07 : Dan Itu Terjadi

135 19 5
                                    

War menatap kosong dirinya di cermin, perlahan air matanya turun membasahi pipinya yang sudah dipoles dengan make-up natural.

War janji ini akan menjadi air mata terakhirnya yang jatuh namun masa depan tidak semudah yang War pikirkan.

Alasan sekarang dia menangis adalah karena hatinya begitu hancur ketika perjodohan itu sudah selesai.

Baru satu jam yang lalu pesta perjodohan itu berakhirnya.

Kemarin memang benar dia sudah menguatkan hati dan pikirannya untuk menerima Anan. Namun pada kenyataannya tetap saja dia tidak tahu apapun tentang Anan, terlebih Anan masih berstatus sebagai kekasih Benz.

War tidak bisa berbuat apapun karena keluarganya sudah bangkrut dan kini terlilit hutang.

Lantas keluarga Anan bersedia membayar hutang tersebut jika War bersedia menerima perjodohan ini.

Ini akan jadi malam pertama untuk dirinya sebagai pria yang sudah berstatus sebagai tunangannya Anan.

Wakt terus bergulir dan berdetak seirama dengan hati War yang kalut.

War gusar menunggu apa yang akan terjadi pada dirinya malam ini. Sebab orang tuanya meminta Anan untuk mengantar War pulang, tapi Anan malah membawa War ke hotel tepi pantai.

Pesta perjodohan Anan dan War itu di gelar di hotel berbintang paling malah di kota Bangkok. Bahkan acara itu disiarkan secara live si stasiun televisi milk keluarga Panich.

Sengaja disiarkan supaya seluruh negeri tahu kalau War Wanarat Ratsameerat kini sudah berstatus sebagai calon istri dari Yin Anan Wong, pewaris dari keluarga Panich.

Sekarang sudah jam tiga pagi tapi Anan tak kunjung jua menemuinya. Padahal Anan hanya memesan satu kamar, jadi otomatis mereka pasti tidur satu kamar.

Lantaran karena matanya semakin berat, akhirnya War pun tertidur lelap.

Esok paginya hembusan napas menerpa telinganya, seketika itu juga War segera membuka matanya, kini dapat dia rasakan perutnya tertahan oleh lengan kekar sang dominan. Hatinya berdetak kencang, "Apa yang sudah dia lewatkan ketika tertidur?" Gumam dia dalam hati seraya menatap Anan yang tampak sudah rapi dan wangi.

"Sudah bangun?" Sapa Anan deep voice saling bersua tatapan mata keduanya.

"A-abang," Ucap War terbata-bata karena grogi. Siapa juga yang tidak grogi, bangun tidur langsung melihat calon suami yang terjalin karena terpaksa.

"Gapapa, gak ada yang terjadi kok. Aku baru masuk barusan dan berniat untuk membangunkanmu. Aku tahu kamu capek, tapi walaupun bagaimanapun sarapan pagi itu tidak boleh dilewatkan. Jadi kamu mau makan apa hari ini? Seafood? Atau makanan ala Eropa? Terus kamu mau makan dimana? Di restoran atau di..."

"Terserah Abang mau makan dimana." Potong War sambil menjatuhkan tangan Anan yang membelai pahanya.

Anan mengangguk, "Kalau begitu cepat mandi sana! Aku tungguin." Titah Anan segera dilaksanakan oleh War. Tapi begitu War keluar dari kamar mandi, dia tidak melihat Anan. Namun di nakas sudah terhidang sarapan pagi serta ada satu stel pakaian diatas ranjang.

Sebenarnya War ingin menghubungi orang tuanya, namun dia lupa membawa ponselnya. Dia lupa meminta ponselnya kepada Charlie.

Sengaja dia titip, karena sejak Perth mengatakan kepada Meen dan kawan-kawan perihal dia akan bertunangan dengan Abangnya, semenjak itu juga Billy terus menghubunginya.

Bukannya Billy tidak ingin menemui War secara langsung, tapi dia tidak bisa. Karena Lee dan Meen selalu menghalangi Billy untuk menemui War. Secara mereka sudah janji pada Perth untuk tidak menganggu War lagi.

Fatal Love - YinWarWhere stories live. Discover now