"Iya tante. Aku mau ada acara keluarga." jawab Bina kalem.

"Sasti sama Tita juga ikut pulang?"

Suasana mendadak hening. Para pria Gunadhya serta Yeira yang sedang sibuk meratakan sunscreen khusus anak-anak di wajah Tita sontak mengarahkan tatapan mereka pada Sasti. Perempuan itu menegakkan tubuh dengan kikuk sembari berusaha membuat keputusan yang tidak akan merugikan dirinya dan juga keluarga mantan suaminya itu. Dia melirik ke arah Aksa yang tersenyum hangat padanya, lalu kemudian pada Tita yang menatapnya dengan sorot penuh harap.

Ya ampun. Bagaimana bisa dia menolak tatapan sendu itu?

"Nggak kok mi. Tita masih mau main di sini soalnya."

Bagaimana dengan reaksinya? Tentu saja mereka semua bersorak bahagia. Tita bahkan sampai melompat-lompat kegirangan bersama Yeira.

"Ya udah kalau gitu kami berangkat dulu ya?" papi mengulurkan tangannya pada Tita dan bersama Yeira mereka berjalan keluar dari rumah sambil menggandeng kedua tangannya yang mungil.

"Mbak. Kalau mbak nggak lupa, aku masih suka omelet keju yang sering mbak bikin buat aku dulu loh!" tukas Juna tiba-tiba dan dia langsung berlari menyusul papi, Yeira dan Tita.

"Kopi susu racikan mbak pun aku juga nggak lupa mbak." sambung Ditya cepat sebelum akhirnya ikut berlari keluar sebelum Sasti sempat meresponnya.

Mendengar itu semua, baik mami maupun para asisten rumah tangga yang sedang sibuk memasak itu pun meledakkan tawa mereka. Aksa yang masih berdiri sembari mengenakan jaketnya hanya bisa termangu melihat pemandangan itu. Pemandangan di mana mami tertawa bersama Sasti sambil memeluknya erat-erat. Pemandangan di mana semua orang tersenyum bahagia melihat kehadiran perempuan itu di antara mereka. Aksa menyunggingkan senyum tipis sebelum akhirnya dia berjalan mendekati mami.

"Aku jalan dulu ya mi." pamit Aksa sambil mencium punggung tangan ibunya.

"Kamu nggak mau nitip dibikinin apa gitu sama Sasti?" pancing mami membuat Bina membuang muka menahan tawa.

"H-Hah? Oh nggak usah. Nanti aku makan apa yang mami bikin aja." tolak Aksa canggung namun matanya sempat melirik ke arah Sasti yang juga terlihat agak salah tingkah.

"JASUKE MBAK! JASUKE YANG MBAK SASTI BIKIN WAKTU KITA NGINEP RAME-RAME KE VILLA ITU MAS AKSA SUKA BANGET LOH MBAK!" teriak Juna heboh dari arah pintu utama.

Aksa berdecak sebal namun ekspresinya kembali melembut tatkala ia bertatap muka lagi dengan Sasti.

"Nggak usah didengerin ya Asti. Juna cuma bercanda." Aksa tersenyum hangat sebelum akhirnya dia berjalan keluar dari rumah menyusul kedua adik laki-lakinya itu.

Sasti terdiam selama beberapa detik. Tentu dia masih ingat betapa Aksa sangat menyukai jagung, susu, keju buatannya dulu. Setiap kali sedang merasa lelah dan stress karena tugas kuliah yang menggunung, Sasti pasti akan membuatkannya agar perasaan pria itu menjadi lebih baik dan selalu berhasil. Tak hanya Aksa saja, Sasti bahkan tahu apa makanan atau minuman favorit Ditya, Juna dan juga Yeira.

Mungkin Sasti bisa membuatkan kopi susu, omelet keju dan grilled cheese untuk Ditya, Juna dan Yeira. Tapi untuk jagung susu kejunya... entahlah. Sasti masih tidak yakin apakah dia harus membuatkannya juga karena dia tidak ingin Aksa dan keluarganya salah paham. Mami yang melihat kebimbangan di wajah Sasti itu pun paham.

"Kamu nggak perlu bikinin itu buat Aksa kalau memang kamu nggak mau, Sas," ujar mami tiba-tiba membuat Sasti langsung tersentak kaget. Wanita yang sudah memasuki usia enam puluhan itu namun wajahnya masih saja awet muda itu tersenyum lembut. "Kamu bukan istrinya Aksa lagi, jadi kamu nggak ada kewajiban apapun untuk bikinin dia sesuatu. Anak-anak itu nggak usah didengerin, mereka cuma mau jahilin kamu aja."

THE OLDESTWhere stories live. Discover now