02. FORGET ME NOT

4 1 0
                                    

Gamla Stan, 12 Desember 2012.Hari ini, langit terlihat sangat mendung. Sekumpulan awan gelap bergerombol di langit kota Gamla Stan, menandakan bahwa hujan tak lama lagi akan turun.


Kami, Sophie, Lucas, dan Emma, baru saja meninggalkan pelataran sekolah saat hujan mulai turun dengan deras. Untungnya, di dekat sekolah ada tempat berteduh yang cukup nyaman bagi kami bertiga. Kami memutuskan untuk menunggu di sana sambil berharap hujan akan reda segera.


"Sepertinya hujan akan bertahan lama. Apa sebaiknya kita pesan taksi saja?" ucap Lucas sambil melihat jam di ponselnya.


"Mungkin kita bisa menunggu sebentar. Barangkali hujan akan reda segera," jawab Emma.Namun, mata Sophie tiba-tiba tertuju pada sesuatu di seberang jalan. Dia melihat Umbrella Man, pria yang biasa kami temui, tengah berjalan dengan membawa seekor kucing putih di tangannya.


"Umbrella Man!" seru Sophie dengan cukup keras, menarik perhatian Emma dan Lucas.


"Di mana?" tanya Lucas.


"Di seberang jalan itu," jawab Sophie dengan yakin.


"Apa yang dia lakukan di sini?" tanya Emma.


"Tidak ada waktu untuk penasaran. Aku akan pergi ke sana mengikutinya," kata Sophie.


Sophie segera mengeluarkan payung kecil dari tasnya dan menyeberang jalan. Lucas dan Emma pun tidak mau ketinggalan dan mengikutinya.


Bertiga, kami mengikuti Umbrella Man yang berjalan dengan tenang sambil membawa kucing itu, melalui guyuran hujan yang semakin deras.


Setelah cukup lama berjalan, Umbrella Man berhenti di sebuah toko bunga dan membawa masuk kucing tersebut.


Kami bertiga tiba di depan toko bunga tersebut. Tanpa pikir panjang, kami masuk ke dalam toko yang baru saja dimasuki Umbrella Man.


Di dalam, bukan Umbrella Man yang kami temui, melainkan pemilik toko bunga tersebut.


"Selamat datang di Heliotrope," sapa nenek pemilik toko sambil menggendong kucing putih yang tadi dibawa Umbrella Man.


Dengan napas yang terengah-engah, kami memperhatikan sekeliling toko, terkejut karena Umbrella Man tidak ada di sana.


"Permisi Nenek, apakah tadi ada pria berpayung ungu yang masuk ke sini?" tanyaku.Nenek itu tampak sedikit bingung mendengar pertanyaan kami.


"Baru saja dia pergi setelah mengantar kucingku.Kenapa, apa ada masalah?" tanya nenek.Kami bertiga shock mendengar jawaban itu.


"Bagaimana mungkin? Aku melihatnya baru saja masuk ke sini, baru saja" ujar Lucas.


"Benarkah? Seingatku dia sudah lama pergi. Sekitar 10 menit yang lalu.


Dengan langkah yang pelan, Nenek itu kemudian berjalan menuju sofa dan duduk."Nek, bolehkah kami bertanya sesuatu? Apa Pria tadi tinggal disekitar sini?


"Sebentar, biar aku ingat – ingat ...Sepertinya dia tinggal tidak jauh dari sini. Aku pernah berbincang dengannya sebelumnya. Maaf ya, ingatan ku tidak sebaik dulu saat aku masih muda."


"Duduklah, dulu. Kalian bertiga tidak buru buru kan?"tanya di Nenek baik hati itu.


"Tidak nek. Baiklah kalau begitu.


Kami bertiga pun kemudian duduk di sofa sambil menunggu si Nenek.


"Ya, sekarang aku ingat, kemarin dia bilang tinggal di Lapland," ujar nenek tersebut.Sophie dan Lucas masih belum menyadari itu. Tapi Emma menyadari sesuatu dan terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh nenek.


"Lapland? Nenek bercanda kan?" tanya Emma.


"Ada apa dengan Lapland?" tanya Lucas.


"Lapland sangat jauh dari sini. Butuh waktu seharian untuk sampai ke Gamla Stan," tambah Emma.


Lucas yang tidak percaya pun mencari lokasi Lapland di internet.


"Lapland, Finlandia. Sekitar 16 jam dari sini," ucap Lucas.


Aku yang semakin penasaran dan bertanya lagi, "Lalu, apakah nenek tahu nama pria itu?"


"Maaf, aku tidak tahu siapa namanya. Yang aku tahu, dia adalah pria yang baik. Hampir sepekan ini dia membeli bunga di toko dan mengajak kucing peliharaanku 'Gary' jalan-jalan."


"Aku bahkan sampai hafal bunga yang sering dia beli," lanjut nenek tersebut.


"Bunga apa yang dia beli, Nenek?" tanya kami bertiga hampir bersamaan.


"Forget-me-not."


Sesuatu yang aneh pun terjadi. Pintu toko itu pun selolah terbuka dan membunyikan lonceng yang berada tepat diatasnya.


Mereka bertiga membalikan badan. Pandangan mereka tertuju pada pintu kaca. Samar – samar terlihat Pria berpayung ungu itu berdiri di sebrang jalan dan tersenyum melihat mereka semua.


Sampai akhirnya sebuah kendaraan besar melintas dan menghalangi pandangan mereka. Sosok pria itu menghilang dalam sekejap mata. Tidak ada satupun dari mereka yang mampu mengucapkan kata.


"Kenapa?,"tanya si Nenek pemilik toko yang bingung."Kalian melihatnya kan? Emma. Lucas. Pria itu menghilang"


bersambung...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

UMBRELLA MANWhere stories live. Discover now