CHAPTER 3 | HUBUNGAN SEMAKIN ERAT.

141 6 0
                                    

Tugas menjaga galeri itu dilakukan dengan begitu baik. Dia juga menghiasi sudut galeri itu dengan hiasan bunga ros putih.

Ros putih adalah bunga kesukaan mendiang ibunya, Margaret Diane dan telah menjadi bunga kesukaannya juga.

Saat Weir Thaddeus melangkah masuk kedalam galeri itu, dia terbau haruman yang sangat harum semerbak yang datangnya dari kuntuman bunga ros putih itu, namun kelibat gadis itu tidak kelihatan

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Saat Weir Thaddeus melangkah masuk kedalam galeri itu, dia terbau haruman yang sangat harum semerbak yang datangnya dari kuntuman bunga ros putih itu, namun kelibat gadis itu tidak kelihatan.

"She?." Dia memanggil nama gadis itu, namun tiada sahutan. Dia mencari-cari di seluruh ruang dan sudut yang ada di galeri itu dan tiba-tiba, matanya terpandang ke arah laman luar galeri itu. Nampaknya gadis itu sedang melukis. Dengan perlahan-lahan, dia menghampiri gadis itu.

Berus lukisan itu dipegang lalu dicelupkan kedalam warna hijau. Tangannya terhenti. Otaknya seakan tidak berfungsi saat ini. Dia ketandusan idea. Tanpa disedari, Weir Thaddeus yang sedang berdiri dibelakangnya tersenyum sambil memerhatikan tingkah gadis itu.

Shea Marrietta bangun namun entah bagaimana kepalanya merasa sedikit berpusing, dan dia hampir terjatuh namun Weir Thaddeus sempat menyambut tubuhnya. Mata keduanya saling bertatapan. Sepi menemani keadaan mereka saat itu. Bagaikan cuma mereka berdua sahaja yang berada didalam galeri lukisan itu.

"Nampaknya Tuan Weir benar-benar dah jatuh cinta." Ujar Ken.

Thor angguk kepala, mengiyakan kata-kata Ken itu. Tuan Weir banyak berubah setelah bertemu dengan gadis yang masih belajar itu. Jika Tuan Weir bahagia, dia juga turut bahagia.

"Tuan Weir... Err.." Panggil Shea Marrietta dengan lembut. Hatinya berdegup dengan laju saat ditenung oleh lelaki itu. Posisi tubuh mereka saat ini juga membuatkan dadanya merasa berdebar-debar. Kedua-dua tangannya ditekan ke dada Weir Thaddeus sehinggakan dia dapat merasa debaran didada kekar itu.

Dengan perlahan-lahan, Weir Thaddeus melepaskan tubuh gadis itu, namun matanya masih tidak lepas dari memandang Shea Marrietta. Agak kekok keadaan itu.

"Kau okay?." Soal Weir Thaddeus.

Shea Marrietta angguk kepala lalu memegang lehernya.

"Kepala saya terasa agak pening sebentar tadi. Tapi dah beransur pulih." Jawab Shea Marrietta. Wajahnya sedikit pucat.

"Ken!."

"Ya, Tuan Weir."

"Tolong belikan makanan dan bawa ke sini." Arah Weir Thaddeus.

"Baik, Tuan Weir."

Shea Marrietta terdiam. Tidak pasti apa yang perlu dilakukan saat ini.

"Tuan Weir." Weir Thaddeus menoleh ke arah gadis itu.

"Saya minta diri dulu."

"Kenapa?."

"Err Tuan Weir kan nak lunch disini, jadi saya tak mahu mengganggu." Jawapan itu membuatkan Weir Thaddeus tertawa. Thor yang memerhatikan mereka berdua tersengih, dia tidak pernah melihat atau mendengar tawa Weir Thaddeus yang kedengaran ikhlas seperti saat ini.

SWEET POISON | COMPLETETahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon