-Part 13-

681 122 9
                                    

Waktu pulang sekolah akhirnya tiba dan Lisa langsung saja meminta Pak Supir untuk mengikuti mobil yang dinaiki oleh Chaeyoung.

Awalnya Pak Supir kelihatan ragu karena Dowon sudah mengarahkannya untuk langsung menghantar Lisa pulang setelah waktu persekolahan tamat namun ketika melihat wajah bahagia Lisa yang tidak sabar untuk menghabiskan waktu bersama Chaeyoung itu membuat Pak Supir akhirnya mengikuti keinginan Lisa.

"Pantai?" Gumam Lisa setibanya disana.

"Bapak bisa jalan jalan. Aku masih lama disini" ujar Lisa bergegas berganjak keluar dari mobil.

"Lisa, kesini!" panggil Chaeyoung yang sudah duduk di atas pasir.

Tanpa aba aba, Lisa langsung berlari menghampiri Chaeyoung setelah melemparkan senyuman kepada sosok Chanyeol yang hanya berdiri disamping mobil.

"Ayo duduk" ajak Chaeyoung yang sudah merentangkan hoodie nya diatas pasir.

"Kenapa kamu suka kesini?" Tanya Lisa meletakkan kepalanya dipundak sang kembaran.

"Disini bikin aku merasa tenang. Aku sering kesini untuk menghabiskan waktu aku. Aku bisa melihat senja disini dengan lebih jelas" sahut Chaeyoung.

"Senja? Kamu tahu apa artinya senja?" Tanya Lisa.

Chaeyoung tersenyum "Seseorang berkata, senja itu adalah keindahan yang datang untuk sementara. Sementara aku berkata, senja merupakan waktu matahari menuju terbenam.  Senja juga dikaitkan dengan perasaan cinta dan rindu"

"Perasaan cinta dan rindu? Kamu lagi mencintai seseorang?"

Chaeyoung terkekeh kecil "Cinta dan rindu tidak seharusnya kepada orang yang akan menjadi pasangan kita bukan?"

"Terus untuk siapa?"

"Untuk Appa. Aku ingin Appa mencintai aku seperti Appa mencintai kamu dan kedua Eonnie kita itu. Aku ingin Appa merindui aku seperti Appa merindui kalian"

Lisa bungkam bahkan sekarang dia sudah menatap wajah sendu kembarannya itu.

"Apa keinginan aku itu terlalu sulit?" Lirih Chaeyoung.

"Tidak Chaeng" sambar Lisa dengan cepat "Keinginan kamu itu tidak sulit. Aku yakin suatu hari nanti kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan itu" lanjutnya membawa Chaeyoung bersandar didadanya.

"Lisa-ya, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi dimasa depan kita nanti. Bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi? Apa kamu akan terus berada disamping aku?" Tanya Chaeyoung.

"Pasti. Aku akan terus disamping kamu walaupun semua orang menjauh dari kamu"

"Terima kasih, Lisa-ya"



Chanyeol tersenyum ketika melihat pemadangan yang cukup menghangatkan hatinya itu.

"Mereka akur banget ya" komentarnya.

Pak Supir ikut tersenyum "Bapak suka melihat mereka tersenyum tapi senyuman mereka itu cukup sulit untuk dilihat. Semuanya gara gara Tuan Shin" keluhnya diakhir.

"Apa Bapak tahu kenapa Tuan Shin seakan membenci Chaeyoung?" Tanya Chanyeol penasaran.

"Semuanya gara gara keluarga besar Shin. Keluarga mereka terlalu mementingkan kasta dan nama mereka. Pokoknya semua anggota keluarga Shin harus pintar. Jika keluarga besar Shin berkumpul bersama, mereka pasti akan membandingkan nilai dan prestasi anak anak mereka. Nilai ujian Nona Chaeyoung tidak terlalu tinggi dan gara gara itu juga anggota besar keluarga Shin sering mempermalukan Nona Chaeyoung sehingga Nona Chaeyoung mendapatkan amukan dari Tuan Shin"

"Tapi Nona Chaeyoung cukup hebat" lanjut Pak Supir.

"Maksud Bapak?" Tanya Chanyeol.

"Nona Chaeyoung hebat karena masih bisa bertahan sehingga saat ini. Andai saja Bapak yang berada di posisi Nona Chaeyoung, Bapak mungkin tidak sanggup"

Chanyeol tersenyum "Bapak benar. Saya juga bahkan tidak sanggup"

*
*

Pusing yang melanda kepalanya membuat Jisoo hanya bisa terbaring lemes diatas kasurnya.

Dia bahkan sudah tidak ada tenaga untuk bergerak kemana mana.

Ceklekk

Pintu kamarnya dibuka dan masuklah sosok adik pertamanya itu.

"Jen? Kamu sudah pulang?" Tanya Jisoo dengan suara seraknya.

"Iya Eon" sahut Jennie berganjak duduk disamping Jisoo "Eonnie sakit?" Khawatirnya.

"Kepala Eonnie pusing" keluh Jisoo.

Tangan Jennie sontak memegang dahi Jisoo "Hangat" gumamnya.

Tanpa aba aba, Jennie langsung berganjak keluar dari kamar itu membuat Jisoo mengernyit bingung.

Namun beberapa menit kemudian Jennie kembali dengan membawa alat kompresan.

"Eonnie tidak apa apa Jennie-ah" ujar Jisoo.

"Eonnie demam" balas Jennie mengompres dahi Jisoo.

Perlakuan Jennie ini sontak membuat hati Jisoo menghangat "Gomawo"

"Jangan berterima kasih sama aku. Ini sudah menjadi tugas aku" ujar Jennie "Jangan tidur dulu. Nanti Eomma bawakan bubur sama obat" lanjutnya membuat Jisoo mengangguk patuh.

"Eonnie!" Si kembar memasuki kamar Jisoo dengan rusuh.

"Tadi Eomma bilang kalau Eonnie demam. Apa Eonnie baik baik saja!?" Sambar Lisa.

"Eonnie tidak apa apa" sahut Jisoo.

"Eonnie pasti jatuh sakit gara gara capek kerja" keluh Chaeyoung.

Jisoo tersenyum bagi menenangkan adik adiknya itu "Eonnie tidak apa apa. Kalian tenang saja ya. Besok juga Eonnie pasti mendingan kok"

"Jisoo, ayo makan" Hwaeyon memasuki kamar Jisoo dengan membawa nampan yang terdapat bubur, air putih serta obat.

"Biar aku suapin" ujar Jennie dengan sigap sementara Jisoo sudah bangkit dari rebahannya dengan bantuan Chaeyoung dan Lisa.

"Apa kalian fikir Eonnie anak kecil huh?" Omel Jisoo.

Ketiga adiknya sontak cengesan "Tidak apa apa lah Eon. Bukan sering kok" balas Lisa.

"Iya deh iya" pasrah Jisoo yang sudah membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Jennie.

Hwaeyon yang melihat ke4 anaknya yang akur itu hanya bisa tersenyum. Dihatinya, dia terus saja berdoa semoga sang suami tidak menghancurkan hubungan persaudaraan ke4 anaknya itu.








Chapter ini ga bikin emosi ya🤣

Tekan
   👇

Senja ✅Where stories live. Discover now