Chapter 117 ♗

Magsimula sa umpisa
                                    

"Selain itu," Valias mempunyai senyuman lagi di wajahnya, "tanpa harus membuat Anda mencabut gelar jabatan bangsawan Anda dari diri Anda, Yang Mulia Raja Frey sudah berencana untuk menempatkan benang tali kendali pada Anda. Anda tidak mempunyai pilihan lain selain menerima Yang Mulia Raja Frey menjadikan Anda bidak poinnya."

"Sebetulnya, memang benar. Anda memang tidak perlu kehilangan gelar kebangsawanan Anda."

"Tapi hak penuh Anda untuk membuat keputusan Anda sendiri sudah tidak lagi dipegang oleh Anda," ujar Valias. "Setiap hal yang ingin Anda lakukan, akan lebih dulu membutuhkan afirmasi persetujuan dari Yang Mulia Raja Frey. Pada akhirnya, istana mempunyai unit yang mampu menaruh akhir dari apapun yang Anda lakukan di luar persetujuan Yang Mulia Raja."

"Namun tingkat pengawasan seperti itu tidak hanya diberlakukan untuk Anda. Hal itu berlaku untuk semua bangsawan yang ada di Hayden. Jadi itu bukan benar-benar sebuah sanksi."

"Sanksi Anda adalah bagaimana setiap gerak-gerik Anda akan diawasi oleh orang utusan Yang Mulia Raja Frey," lanjut Valias. "Dan setiap surat yang Anda buat akan lebih dulu dibaca oleh orang itu sebelum Anda bisa mengirimnya ke tempat yang Anda tuju."

Marma sudah mendengar setiap kalimat yang diucapkan Valias. Dia memberikan pertanyaannya. "Bagaimana jika aku sendiri memilih untuk melepaskan kebangsawananku?"

Valias menjawab. "Yang Mulia Raja Frey bilang itu bisa dilakukan."

"Apakah itulah tindakan yang akan Anda buat?"

Marma menahan dirinya dari mengepalkan tangan dan menahan diri dari menggeretakkan giginya.

Frey Nardeen dan Valias Bardev. Dia berpikir kalau kedua bocah itu benar-benar memandangnya rendah dan mempermainkannya. Mereka berdua hanya bocah. Tapi mereka punya nyali untuk mempermalukannya seperti ini.

Tapi Marma harus mengumpat. Karena kedua bocah itu membuat pilihan yang terburuk dari yang sudah dia dugai.

Dia sudah mempunyai perkiraan akan bentuk sanksi seperti apa yang akan ditempatkan kepadanya. Di antara semuanya sanksi seperti dia kehilangan kebebasan bergerak-geriknya adalah yang terburuk. Dan rupanya, sanksi seperti itulah yang sungguhan mereka buat.

Harus dia akui itu bentuk sanksi yang paling tepat. Itu adalah bentuk hukuman terburuk yang bisa ditempatkan kepada seseorang. Jika dirinya berada di tempat Frey dia juga akan memilih bentuk sanksi seperti itu. Tapi dia harus mengumpat karena Frey benar-benar telah sukses membuatnya merasa dirinya memiliki bentuk hukuman yang terburuk.

Atas pilihannya sendiri melepaskan status kebangsawanannya?

Tidak mungkin. Putra Hadden itu bilang kalau hal itu memang bisa dilakukan. Tapi tidak akan. Dia tidak akan memberikan apa yang bocah rambut perak itu mau. Status Viscount, akan terus menjadi miliknya sampai nanti dia mati.

"Aku akan memikirkannya." Marma merespons dengan suara datar.

Valias tidak membuat respons terhadap itu. Dia memberdirikan dirinya. "Itu saja ucapan Raja Frey yang perlu saya sampaikan. Saya akan pergi."

Ketika Valias sudah membelakangi Marma dengan sang ksatria yang mendampinginya di belakangnya, suara Marma terdengar di belakangnya. "Luka di lehermu yang bahkan masih mengeluarkan darah itu, dia tidak berpikir aku bisa memperalatnya untuk menjatuhkan citra nya sebagai Raja yang tidak memiliki kasih untuk orang-orang yang bekerja untuknya?"

Valias membuat tolehan pendek yang bahkan tidak sampai untuk melihat Marma yang masih duduk di tempatnya. "Saya yakin Yang Mulia Raja Frey akan membiarkan Anda melakukan apa yang Anda mau."

Valias sudah melangkah lagi dan Marma dengan suara yang serak dari putus asa membuatnya berhenti lagi. "Tunggu!" Marma berseru dengan suara serak meminta.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon