlaku.)

Gugup. Ratusan murid tahun ajaran baru berkumpul di lapang sekolah menengah atas Pulau Rintis, berdiri satu podium di atas panggung di depan barisan murid murid yang sudah di arahkan sebelumnya itu. Aku mengepal tanganku yang basah akan keringat, aku risau. Aku memiliki historis riwayat penyakit mental dimana aku akan mengalami panik dan anxious; Social Anxiety Disorder.

Aku meringis mengelap air mataku yang hampir jatuh. 'sial, tau begini aku akan menyetujui apa kata ayahku untuk homeschooling! Tapi bubur sudah jadi nasi, lebih enak kalau pake lauk. Ini udah terlanjur tauk...untung aku baris di paling belakang dan memojok, apa mereka sudah lebih menyadari warna kulit ku dan itulah kenapa mereka mengabaikan ku? Sial, persetan homeschooling, persetan penyakit Vitiligo sialan ini.' aku mendesis, ini membebankan ku.

Aku merogoh saku dan mengambil 2 biji obat penenang, aku memakan kedua obat itu. Psikiaterku menganjurkan ku untuk meminum obat penenang ini hanya ketika emergency saja, tapi aku sudah kecanduan. Aku memakan obat itu dengan dosis lebih dari yang psikiaterku sarankan.

Aku menutup kedua mataku ketika obat itu berhasil ku telan, walau indra penglihatan dan pendengaran ku masih sensitif setidaknya jantungku tidak berdegup sepanik tadi. Aku mencoba untuk mengabaikan, bayang bayang akan tatapan publik yang menyorot dan menjatuhkan kepercayaan diri ku.

Jika aku mengalami Panic attacks sekarang kemungkinan-tidak. lebih tepatnya aku akan histeris. Pendengaranku menajam seolah bisikan kecil dari kejauhan pun dapat kudengar lantas itu membuat kepala ku berdenyut, penglihatanku pun begitu, seolah cahaya sedikit dapat menyilaukan mataku, aku akan menutup kedua mataku erat erat dan bayangan buruk terus menyerangku. Tapi dengan meminum obat penenang tadi maka hal tersebut hanya 40% saja kemungkinan akan terjadi.

"Tes, tes..." Tubuhku menegang, seorang lelaki yang paut usia yang setidaknya berbeda 2-1 tahun lebih tua dari ku nampak berdiri di balik podium tengah mengetes mic yang menyala di tangannya.

Lelaki itu menggunakan almamater berwarna biru tua dengan dasi merah. Entah kenapa aku bisa merasakan dirinya memiliki kharisma yang unik(?) aku tak pandai menilai wajah seseorang, lagi pula sifat manusia lebih sulit untuk dipahami. "Selamat pagi semuanya! Dan selamat datang di SMA Pulau Rintis ini! Perkenalkan saya Gentar dari kelas 12 MIPA I, saya sebagai
wakil ketua OSIS SMA Pulau Rintis ini dan juga pembawa acara kalian!"

Ia menyengir, menampilkan deret giginya. "Nah, karena informasi daftar kegiatan sudah di bagikan melalui grup sekolah. Kita mulai kegiatan nya! Pertama salam dan amanat dari kepala sekolah di lanjut dengan perkenalan kakak kakak OSIS kalian yang nanti akan bertanggung jawab atas gugus kalian~!"

Kegiatan pun di mulai, kami diminta untuk mencatat beberapa tugas untuk besok. Di mulai dari membuat topi dengan bentuk kerucut dari karton, papan nama yang diikat menggunakan rapia untuk di kalungkan di leher, sampul buku merah putih dengan gambar burung garuda yang digambar sendiri, tema warna yang diambil pun nanti disesuaikan dengan gugusnya masing masing.

Aku mencatat itu semua di buku catatan sementara ku, selama kegiatan kami di awasi oleh anggota OSIS lainnya, sesekali mereka melakukan pendekatan dengan siswa untuk menghilangkan ketegangan di antara mereka. Aku menghindari hal itu. Setiap kali aku merasa akan di dekati oleh kakak kelas maka aku akan dengan cepat beralasan, entah ke kamar mandi atau sebagainya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DON'T BE MEAN, MR. ALPHAWhere stories live. Discover now