seven : ludic

68 58 41
                                    

ludic
(adj.) full of fun, and high spirits

Sinar matahari pagi masuk melalui jendela yang terbuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sinar matahari pagi masuk melalui jendela yang terbuka. Sinarnya memantulkan pelangi di wajah Seraphine. Setelah mata gadis itu menyesuaikan diri dengan cahaya, ia segera menyadari Damien berdiri di ambang pintu kamarnya. "Pagi, Sera."

"Pagi, Damien."

"Bagaimana tidurmu?"

"Tidurku sangat nyenyak."

"Bagus," jawabnya sambil tersenyum kecil. "Aku senang mendengarnya." Damien ragu-ragu sejenak sebelum bertanya. "Apakah kamu bersenang-senang tadi malam?"

"Ya, ku rasa. Guruku memberiku banyak tugas."

Damien terkekeh. "Itu bagus," katanya, lega. "Aku senang mendengarnya." Dia berhenti, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Sera, aku... Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku mempercayaimu."

"Ya aku tahu itu."

"Dan aku harap kamu tahu bahwa aku akan selalu berada di sini untukmu, apa pun yang terjadi." Damien bersandar pada kusen pintu, tatapannya tertuju pada Seraphine. "Aku sangat peduli padamu, Sera. Kamu segalanya bagiku."

"Kamu terlalu berlebihan." Seraphine mendekat ke arah Damien. "Kemarin aku pulang tepat waktu, apa kamu senang?"

"Tentu aku senang. Kamu harus begitu setiap hari, jangan membuatku khawatir terus menerus."

Seraphine mengangguk. "Ya, serahkan padaku."

"Oke," katanya, senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. "Sekarang, kamu ingin sarapan apa? Aku bisa membuatkan apa pun yang kamu suka."

"Segelas susu!"

"Baiklah," ucap Damien menuju ke dapur. Ia segera menuangkan segelas susu dan membawanya kembali ke Seraphine. "Ini dia."

Seraphine tersenyum saat menerima segelas susu dari Damien. "Damien, aku ada kegiatan hari ini. Aku akan bertemu dengan teman-temanku lagi."

"Baiklah, selamat bersenang-senang," sahut Damien sambil mengangguk. "Jangan lupa hubungi aku jika kamu butuh sesuatu." Dia ragu sejenak sebelum menambahkan. "Dan tolong hati-hati, Sera. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."

"Aku akan berhati-hati."

"Aku percaya padamu," katanya, kelegaan terdengar jelas dalam suaranya. "Sampai jumpa lagi nanti." Dengan pandangan terakhir pada Seraphine, Damien berbalik dan meninggalkan ruangan.

──────────────

Saat ini pukul 11 siang, namun Seraphine seharusnya menemui temannya pada pukul 10. Terlambat satu jam, dia berlari melewati pintu sebuah Arcade. Dia mengamati ruangan untuk mencari temannya. Matanya melihat sekilas seorang lelaki yang duduk sendirian di dekat jendela kaca. Perut Seraphine menjadi lemah karena kupu-kupu, jantungnya mulai berdetak dua kali lipat. Dia sangat gugup karena ini pertama kalinya seorang lelaki mengajaknya untuk bertemu secara pribadi.

Seraphine mempercepat langkahnya. Dia menyentuh bahu lelaki itu dengan ujung telunjuknya. "Hai Romeo," sapa Seraphine.

"Hai Seraphine," dia menjawab, jantungnya berdegup kencang. "Kau datang." Romeo tidak bisa menyembunyikan kelegaan dan kegembiraan dalam suaranya.

Seraphine tersenyum lebar. "Ya, aku datang." Seraphine mengedarkan pandangan ke sekeliling Arcade. "Jadi, apa rencana kita hari ini?"

Romeo menyeringai, duduk di samping Seraphine. "Kupikir kita bisa bermain game," jawabnya santai. "Tapi jika kau punya ide lain, aku akan ikut." Matanya tidak lepas dari mata Seraphine saat ia menunggu jawaban dari gadis itu.

