-Part 22-

631 139 34
                                    

Hanya isak tangis keluarga Shin yang kedengaran didepan ruangan IGD setelah Hwaeyon dibawa masuk kedalam sana.

Dowon, pria ini hanya mampu melamun dengan tatapan kosongnya. Emosinya tadi juga bahkan sudah menghilang digantikan dengan perasaan khawatir.

Memang selama ini dia kelihatan acuh dan cuek kepada Hwaeyon namun tanpa mereka semua tahu, dia benar benar mencintai wanita itu. Hanya saja dia tidak mampu menunjukkan rasa cintanya gara gara arahan dari Seojin.

Ceklekk

Pintu ruangan IGD yang dibuka membuat Dowon bersama ke4 anaknya bergegas bangkit dan menghampiri sang Dokter.

"Dengan keluarga Pasien?" Tanya Dokter Han.

"Saya suaminya Dok" sahut Dowon "Bagaimana kondisi istri saya?"

Dokter Han menggeliat nafasnya dengan kasar "Maaf Tuan, istri anda sudah meninggal"

Deg

"Dia mengalami serangan jantung" lanjut Dokter Han yang bertanggungjawab untuk menjelaskan semuanya.

"Hiks Dokter pasti bohong!" Sangkal Lisa.

"Nyonya Kim akan dipindahkan keruang mayat duluan dan kalian bisa melihatnya disana. Saya permisi" setelah membungkuk singkat, Dokter Han berganjak pergi dari sana.

Brukkk

Punggung Chaeyoung menabrak dinding setelah Jennie tiba tiba saja mendorongnya bahkan sekarang Jennie sudah mencengkram kerah bajunya.

"Puas kamu hah!?" Teriak Jennie emosi.

"Hiks apa maksud Eonnie?" Isak Chaeyoung.

"Ini yang kamu inginkan bukan!? Eomma meninggal gara gara kamu Chaeyoung! Kamu yang bikin Eomma serangan jantung gara gara sikap kamu! Kamu yang salah!" Teriak Jennie marah.

Srett

"Uhuukkk E-Eonnie" Nafas Chaeyoung terburu buru ketika Jennie mencekik lehernya sehingga dia tidak bisa bernafas.

"Gue menyesal karena punya adik yang tidak berguna seperti lo! Lo tidak pantas untuk menjadi adik gue!" Seperti orang kesetanan, Jennie terus saja berteriak bahkan dia tidak mempedulikan Chaeyoung yang kesulitan bernafas gara gara ulahnya.

"Jen, sudah!" Halang Jisoo menarik Jennie menjauh dari Chaeyoung.

"Dia yang bikin Eomma kita meninggal Eonnie!" Seru Jennie.

Jisoo yang sudah meneteskan air matanya itu langsung saja membawa Jennie kedalam dakapannya "Nanti saja kita uruskan soal itu. Mendingan sekarang kita uruskan pemakamam Eomma" bujuknya.

"Lisa-ya" lirih Chaeyoung menatap kembarannya.

Namun Lisa menatap Chaeyoung dengan tatapan benci "Orang yang aku sayang malah menghancurkan kebahagiaan aku. Selamat Chaeyoung, kamu sudah berjaya membuat Eomma meninggal"

Hati Chaeyoung seakan ditusuk oleh sesuatu yang tajam ketika mendengar kata kata yang dilontarkan oleh kembarannya itu.

"Chaeyoung" panggil Jisoo.

Gadis itu mendongak menatap Jisoo dengan penuh sendu. Berharap agar Jisoo juga tidak menyalahkan dirinya.

"Jangan keruangan mayat. Kamu tidak pantas untuk melihat Eomma!"

Hidup Chaeyoung seakan hancur. Ternyata tebakannya salah. Jisoo juga menyalahkannya atas apa yang terjadi.

