TERAWEH & PUASA PERTAMA

192 32 54
                                    

"Yes, besok puasa, aye. Berarti nanti malem udah mulai teraweh ya? Wih, asik nih." Blaze berseru kegirangan, membayangkan segala aktivitas di bulan Ramadhan ini saja sudah sangat membuat hatinya merasa senang.

Akan ada banyak aktivitas yang bisa mereka lakukan di bulan itu. Terlebih lagi dengan banyaknya pedagang yang menjual berbagai menu takjil untuk berbuka. Event sekali dalam setahun.

Taufan mengangguk, meminum jusnya hingga tandas. "Iya, harusnya sih begitu."

"Woah, berarti nanti kita nggak makan dong?" tanya Thorn seraya bergabung ke dalam percakapan, matanya bergantian menatap Taufan dan Blaze.

Saat ini mereka sedang duduk di teras depan rumah, menikmati siang hari yang begitu menyengat ubun-ubun. Mereka baru saja selesai bermain bola di lapangan.

"Ya iyalah Thorn, kan puasa." Jawab Blaze yang diakhiri oleh anggukan kepala Thorn.

"Astaga kalian ini, bau keringat banget ya." Gempa menyapa kehadiran mereka, muncul dari dalam rumah sembari membawa tas belanjaan. Sepertinya dia akan berburu diskonan spesial Ramadhan lagi.

Mereka bertiga pun refleks menoleh, mengulas cengiran tak berdosa.

"Hehe, biasalah, Gem. Eh, mau belanja kah?"

Gempa tersenyum lantas mengangguk mengiyakan, "iya Kak. Gem emang mau ke bazar Ramadhan buat belanja persiapan sahur sama puasa besok."

Sepasang mata Thorn berbinar, melontarkan tatapan penuh harap kepada Gempa. "Thorn ikut, Kak. Thorn mau ke bazar Ramadhan."

"Ikut juga, mau jajan." Blaze pun meneladani sikap Thorn.

"Ck, jangan, jangan. Nanti duit belanjaannya malah buat kalian jajan lagi. Gem cuma sebentar kok, kalau mau ke bazar mending besok aja bareng-bareng sekalian ngabuburit ya. Lagipula bazar juga masih lumayan sepi, puasa pertamanya kan besok."

"Alah, mau ikut sekarang, Kakak." Thorn merengek.

Ah, kalau seperti ini nanti Thorn malah menangis dan untuk menghentikan tangisan Thorn membutuhkan bayaran yang cukup lumayan. Daripada Gempa harus mengambil risiko, lebih baik dituruti saja.

"Hhh, iya deh, iya. Thorn ikut Kakak ya, Blaze sm Kak Upan mending di rumah aja. Mandi, bau bawang." Ucap Gempa, memberikan perintah kepada Taufan dan Blaze.

Blaze mencibir, sejenak memutar mata malas. "Hidih, nggak adil banget. Kenapa Thorn boleh ikut sedangkan kita enggak? Kak Gem pilih kasih."

Astaga Blaze ini, mulai dia.

"Ya ampun Blaze, kamu ini kayak nggak tau Thorn aja deh. Udahlah nurut aja."

"Tapi kan--"

"Blaze...." Potong Gempa dengan cepat, intonasinya sudah berubah menjadi lebih serius. Menghentikan ucapan Blaze yang belum sempurna terucap.

"Ish, iya deh, iya. Ayo, Kak." Blaze akhirnya mengalah, lebih tepatnya sih dia tak berani membantah. Kalau Gempa yang marah kan gawat, lebih baik dia memilih untuk mengalah saja.

Blaze berlalu pergi dengan Taufan yang dia tarik untuk masuk ke dalam rumah. Meninggalkan posisi Gempa dan Thorn.

"Aaaa nggak adil banget sih!" keluh Blaze setengah geram, menghentakkan kaki di setiap irama langkahnya.

