nine : morosis

75 58 68
                                    

morosis
(n.) the stupidest of the stupidities

Seraphine menangis dalam diam di tengah ruangan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Seraphine menangis dalam diam di tengah ruangan. Gadis itu menangis hingga terisak-isak. Damien mendiaminya selama beberapa jam dan hal ini sangat jarang terjadi. Damien sangat marah dan Seraphine tidak tahu harus berbuat apa.

Langkah tegas Damien bergema di penjuru ruangan. Ia kembali memasuki ruang tamu, terlihat tidak terlalu marah namun rahangnya kelihatan kaku. "Seraphine, lihat aku," perintahnya, nadanya sedikit melunak.

Seraphine memberanikan diri untuk melihat mata Damien. "Aku tidak akan menghukummu kali ini," kata Damien, suaranya lembut namun tegas. "Tapi aku ingin kamu mengerti bahwa apa yang kamu lakukan itu salah. Kamu tidak mematuhiku dan menempatkan dirimu dalam bahaya. Apa kamu mengerti?"

Seraphine mengangguk cepat. "Aku mengerti."

"Bagus," jawab Damien, ekspresinya sedikit cerah . "Karena jika itu terjadi lagi, aku tidak akan bersikap lunak." Dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Sekarang aku akan meminta penjelasanmu tentang lelaki yang kamu temui itu."

"Romeo adalah temanku di sekolah. Kami sangat jarang bertemu, jadi dia memintaku untuk menemuinya di Arcade." Seraphine berhenti sejenak, lalu menyentuh lengan Damien. "Kami tidak berduaan, tentu saja ada banyak orang di sana. Dan aku, aku... tetap menjaga jarak dengannya."

Damien mengangkat alis mendengar penjelasannya, masih belum sepenuhnya yakin. "Tapi aku melihat kalian bergenggaman tangan."

Seraphine melebarkan matanya. "Itu tidak disengaja... Dia tidak sengaja menyentuhku."

"Jadi, dia bergerak dahulu? Dan kamu tidak menolaknya? Di bagian mana lagi dia menyentuhmu?"

Seraphine terdiam. Dia menatap Damien dengan heran. "Damien, kamu mengatakannya seolah-olah dia orang jahat!" Suara Seraphine meninggi.

Damien memelototi Seraphine "Aku hanya bertanya," jawabnya, suaranya lantang. "Kamu sepertinya melupakan fakta bahwa orang ini bisa berbahaya. Dan aku tidak mau kamu menempatkan dirimu dalam resiko seperti itu."

"Dia bukan orang yang berbahaya! Dia temanku, Damien, kamu harus mengerti itu."

"Kau membelanya?! Aku kakakmu, Seraphine!"

Seraphine menatap Damien dengan api yang membara di matanya. "Kamu tidak seperti dia, Damien! Dia memberiku waktu dan menyenangkanku. Dia bahkan memberiku boneka yang aku inginkan sejak kecil."

Sontak Damien kehabisan kata-kata karena ucapan Seraphine yang sangat menohok dirinya. "Kau membandingkanku dengan seseorang yang baru saja menghabiskan satu hari bersamamu, Seraphine..."

Suara Damien melemah. "Kamu hanya mencari alasan untuknya, Seraphine," katanya, suaranya pelan dan terkendali. "Aku berusaha melindungimu di sini, tapi kamu tetap membela orang-orang yang berpotensi membahayakanmu."

"Romeo tidak berbahaya, Damien. Berhentilah untuk mengatakan yang tidak-tidak tentangnya."

Damien menggelengkan kepalanya, kekecewaan terlihat jelas di matanya. "Dengar, aku tahu kamu memiliki perasaan padanya, tapi dia bukan orang yang tepat untukmu."

"Tahu dari mana kalau dia tidak tepat untukku? Kau tidak mengenal dia seperti aku, Damien."

"Sera," dia menghela napas. "Aku tidak suka melihatmu terluka ─itu saja."

"Romeo tidak akan melukaiku, Damien."

"Sera, aku memberitahumu berdasarkan pengalaman. Kamu tidak bisa mempercayai semua orang."

Seraphine memalingkan wajah dari Damien. "Benar, aku tidak bisa mempercayai seseorang sebelum aku mencobanya."

Seraphine mengangkat kepalanya. Dia menatap Damien tepat di matanya. "Kamu tahu, Damien? Kamu baru saja memberiku ide."

Damien mengerutkan dahinya. "Seraphine, tolong jangan lakukan hal yang macam-macam. Aku tak ingin kamu terluka."

"Aku tidak akan terluka, Damien. Aku akan menjaga diriku sendiri." Seraphine beranjak dari duduknya.

"Tunggu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Damien cepat.

"Kamu benar, aku memiliki perasaan pada Romeo. Dan aku akan menyatakan perasaanku padanya."

"Seraphine..." lirih Damien, kekhawatiran terukir di wajahnya. "Kau tidak berpikir untuk melakukan sesuatu yang sembrono, kan?"

"Tentu tidak. Aku hanya akan menyatakan perasaanku, semoga saja dia juga merasakan hal yang sama."

Damien kehilangan kata-kata. Mulutnya seperti terkunci, dia tidak tahu harus menjawab apa. Ini benar-benar di luar kendalinya.

Damien memperhatikan punggung Seraphine yang semakin menjauh, campuran rasa khawatir dan frustasi mengalir dalam dirinya. Dia tahu dia seharusnya berusaha lebih keras untuk mencegahnya, tapi dia juga harus berusaha untuk mengerti terhadap perasaan Seraphine.

"Seraphine, ku harap tidak ada hal buruk yang akan menimpamu lagi. Karena jika itu terjadi, aku berjanji bahwa aku tidak akan memaafkan diriku sendiri."

𝐁𝐄 𝐌𝐘 𝐌𝐈𝐒𝐓𝐀𝐊𝐄Donde viven las historias. Descúbrelo ahora