Mata Seraphine berbinar ketika dia melihat sebuah mesin capit boneka di belakang Romeo. Seraphine tidak menjawab Romeo dan langsung menuju ke mesin tersebut. "Wow, ini lucu sekali!"

Sebuah seringai terbit di sudut bibir Romeo saat ia melihat reaksi Seraphine terhadap mesin capit itu. "Kau belum pernah memainkannya, ya?" tanyanya pelan sambil berdiri dan berjalan mendekat ke arah Seraphine.

"Aku tidak pernah mencoba memainkannya, tetapi saudaraku pernah. Dan itu sudah lama sekali."

Karena penasaran, Romeo mengintip dari balik bahu Seraphine saat ia menekan dinding kaca mesin capit. "Apakah dia pernah menang?" tanyanya, nadanya sedikit geli. "Atau apakah dia selalu berakhir dengan kekecewaan?"

Seraphine menahan tawanya. "Dia selalu kalah, jadi aku tidak mendapatkan boneka."

"Baiklah, mari kita lihat apakah aku bisa menjadi pemenangnya," kata Romeo mantap. Sambil mundur selangkah, ia memperhatikan tangannya. Sementara Seraphine menatap tangan Romeo yang siap siaga dengan seksama. "Semoga berhasil, Romeo!"

"Terima kasih, Seraphine," jawab Romeo sambil menyeringai. Dia mendekat ke mesin dan mulai menggerakkan capit di sekitar boneka itu dengan hati-hati. Tangan Romeo berhenti, ia melirik Seraphine. "Boneka mana yang kau inginkan?"

"Yang biru," jawab Seraphine tanpa ragu. Dia hanya bisa melihat tangan Romeo menggerakkan capitnya mendekati boneka itu, jantungnya berdegup kencang. "Yang putih juga tidak apa-apa. Apa pun yang bisa kamu dapatkan, aku akan menerimanya."

Romeo melihat ketidak—yakinan di mata Seraphine. "Aku bisa mendapatkan semuanya, kau hanya perlu mendukungku."

"Aku mendukungmu," kata Seraphine sambil tersenyum, pipinya sedikit memerah.

Romeo menarik napas dalam-dalam dan melepaskannya perlahan sebelum menggerakkan capitnya lagi. Tangannya menari lincah di atas tombol-tombol itu sambil berusaha sekuat tenaga untuk tidak memikirkan apa yang akan terjadi jika dia gagal. Seraphine tidak berkedip saat melihat gerakan Romeo. Jantungnya berdegup kencang menanti apakah lelaki akan berhasil atau tidak.

Setelah beberapa saat yang menegangkan, Romeo akhirnya berhasil mengamankan salah satu boneka. Ia berteriak penuh kemenangan dan dengan cepat menarik boneka itu ke arahnya, jantungnya berdegup kencang karena gembira. "Wah! Kamu berhasil, Romeo!" pekik Seraphine girang.

"Ya! Aku mendapatkannya!" Romeo berseru, matanya bersinar penuh kebanggaan. Dia berbalik menghadap Seraphine, memegang boneka itu untuk dilihatnya. Boneka kelinci bermata biru yang lucu. Seraphine menangkup boneka itu dengan kedua tangannya. "Apa ini untukku?"

"Tentu saja," jawab Romeo. "Tapi maafkan aku karena tidak mendapatkan yang biru." Romeo menatap mesin capit di depannya. "Aku akan bermain lagi, sampai aku mendapatkan boneka yang kau inginkan." Romeo mengatakannya dengan tegas. Dia melirik Seraphine dan menyuruh gadis itu menunggunya sampai dia benar-benar berhasil.

Seraphine menatap Romeo. "Terima kasih Romeo, aku sangat menghargainya."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐁𝐄 𝐌𝐘 𝐌𝐈𝐒𝐓𝐀𝐊𝐄Where stories live. Discover now