four : tacenda

87 65 40
                                    

tacenda
(n.) things better left unsaid; matters to be passed on in silence

Seraphine dengan kasar menarik tangannya dari genggaman Andrew, meringis saat melakukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seraphine dengan kasar menarik tangannya dari genggaman Andrew, meringis saat melakukannya. Ia menatap Damien, matanya berkaca-kaca. "Dia... dia mengancamku."

Pandangan Damien beralih sepenuhnya pada Seraphine. Ia melihat air di sudut mata gadis itu dan menyentuhnya dengan ujung jari. "Apa ada yang sakit?"

"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja." Seraphine berbohong, tidak ingin membuat Damien khawatir.

Damien mengabaikan Andrew dan mengajak Seraphine pergi. Tapi tangan Andrew menarik lengan Seraphine sekali lagi. Damien berbalik, menatap Andrew. "Jika kau tidak melepaskannya sekarang, aku bersumpah akan membuatmu menyesal."

"Oh, benarkah?!" Andrew memelototi Damien.

"Ya, benar." Suara Damien dingin dan mengancam saat ia melangkah maju, otot-ototnya tegang karena marah. "Lepaskan dia atau aku sendiri yang akan memaksamu."

"Kalau begitu—" Andrew menggantung ucapannya. Dia mencengkeram kerah baju Damien dan menatap mata Damien dengan tajam. "Paksa aku."

Andrew mengepalkan tinju dan bersiap untuk meninju wajah Damien. Namun gerakannya berhasil ditangkis oleh Seraphine. Andrew mendorong Seraphine menjauh, tapi tiba-tiba gadis itu terhempas dan jatuh ke lantai.

Damien dengan cepat melompat ke depan Seraphine, mendorong Andrew menjauh darinya sebelum dia melukai Seraphine. Dia berdiri di antara mereka, otot-ototnya tegang saat dia mencoba menahan amarahnya. "Baj*ngan, apa yang sudah kau perbuat?!"

"Aku sudah memperingatkanmu." Suara Damien dingin dan tak kenal ampun. Ia tidak mundur, siap untuk membela dirinya atau Seraphine jika diperlukan. Dengan satu gerakan cepat, Damien berhasil memukul wajah Andrew. Sudut mulut Andrew mengeluarkan darah akibat pukulan tak main-main dari Damien.

Kepalan tangan Damien mengepal saat ia menatap Andrew, jantungnya berdegup kencang karena adrenalin. "Jangan pernah menyentuhnya lagi."

Andrew menatap Damien dengan tatapan marah. Dia menyeka mulutnya dan berdiri tegak. Andrew tertawa miris. "Kau tahu, sikapmu ini membuatku ingin tertawa. Kau seperti pahlawan yang ingin menyelamatkan dunia." Andrew tertawa. "Hei Damien, kau menyukai Sera, bukan?"

Mata Damien menyipit. Dia melangkah lebih dekat ke arah Andrew, rahangnya mengeras. Dia tidak mengatakan apapun, tapi intensitas tatapannya berbicara banyak. "Simpan omong kosongmu itu," ucap Damien final.

Damien menarik lengan Seraphine perlahan dan meninggalkan Andrew. Dia membawa Seraphine ke unit kesehatan sekolah. Damien dengan lembut mendudukkan Seraphine di atas meja pemeriksaan, jantungnya masih berdegup kencang karena konfrontasi dengan Andrew. "Apa kamu baik-baik saja?" Dia bertanya dengan lembut, suaranya penuh dengan keprihatinan saat dia menggenggam tangan Seraphine yang terluka.

Seraphine tak bersuara, wajahnya menunduk. Terlihat jelas bahwa dia menyembunyikan air matanya. "Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir."

Damien mengerutkan kening mendengar jawaban Seraphine, tatapannya tidak pernah lepas dari gadis itu. Dia tidak bisa tidak merasa perlu untuk melindunginya, bahkan jika Seraphine tidak menginginkannya. "Kamu tahu, aku akan selalu mengkhawatirkanmu. Aku tidak peduli apa yang dikatakan orang, aku sangat mengkhawatirkanmu."

Ekspresi Damien melembut saat dia menatap gadis di hadapannya, hatinya sakit karena mengetahui bahwa dia tidak bisa membuat gadis itu mengerti betapa berartinya gadis itu baginya. Dengan lembut ia mengusap sehelai rambut dari wajah Seraphine, jari-jarinya sedikit gemetar karena emosi. "Aku tidak bisa melakukan itu."

"Kenapa? Dengar Damien, aku bukan satu-satunya prioritasmu. Kamu harus memikirkan hal lain, berhentilah untuk khawatir."

Damien tertawa getir saat menatap netra Seraphine yang jernih dan polos. Kesedihan dalam ekspresinya terlihat jelas. "Kamu satu-satunya prioritasku, Sera. Kamu mungkin tidak percaya atau mengerti perasaanku, tapi kamu satu-satunya hal penting bagiku."

"Ada banyak hal penting di dunia ini, Damien. Kamu tidak bisa mematok hal penting itu hanya padaku. Aku hanya saudara tirimu, aku punya duniaku sendiri. Kamu harus mengerti."

Rahang Damien terkatup mendengar kata-kata itu, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi, karena dia tahu bahwa Seraphine tidak akan pernah benar-benar memahami perasaannya. Sebaliknya, dia fokus pada tugas yang ada, membersihkan luka-lukanya dan membungkus jari-jarinya dengan perban.

"Damien... Bolehkah aku minta satu hal sebelum aku benar-benar memaafkanmu?"

Damien mengangkat alisnya. "Apa itu?"

"Bisakah kamu berhenti mengkhawatirkanku? Aku ingin tumbuh dewasa, Damien. Kamu cukup menyemangatiku dari jauh."

Mata Damien menyipit saat dia mempertimbangkan kata-kata Seraphine, tetapi dia tahu bahwa gadis itu benar. Dia tidak bisa selalu berada di sana untuk melindunginya, dan Seraphine perlu belajar bagaimana menjaga dirinya sendiri. Dengan menghela napas panjang, dia mengangguk dengan enggan. "Aku akan mencoba."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝐁𝐄 𝐌𝐘 𝐌𝐈𝐒𝐓𝐀𝐊𝐄Where stories live. Discover now