Bab 3: Pemuja Kerang Ajaib

Start from the beginning
                                    

Hari itu mama Kinar tak bisa menjemputnya pulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari itu mama Kinar tak bisa menjemputnya pulang. Dan ia terpaksa naik bus sendirian. Masalahnya ia tak tahu apakah ada bus yang lewat di dekat komplek perumahan kakeknya. Saat berdiri di halte ia menemukan punggung Derrys yang berbalut kaos hitam menaiki sebuah bus. Derrys itu tetangganya, jadi pikir Kinar ia lebih baik mengikutinya saja daripada tersesat tak tahu rute angkutan yang harus diambil.

Masalahnya, bus itu tak berjalan ke arah alamat rumah mereka. Justru menuju Terminal Pasar Senen. Kinar panik bukan main, sebab Derrys sudah nyaris membaur dengan warga kalau ia tak menemukan tas gitar berwarna kelabunya di tengah-tengah lautan manusia. Kinar berusaha tetap tenang dan mengikuti Derrys. Kali ini cowok itu malah naik transjakarta, ia tak tahu bakal menuju ke mana dan mengikuti Derrys saja yang turun di dekat istana negara. Ia menghampiri kumpulan orang-orang bersetelan hitam gelap. Spanduk dan dan poster-poster yang dipegang beberapa dari mereka berisi wajah yang tak dikenalnya dengan tulisanpenuh tuntutan.

"Ini ... apa?"

"Aksi kamisan, Neng," sahut penjual cilok di sebelah Kinar.

"Kamisan?"

"Iya, buat menuntut penuntasan kasus pelanggaran HAM."

Kinar memgangguk. Ia pernah mendengar soal itu tetapi tak menyangka kalau Derrys adalah bagian dari mereka. Derrys penuh dengan tanda tanya dalam pikiran Kinar. Kadang-kadang perilakunya sengak, kadang-kadang terlihat seperti orang benar. Atau mungkin Kinar hanya tak mengenal orang-orang yang lebih beragam.

Ia memutuskan untuk membeli cilok sebab perutnya mulai keroncongan sebelum berjalan lebih dekat untuk melihat punggung Derrys yang tengah melantunkan musikalisasi Bunga dan Tembok karya Widji Thukul. Payung-payung hitam berkumpul mengelilingnya yang tengah bergetar kala membacakan bait-bait Bunga dan Tembok. Seolah sesuatu sangat menancap tajam dalam dada Derrys.

Kinar tak ingin tahu apa itu, mungkin akan menyakitkan jika ia nekat bertanya. Jadi saat aksi kamisan bubar, ia justru menyapa Derrys dengan senyuman yang dipaksakan. "Hai."

"Lu ngapain di sini?!" Derrys terkejut bukan main, wajahnya memucat seolah tertangkap basar maling kancut.

"Ma-mama gak jemput," kata Kinar terbata. "Aku kira tadi kamu mau pulang, jadi aku ngikutin kamu aja. Ternyata ke sini."

Derrys meneguk ludahnya cemas. Ia melirik ke belakang, memastikan rekan-rekan seperjuangannya sudah bubar. "Lu tahu soal kamisan?"

Kinar agak bingung dengan pertanyaan itu tetapi segera mengangguk. "Lumayan."

"Keluarga Lu tahu?"

"Keluarga kamu sendiri gimana? Mama kamu tahu?"

Derrys mengerjap panik. Sesuai dugaan Kinar, ia mencoba menyembunyikan hal ini dari mamanya. "Kamu takut mama kamu tahu soal ini?"

"Jangan bilang ke mama Gua atau-"

"Kalau aku nggak mau tutup mulut gimana?"

Derrys menggertakkan rahangnya, ternyata Kinar tak sepolos yang ia kira. "Apa mau Lu?"

"Izinin aku masuk band kamu dulu."

Derrys menghela napas. Kinar masih tak mau menyerah. "Oke, Lu boleh masuk asal mama Gua gak tahu soal ini."

Kinar tak menyangka, kelemahan Derrys bukan harta, tahta, atau wanita. Tetapi rahasianya yang suka datang ke aksi kamisan diam-diam. Ia pikir, orang dengan tampilan luar yang keras seperti Derrys tak akan peduli dengan hal-hal semacam ini. Dan ia salah, ternyata Derrys bahkan lebih memilih kamisan daripada bandnya. Kinar baru menyadari ia terlalu memperhatikan Derrys akhir-akhir ini.

Atau lebih tepatnya jadi terlalu penasaran.

"Terus Lu pulangnya gimana?"

"Ya ikut kamu? Kan tadi kesini ngikutin kamu."

Derrys mendecak. "Maksud Gua pas udah di sekolah nanti. Kan Gua bawa sepeda sendiri."

"Ya nebeng aja di belakang."

"Mau berdiri?" Tanya Derrys ragu orang seperti Kinar bakal mau-mau saja dibonceng berdiri. "Atau gue panggilin supir rumah gue aja?"

"Sementara kamu pulang tetep naik sepeda?" Derrys mengangguk cepat. "Yang bener aja. Aku tetep nebeng ke kamu aja, gak apa-apa berdiri yang penting cepet pulang."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Resonansi Dari AkarWhere stories live. Discover now