04 : Sosiopat VS Psikopat

103 17 7
                                    

Pagi, di kediaman keluarga Panich.

"Selamat pagi semuanya," Sapa kekasih Zee yang kini sudah berstatus sebagai istri kedua serta nyonya besar keluarga Panich semenjak Pinnara meninggal.

"Pagi papa..." Sahut Anan dan Blue dalam waktu bersamaan pada Nunu yang kini mengambil tempat duduk di sebelah suaminya.

Keluarga ini mewajibkan sarapan pagi di rumah.

"Apa makanannya sesuai dengan selera mu nak?" Tanya Nunu selalu ramah pada Perth yang tak pernah bicara dengan Zee dan Nunu.

Yang ditanya hanya melirik lalu mengabaikan dia seperti biasa membuat kepala keluarga langsung memukul meja.

"Apa susahnya kau menjawab pertanyaan papa mu? Kau boleh membenciku, tapi jangan papamu. Dia tidak salah!" Maki Zee jengah dan sudah muak dengan kelakuan Perth.

Yang dimaki malah abai dan tetap melanjutkan sarapan paginya dengan terpaksa. Jika bukan karena Anan, tak sudi dia pulang ke sini. Kali ini dia pulang karena nanti malam keluarganya akan melamar putra pertama keluarga Vihokratana.

"Sayang..." Potong Nunu pada Zee yang ingin sekali menampar Perth saat ini juga.

Nunu menggeleng ketika Zee meliriknya, "Sabar, jangan marah-marah. Nanti kamu tambah tua loh." Sambung Nunu lagi berhias senyum cantik di wajahnya yang mempesona.

Beberapa menit kemudian...

"Daddy, Pah, aku berangkat ya," Seru Anan cerah, lalu dia kecup pipi Nunu dengan lembut.

"Aku juga," Sambung Blue setelah melihat Perth beranjak dari tempat duduknya.

Dia bahkan berjalan tergesa-gesa mencoba menyusul si kembar.

Lalu ketika Perth akan memakai helm, ada yang mencekal tangannya. Sontak dia segera menolong ke sisi kiri, dan di sana dia dapati Blue lah orang yang mencekal tangannya.

"Aku boleh gak bareng sama kamu?" Tanya Blue tak pernah menyerah mendekatkan dirinya dengan Perth. Dia tersenyum pada Perth yang menatapnya dengan datar.

"Situ masih tidur? Bangun! Udah sana, ganggu aja!" Cetus dia selalu kasar, lalu lanjut memakai helmnya, menyalakan motor, kemudian melajukan motornya dengan kencang.

"Pergi bareng aku aja bang, jika mobil Abang lagi di servis." Tawar Anan pada bayi tabung Nunu yang kini sudah tumbuh besar menjadi pria yang tampan.

Blue tersenyum, lantas dia menggeleng. Mobilnya ada.

Padahal tawaran Anan tadi hanya sekedar basa-basi, dia tidak sebaik itu. Sekalipun dia berbuat baik, pasti ada maunya.

⏩⏩

War berjalan di Koridor dengan tergesa-gesa, takut bertemu dengan Anan dan Benz, siapa tahu Benz mengantar Anan ke fakultas nya sebelum dia pergi ke fakultasnya.

"War, War Wanarat, WAR!!! Tungguin!" Terdengar suara memanggil namanya dari arah belakang. Itu Sammy memanggil namanya sambil berlari-lari. Lanta War berhenti tuk menunggu Sammy.

"Tumben datang pagi, biasanya kamu selalu masuk kampus di detik-detik bapak dosen mau masuk." Heran aja dia melihat Sammy di jam segini sudah ada di kampus.

Mereka sudah kembali jalan.

Sammy hanya nyengir, "Tugas kuliahku belum selesai, rencananya aku mau nyontek punyamu." Jujur dia sudah kebiasaan menyontek tugas War.

"Gendut, gendut! Kapan pintarnya kamu jika nyontek terus?" War tidak keberatan, toh tamat barengan itu enak.

Tiba-tiba ada seseorang yang merangkul pundak War.

Fatal Love - YinWarWhere stories live. Discover now