03 : Angin Poplar Putih

140 23 0
                                    

Di jalur setapak bawah sana, sang ketua perampok membaca situasi dengan cepat dan segera memutuskan untuk mundur. Ketangguhan dua pemuda berjubah putih di luar dugaan dan kendalinya. Dia mengambil satu peluit kecil, meniupnya kuat, suara melengking memecah di udara.

Itu adalah kode untuk mundur. Semua anggota perampok mengetahui itu, mereka serentak menghentikan perkelahian dan berlari menuju satu titik.

"Mundur!"

Anggota yang tersisa melompat ke atas kudanya dan memacu dengan kecepatan tinggi.

Fang Duobing ditinggalkan dalam kondisi kelelahan. Tetapi setidaknya ia berhasil mempertahankan bunga Wangchuan. Kabut yang menyelubungi lereng gunung dan hutan perlahan kian menebal.

Bagaimana sekarang?

Batin Fang Duobing disamarkan siulan angin yang semakin lama semakin kencang.

Seniornya belum kembali hingga Fang Duobing tidak tahu harus tindakan apa yang harus ia ambil selanjutnya. Dia memutar pandang ke sekitar tempat di mana mereka kini terdampar. Fang Duobing memutuskan untuk menunggu sebentar lagi sampai Li Lian Hua muncul kembali.

Seekor kuda mereka terluka, dan satu lagi tergeletak tak bernyawa di antara mayat-mayat perampok yang berhasil mereka binasakan.

Sayup-sayup Fang Duobing mendengar suara derap langkah kaki kuda. Seketika dirayapi cemas bahwa para perampok itu mungkin kembali. Tetapi ketakutan itu segera menguap begitu ia melihat seorang pria muncul dari balik kabut. Pria itu berpakaian serba hitam, wajah pucat dan sepasang mata gelap berkilau menatap ke arahnya.

Kegelapan di penghujung senja menjadikan Fang Duobing sulit memastikan apakah sosok ini adalah salah satu dari kawanan perampok atau hanya pengembara yang melintas. Dia menyipitkan mata sementara satu cahaya dalam bentuk garis berliku-liku mengerjap di angkasa. Kilatan petir menyambar dengan cahaya menyilaukan, seiring derak halilintar meledak di langit barat.

"Kau pengembara?"

Pria berjubah hitam menghentikan kudanya di depan Fang Duobing.

"Sebenarnya kami hanya kebetulan lewat dalam perjalanan melaksanakan misi penting."

"Kami?"

"Aku dan seniorku, Li Lian Hua."

Dalam hal tata krama, Fang Duobing mendapatkan didikan yang cukup baik dari keluarganya. Namun dalam situasi seperti sekarang, ia tidak bisa tidak curiga. Dia kesulitan menjawab pertanyaan orang asing dengan sopan dan wajah ramah serta sikap hormat.

Sesaat, pria di atas kuda meneliti Fang Duobing dari ujung kaki hingga kepala. Meskipun sosoknya nampak aneh, wajah pucat dan ekspresi kosong yang ganjil, serta rambut panjang yang dibiarkan jatuh terurai, tidak ada aura berbahaya yang memancar dari pria itu. Bahkan suaranya melantun lembut dengan gaya bicara cukup tenang.

"Berbahaya bagi kalian tetap berada di kawasan ini pada waktu malam," suara si pria memperingatkan.

"Kami akan segera pergi." Ketika Fang Duobing mengatakan itu, sudut matanya menangkap kuda-kuda mereka yang bergelimpangan di tanah. Entah bagaimana caranya mereka bisa melanjutkan perjalanan.

"Lalu apa yang kau tunggu?"

"Seniorku mengejar perampok hingga ke lereng gunung."

Pria di atas kuda memalingkan wajah ke arah yang dimaksud. Kabut keabuan melayang membentuk selubung asap tebal.

"Dia belum kembali?"

"Dia pasti akan segera kembali."

Mereka saling terdiam untuk beberapa saat sementara malam menurunkan jubah hitamnya di seluruh semesta. Angin menderu kencang dari arah barat dan kelelawar-kelelawar kecil bermulut merah melayang di atas kepala mereka dengan kepakan sayap hitam penyihir. Tak lama kemudian angin membawa butiran air hujan serupa tenunan benang-benang tipis dalam jarak yang seragam.

𝐅𝐨𝐫𝐞𝐬𝐭 𝐨𝐟 𝐈𝐥𝐮𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚) Where stories live. Discover now