Taufan yang melihat hal seperti itu langsung terkekeh geli, menggeleng kepala saja. "Kayak nggak tau aja kelakuan si Gempa, Laze. Udahlah, nggak usah terlalu dimasukin ke ginjal. Nanti kena usus buntu."

"Ketawa aja terus. Soalnya ini bukan sekali dua kali begitu, tapi setiap hari begitu. Iri banget sama Thorn jadi adik kesayangan Kak Gem."

"Ya....gimana ya, Blaze. Terima nasib aja deh, lagipula kan Thorn emang yang paling nurut sama Gempa. Jadi ya jangan heran, kalau mau jadi adik kesayangan ya lo harus jadi adik yang sholeh dulu."

"Eh iya ya, okelah. Mulai hari ini dan besok, gue bakal nyoba jadi anak yang sholehot, eh typo maksudnya sholeh hehe."

"Hah? Nggak salah denger nih?" Solar menyela, dia baru saja keluar dari bilik kamar dengan earphone yang mengalung di antara leher serta ponsel di genggaman tangan. Menuruni anak tangga, menatap bergiliran ke arah Taufan dan Blaze.

"Nyeh, dateng pula tuyul kuning." Gerutu Blaze, yang disusul oleh tawa Taufan.

"Anjir, tuyul kuning nggak tuh."

"Your eyes tuyul kuning, sembarangan kalo ngasih nama. Secakep dan secetar ini loh padahal, selebgram nih bos." Solar yang tak terima dengan ucapan Blaze pun meradang, memperlihatkan kepada mereka tentang akun sosial medianya yang tenar.

"Halah, apa gunanya punya pengikut banyak kalau aslinya nolep?"

"Wah, ngajak berantem nih abang satu. Pa maksud?"

"Hayok, gaskenlah. Mau di mana?"

"Wehlah, kok malah gelud? Nih harusnya bawa golok sama parang biar seruu, ya kali tangan kosong doang." Ucap Taufan sembari menyimak pertengkaran kedua adiknya.

Di saat Blaze dan Solar ingin jambak-jambakan ria, mereka dikejutkan oleh kehadiran Halilintar yang baru saja pulang dari kampus.

Halilintar mengangkat salah satu alisnya, matanya mulai melirik kepada ketiga adiknya yang terdiam di tempat. Sebelum mengeluarkan kata-kata yang sangat di luar prediksi BMKG.

"Ya Allah, ini siapa sih yang belum mandi. Kek bangke," ketus Hali seraya menutup hidung menggunakan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya memegang kresek hitam yang entah apa isinya.

"Si anjir, dateng-dateng langsung ngatain. Perasaan nggak sampe separah itu deh." Blaze kembali tidak terima, walau memang benar adanya sih tapi kan jangan se jujur itu juga kali.

"Untung gue dah mandi. Eh iya ya, bau bangke kalian tuh." Karena Solar baru tersadar maka dia pun mengikuti perilaku Halilintar, menutup hidung.

"Keknya yang bangke kalian deh," ujar Blaze datar. Menatap ke Halilintar dan Solar yang menunjukkan ekspresi serupa.

Taufan pun masih berada di tempat, sudah ngakak tak karuan dia. Kemudian menarik lengan Blaze saja. "Tapi mereka bener sih, dahlah ayo mandi. Gempa pulang bisa berabe kalo tau kita belum mandi. Nanti malem kita teraweh dan membalaskan dendam."

"Hah? Dendam?" mengikuti tarikan Taufan yang mengajaknya untuk ke lantai atas, Blaze pun membeo.

"Nyehe, penasaran kan? Udahlah, ikut aja yuk. Gue punya kejahilan baru di teraweh dan puasa pertama kita."

Sebenarnya Blaze ingin bertanya lagi tapi sebaiknya tidak perlu. Kejutan tidak akan menarik kalau dibongkar sekarang. Baiklah, dia akan menunggu rencana Taufan nanti.

.

.

.

TBC.....

Gak tau, aku gabut aja sih ehe. Ini full komedi yak, gk ada sad-sad.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KESEHARIAN DI BULAN RAMADHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang