Bab 1: Tawaran dari Firaun

Mulai dari awal
                                    

"Aku makannya emang banyak, hehe," katanya tiba-tiba seolah menjawab keterkejutan Kinar.

"Emang boleh minta lebih ke petugasnya?" Kinar menatap barisan pramusaji berseragam putih yang membagikan makanan di belakang meja.

"Boleh, orangtuaku bayar SPP tambahan buat makanku sih soalnya." Kinar mengangguk paham meski masih agak syok. "Oh, wait, kita belum kenalan. Namaku Arya."

Lagi-lagi Kinar dibuat terkejut, baru kali ini ia bertemu cewek bernama 'Arya'. "Nama lengkapku Anjani Aishwarya. Panggil aja Arya." Ia menyodorkan tangannya lebih dekat, agar Kinar peka untuk segera berjabatan sebelum ia mulai kebas menunggu Kinar masih bengong.

"Oh, oke." Kinar menyambut uluran tangannya. "Aku Kinar, Kinar Baskara," sahutnya dengan suara yang nengecil. Ia sadar bahwa tidak mungkin Arya tidak tahu soal skandalnya, mungkin saja setelah ini ia akan dighosting Arya seperti teman-teman sekelasnya yang mulai memandangnya bagai hama.

"Ohh, yang lagi trending di sekolah?" Kinar segera menarik tangannya dan tersenyum kaku. "Ya, gitu deh. Kamu gak jorok makan bareng aku?"

Arya menggeleng santai dan mulai memakan nasi merahnya. "Aku biasanya cari kodok di sungai sama bocah-bocah komplek."

"Hah?" Kinar berhenti mengunyah. "Buat apa?"

"Dibikin sate, sih. Enak."

Kinar tersedak, ia tak mendunga ada orang yang bakal dengan santainya mengatakan pernah makan sesuatu yang kurang lazim.

"Eh, sepurane, aku guyon hahaha." Kinar mendelik, ingin sekali melempar Arya ke dalam kuah soto. "Tapi pernah makan satenya sekali, rasa dagingnya aneh."

Keduanya lalu membicarakan hal lain dan ajaibnya Kinar merasa lebih mudah berbicara dengan Arya daripada temen-teman sekelasnya. Sesaat ia mulai lupa dengan gunjingan dan tatapan tak mengenakkan yang tertuju padanya. Arya anak yang ceria dan suka bercanda, ia tak masalah dengan skandal Kinar dan percaya tak mungkin Kinar akan sebodoh itu menaruh upil di pianonya.

Sayangnya, kedamaian yang dirasakan Kinar tak berlangsung lama kala seorang cowok berambut klimis berjalan gontai ke mejanya. Rompi denim dan mulet merahnya sangat mencolok. Meski Sellese memberi kebebasan siswa-sisiwinya dalam berpenampilan, Derrys adalah anomali yang wajib dihindari. Entah sudah berapa kali Kinar mendengar cowok itu katanya peniaga marijuana, kaos bergambar daun tujuh jari di dalam rompinya membuat rumor itu terasa makin nyata.

"Pembantu di rumahmu tadi nitip ini, katanya ketinggalan." Derrys menaruh jam tangan kulit meja. Kinar bisa merasakan bahwa bukan hanya dirinya saja yang sedang menahan napas, tetapi seluruh kantin seolah terhipnotis dengan kedatangan Derrys yang tiba-tiba. "Liat apa?"

Kinar menunjuk kaos Derrys, membuat cowok itu mengerutkan kening bingung."You anak IPA, kan?" Kinar memgangguk tak nyaman.

Derrys membaca badge di lengan kanan Kinar, sementara gadis itu tak tahu dari mana asal Derrys sebab ia itu jarang sekali memakai seragam lengkap. Bahkan hari ini hanya celana saja seragam yang ia kanakan.

"This is manihot utilissima, I bet you've never eaten this yet," kata Derrys menunjuk gambar di kaosnya. "Lambang kesederhanaan, just in case if you wondering why pake ini ke sekolah."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Resonansi Dari AkarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang