THE OLDEST - 5

313 38 5
                                    


"Lo ketemu sama Aksa di sekolahnya Tita?"

Sasti yang sedang sibuk mendandani wajahnya untuk berangkat kerja menoleh ke arah Bina yang nampak begitu panik dan juga frustrasi.

"Iyaaa! Sumpah gue sendiri juga nggak nyangka bakalan ketemu sama dia di sana, Sastiii!" Bina menyugar rambut panjang berwarna kecoklatannya gusar. Namun begitu dia menyadari bahwa sedari tadi Sasti nampak tidak terlalu memedulikan kepanikannya, mau tak mau pun dia merasa dongkol sendiri. "Kok lo nggak panik sih?!"

"Lah ngapain panik? Kan dia ketemu sama bapaknya sendiri Bin, bukan sama orang jahat." Sasti terkekeh.

"Ya tapi kan dia ketemu sama bapaknya sebelum waktunya, Sas! Lo sendiri bilang katanya pengen bawa Tita langsung ke rumah mantan mertua lo!"

"Kalau ketemu sebelum waktunya berarti itu emang udah takdir dari Allah, Bin. Sedangkan gue kan baru rencana aja," Sasti kembali memeriksa penampilannya yang sudah rapi itu lalu kemudian berdiri dari meja riasnya. "Gue yakin Aksa pasti bakalan curiga sih karena Tita tuh 80% mirip banget sama dia. Ditambah lagi dia juga peka banget orangnya."

Bina menghela nafas panjang. "Terus gimana, Sas? Lo sendiri beneran udah siap buat ngenalin Tita ke Aksa dan keluarganya? Mereka pasti kaget banget deh."

"Ya mau nggak mau gue harus tetep ngenalin Tita ke mereka kan? Biar bagaimanpun juga hubungan darah nggak akan bisa terputus begitu aja, Bin. Gue mungkin juga akan minta maaf sama mantan mertua gue karena udah tega nyembunyiin sosok cucu mereka selama ini."

"You know, it wasn't your fault, right? Lo nyembunyiin eksistensi Tita ya karena kesalahan dari anak mereka sendiri!"

"I know, I know. Makanya dari awal kan tujuan gue itu cuma buat ngenalin Tita aja. Mereka mau nerima ya Alhamdulillah, kalau nggak ya nggak apa-apa. Gue juga nggak akan minta warisan atau apapun itu buat Tita kok, Bin. Yang gue minta cuma satu, yaitu kesediaan mereka untuk jadi walinya Tita kalau suatu saat dia nikah nanti."

"Tapi kayaknya ikatan batin mereka emang udah sekuat itu deh, Sas." kata Bina sambil berjalan mengikuti Sasti keluar dari kamar tidurnya. "Karena belum apa-apa mereka udah akrab sampe pake pinky promise segala pas mau pulang."

"Pinky promise?"

"Iya. Gue lupa nanya dia janji apa sama si Aksa gara-gara masih shock!"

"Oh." Sasti mengangguk-anggukkan kepalanya paham.

"Dih, kok oh doang?!"

"Gue yakin Aksa nggak akan mungkin janjiin yang aneh-aneh sama Tita. Dia bukan tipe laki-laki mata keranjang. Jangankan sama anak kecil, sama cewek yang bajunya kurang bahan aja dia nggak pernah ngelirik sama sekali, Bin."

Kalau itu Bina bisa percaya. Reputasi Aksa selama di masa perkuliahan mereka dulu memang terkenal bersih dari yang namanya playboy, womanizer dan semacamnya sebab kehadiran Sasti membuat para wanita itu sulit mendekat. Sasti sendiri sebenarnya termasuk dalam jajaran cewek hits kampus yang memiliki wajah cantik, otak pintar serta kepribadian yang bagus. Hanya saja dia tidak terlalu suka menonjolkan kecantikannya itu dan selalu berpenampilan sederhana. Kecantikan dan kesederhanaannya itu kadang sering kali membuat para laki-laki merasa dilema bahkan malas untuk mendekatinya hanya karena satu alasan.

"Sasti tuh sebenernya cantik banget, tapi sayang penampilannya biasa aja, jadinya ngebosenin."

Setiap kali mendengar alasan itu Sasti hanya akan membalasnya dengan senyum tipis dan mengatakan bahwa bukan kewajibannya untuk tampil cetar membahana di hadapan semua orang kecuali keluarga dan calon suaminya kelak. Dan Sasti benar-benar membuktikan ucapannya itu begitu dia menikah dengan Aksa. Sebisa mungkin dia selalu tampil cantik dan menarik hanya di depan suaminya itu saja.

THE OLDESTOn viuen les histories. Descobreix ara