32. Rumah Sakit

1.1K 83 10
                                    

Albiu terbangun dengan perlahan di ruang putih yang steril, detak jantungnya berdegup kencang. Suara detik jam dan bunyi monitor medis mengisi ruangan hening. Cahaya redup memasuki matanya yang masih terasa berat. Saat penglihatannya mulai fokus, dia menyadari bahwa dia berada di kamar rumah sakit yang sunyi.

Pandangannya bergerak perlahan ke tanganya yang sedikit berat, dan di sana, terpampang pemandangan Vegas yang kini tertidur dengan tenang.

Albiu mencoba berbicara dengan suara yang terasa berat, "kenapa gue ada dirumah sakit?" tanya Albiu bingung, membuat Vegas sedikit terusik.

Vegas perlahan membuka mata, menatap Albiu yang kini juga menatapnya dengan polos. Ekspresi cemberut di wajahnya semakin terlihat, memenuhi ruangan dengan emosi yang terpancar dari sorot matanya.

"Kamu sudah bangun?" kata Vegas menatap lembut wajah manis yang kini menatapnya polos, "saya sangat khawatir, apakah kamu tau itu Albiu?" lanjutnya, meraih tangan Albiu dengan lembut.

"Yah terus?" kata Albiu mencabut tanganya dari gengaman tangan Vegas.

"Sebenarnya kamu menganggap saya apa?" tanya Vegas, menatap Albiu dengan sedih, "kenapa kamu tidak menceritakan terlebih dahulu apa yang terjadi pada kamu?"

"Jangan dramatis gitu!" kata Albiu mendengus, "gue nggak suka drama. Dan lo nggak usah merasa terlalu penting. Pak. Karena lo dan gue cuma sebatas perjanjian, jadi jangan sok mau tau segalanya!"

"Saya bukan bersikap dramatis, coba pikirkan jika bayi kita mengalami keguguran bagaimana?"

"Keguguran yah keguguran aja, gue sih nggak perduli," jawab Albiu acuh.

Vegas bangkit dengan wajah penuh kemarahan, melempar kursi yang sebelumnya didudukinya hingga menimbulkan sedikit keributan.

"Persetan," ucap Vegas sambil meninggalkan ruang perawatan. Sementara itu, Albiu melongo, menatap kursi yang kini terjatuh di lantai dengan ekspresi bingung.

Nattaniel yang sebelumnya hanya duduk diluar, masuk kedalam ruangan Albiu setelah mendengar derap kursi yang terjatuh, "apa yang terjadi di sini?" tanyanya, menyadari suasana tegang yang menyelimuti ruangan.

Vegas, yang masih penuh amarah, menjawab, "titip dia, saya mau keluar untuk mencari udara!" ujar Vegas menyentuh pundah Nattaniel, setelah itu Vegas pergi.

Nattaniel menatap Albiu heran, "kenapa cok?" tanya Nattaniel, mengambil kursi yang tadi terjatuh untuk dia duduki.

"Meta mana?"

"Jawab dulu gue!"

Albiu merenung, pandangannya melayang ke jendela rumah sakit yang memperlihatkan pemandangan luar yang hening. "Gue aja nggak ngerti kenapa Pak Vegas semarah itu. Lagian ini cuma jatuh doang, guekan nggak sampe koma juga. Seharusnya dia nggak usah sampe kaya gitu ke gue Nat!" ucapnya, masih mencoba meresapi kebingungan yang menyelimuti.

"Dia khawatir sama lo bego!"

"Halah, dia mah hidup dibawah pusing doang. Gue yang jatuh, dia yang marah nggak jelas. Lagian ini hidup gue, kenapa gue harus dengerin perkataan dia?"

"Lo egois ternyata yah Al!"

"Halah sih ee, dah sana pergi lo, bukanya nenangin gue juga, belain kek atau marahin Pak Vegas!"

"Buat apa gue belain orang yang salah?" tanya Nattaniel, menghela nafas kesal, "Al, dia nggak selamanya bakal tahan sama sikap lo yang selalu nyuru dia buat mundur!"

"Kita sama-sama cowok tai!"

"Kalau sama-sama cowok kenapa, yang penting lo bisa hamil dan kalian saling suka, nggak ada yang salah Al!"

"Salah, Nat. Lo harus inget kalau dunia ini punya norma!"

Nattaniel mendengus, "nggak usah ngurusin norma. Gak usah cari restu orang terus, lo juga harus bahagia dengan cara lo sendiri!"

"Taulah pusing gue," kata Albiu kesal, membuat Nattaniel menghela nafas saja, "sekarang Meta mana?"

"Bocah brengsek itu? Dia lagi diruangan orang yang udah bikin lo kaya gini sialan!"

"Briyan?" tanya Albiu memastikan yang diberikan anggukan oleh Nattaniel untuk menjawab, "kenapa sama dia?" tanya Albiu penasaran.

"Kepalanya luka para karena kejadian nabrak tiang itu, lagian kurang kerjaan banget tuh setan nabrak tiang segala," kata Nattaniel kesal, "dan sih Meta malah nemenin Briyan mulu tai, dia bloonnya melebihi lo ashu, lo yang sekarat disini dia cuma jenguk sekali."

"Sialan, gue ga sekarat, kaki gue doang yang kena benturan!"

"Iya maksudnya kaki lo sekarat, tapi gue bersyukur sih ponakan gue ga kenapa-kenapa. Ajaib yah, ponakan gue bisa selamat, gue yakin sih kalau dia lahir nanti dia bakal jadi titisan leak yang bakal mengguncang dunia."

"Setan lo!"

"Yaudah, lu nggak usah terlalu emosi gitu," kata Nattaniel sambil geleng-geleng kepala, "yang penting sekarang gimana kita atur biar lu cepet sembuh dan balikin mood Vegas yang sedang jadi barongan."

"Gue sih gak peduli sama dia. Fokus gue cuma satu, sembuhin kaki gue biar bisa balik ke jalur."

"Gue bilang jangan egois bangsat, kalau lo sampai kehilangan sosok Vegas, gue jamin lo nggak bisa nemuin sosok itu lagi didalam diri siapapun!" kata Nattaniel membuat Albiu menghela nafas.

"Nggih baginda raja," kata Albiu berdengus kesal, menatap seseorang yang kini masuk ke dalam ruangan itu dengan senyuman manis yang terlihat dari bibir indahnya.

"Nattaniel, gue kesel sama Briyan. Nabrak tiang aja masih bisa ditemenin, masa gue yang berjuang buat dia diabaikan," sindir Albiu ketika Meta berdiri disamping Nattaniel.

Meta hanya tersenyum, "Utut utut, sayangnya aku ngambek nih?"

Albiu mendengus, "Gue berjuang buat lo, tapi lo malah sibuk nemenin Briyan bajingan itu."

"Maaf, dia sendirian aja dikamarnya. Lo kan banyak dedemit yang singgah, jadi gue pikir nggak papa lo gue tinggal sebentar."

"Yah, setidaknya pas gue bangun lo ada disamping gue. Lo lupa siapa yang bikin gue kaya gini, sialan?"

"Iya, gue tau. Tapi—"

"Udahlah asu, kalau udah cinta emang gitu, yaudah sana aja lo berduaan sama Briyan. Kalau dia obsesi lagi sampe nyakitin lo, jangan harap gue bantu kaya gini."

Nattaniel yang mendengar keduanya adu bacot hanya bisa menggeleng, keduanya sama sama bocah, itulah pikiranya saat ini.

"Ayo terus adu bacot, yang kalah kita jadikan tumbal pesugihan," sela Nattaniel membuat kedua orang itu menatapnya, "heheh santai, lagian kalian bacot mulu dari tadi deh."

"Hm, sorry Al. Gue nggak jenguk lo bukan berarti gue nggak khawatir, gue khawatir banget sama lo," kata Meta memegang lembut tangan Albiu,"jangan marah, gue emang egois. Tapi lo tau sendirikan gue sama dia sudah berapa lama pacaran, gue sayang banget sama dia."

Albiu menghela nafas, "gue nggak akan ngelarang lo sama dia lagi tapi dengan satu syarat!"

"Apa?"

"Kalau dia ngelakuin hal gila kaya kemarin-kemarin jangan halangin gue buat lapor polisi!"

Meta cengar-cengir, "deal! Gue bakal biarin lo laporin dia kalau dia nyakitin gue lagi."

Bersambung...

Ini beneran bible jadi boti?

My Husband Is Police END [Segera Terbit]Where stories live. Discover now