*
*

Dengan langkah pelan, Chaeyoung berjalan memasuki ruang mayat. Walaupun saudaranya sudah menghalangnya, dia tetap ingin melihat sang Eomma untuk yang terakhir kalinya.

"Untuk apa kamu kesini hah!?" Teriak Jennie dengan nafas yang memburu.

Chaeyoung menyatukan kedua tangannya "Hiks Eonnie, aku mohon. Aku ingin melihat Eomma"

"Lo yang membunuh Eomma jadi kenapa lo ingin melihat Eomma juga hah!?"

"Hiks aku tidak bersalah Eonnie"

"Tidak bersalah!? Semuanya gara gara lo Chaeyoung! Andai lo tidak berubah menjadi gadis nakal seperti ini, Eomma pasti tidak akan stress sehingga Eomma mendapat serangan jantung!"

"Hiks kenapa hanya aku yang disalahkan!? Semuanya juga berpunca dari Appa!"

Dowon yang sedari tadi melamun itu sontak menghampiri Chaeyoung "Anak kurang ajar!"

Plakkk

Satu tamparan mendarat dipipi mulus Chaeyoung "Kamu bukan saja bodoh tapi kamu juga anak sialan!" Marah Dowon.

Chaeyoung hanya mampu menangis. Kepergian sang Eomma membuat dirinya tidak ada tenaga untuk melakukan apa apa lagi.

"Pergi dari sini sekarang!" Teriak Dowon.

Srett

Tanpa aba aba, pria itu langsung saja menyeret Chaeyoung dengan kasar.

"Hiks andwae! Aku ingin melihat Eomma" isak Chaeyoung meronta ronta.

"Pergilah! Bawa semua barang barang kamu keluar dari mansion saya! Saya tidak punya anak seperti kamu!" Usir Dowon menutup pintu ruangan mayat itu .

"Hiks Appa. Buka pintunya. Hiks Chae ingin melihat Eomma" isak Chaeyoung berusaha membuka pintu itu.

"Chaeyoung!" Terlihatlah sosok Chanyeol yang berlari menghampirinya.

"Hiks Oppa. Aku ingin melihat Eomma" isak Chaeyoung.

"Apa yang terjadi Chae?" Tanya Chanyeol.

Dengan isakan yang masih berlanjutan, Chaeyoung mula menceritakan semuanya dari awal.

"Hiks apa Oppa juga ingin menyalahkan aku?" Tanya Chaeyoung setelah ceritanya berakhir.

Chanyeol menggeleng "Tidak Chae. Kamu tidak salah. Semua yang terjadi bukan salah kamu. Ini hanya takdir. Lagian kamu juga tidak tahu kejadian ini akan terjadi bukan?"

Cowok ini beralih menangkup kedua pipi Chaeyoung lantas jempolnya mengusap air mata gadis itu "Nyonya Kim juga pasti tidak akan suka kalau kamu sedih. Senyum ya"

Chaeyoung menggeleng "Apa yang harus aku lakukan Oppa? Aku diusir sama Appa. Aku sudah tidak punya tempat tinggal" lirihnya.

"Ayo ikut Oppa. Kamu bisa tinggal bersama sepupu Oppa. Kebetulan sekali dia juga tinggal sendirian di apartment"

"Aku tidak ingin merepotkan siapa siapa"

"Tidak merepotkan kok. Nanti Oppa ngomong sama dia. Sekarang, ayo pergi"

"Bagaimana dengan Eomma?"

"Oppa akan membawa kamu ke acara pemakaman Nyonya Kim. Tenang saja"

Chaeyoung menghela nafasnya dengan kasar. Sekarang dia sudah tidak punya siapa siapa selain Chanyeol. Keluarganya bahkan sudah membuangnya jadi tidak ada gunanya dia terus meratapi nasibnya bukan?

"Baiklah Oppa. Aku ikut sama Oppa" putusnya pada akhirnya.







Tekan
   👇

Senja ✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt